Perekonomian saat memasuki tahun 2002
cukup sulit bila dibandingkan sebelum krisis ekonomi, terbukti dengan
dinaikkannya bahan bakar minyak, tarif dasar listrik dan telepon. Keadaan ini
dirasakan oleh semua pihak baik pihak swasta maupun pihak pemerintah. Untuk itu
diperlukan suatu kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah agar kesulitan yang dihadapi dapat berkurang.
Untuk menunjang aktivitas dalam dunia
usaha maka pengembangan perusahaan memegang peranan penting dalam perekonomian
saat itu, baik yang dilakukan oleh perusahaan milik pemerintah maupun swasta
termasuk yang dilakukan oleh kantor Bupati .
Kantor Bupati Bone sebagai instansi
pemerintah yang memperdayakan sumber daya manusia untuk meningkatkan
kreativitas kerja pegawai khususnya pada Kantor Bupati. Kegiatan ini
menggunakan Anggaran Rutin dalam rangka peningkatan produktivitas kerja
pegawai.
Perkembangan dunia usaha dapat dinilai
pada beberapa aspek seperti anggaran rutin, karena anggaran ini sangat membantu
kegiatan, baik kegiatan rutin maupun yang
sifatnya kegiatan lainnya, aspek-aspek tersebut merupakan hal yang
integral dengan usaha untuk mencerdaskan bagi mereka yang mengikuti training
dan mencapai tujuan, yaitu pegawai diharapkan mempunyai keterampilan.
Fungsi anggaran belanja rutin tidak
dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya di dalam pengendalian biaya.
Kegagalan dalam mengelolaan keuangan akan dapat menghambat jalannya kegiatan.
Karena keseimbangan pemanfaatan keuangan Kantor Bupati yang mempengaruhi
kemampuan untuk dapat menarik tenaga ahli yang merupakan potensi bagi Kantor
Bupati untuk meningkatkan produktivitas kerja. Jadi dapatlah diketakan
bahwa masalah yang harus disesuaikan dengan anggaran belanja sangat erat
hubungannya dengan aspek-aspek kegiatan, masalah-masalah lain yang timbul dan
masalah itu dapat dicari jalan keluarnya.
Kegiatan pada kantor Bupati bukan
saja untuk merealisasikan usaha dalam memenuhi kebutuhan dari kegiatan
terhadap aktivitas yang akan
dilakukan, tetapi juga meliputi bagaimana menggunakan dana tersebut
secara efisien dan efektif. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai
efisiensi daripada penggunaan dana yang ada dalam kantor Bupati adalah cash flow (arus kas masuk dan keluar).
Anggaran merupakan alat pengendalian
biaya dalam segala hal kebijaksanaan penggunaan keuangan yang dikendalikan
terhadap pengeluaran (penekanan biaya) untuk memanfaatkan uang yang semestinya.
Keuangan pada suatu instansi merupakan alat vital dari segala aktivitas yang
dijalankan utamanya roda pemerintahan untuk meningkatkan pembangunan.
Metode cash flow ini dimaksudkan untuk melihat berapa besar arus kas yang
masuk dan berapa besar arus kas yang keluar selama jangka waktu tertentu,
dengan kata lain kantor Bupati dapat melihat kapan membutuhkan tambahan
dana dan kapan mengalami kelebihan dana untuk melancarkan kegiatan
operasional.
Sebagai obyek dalam penelitian ini,
penulis memilih kantor Bupati khususnya bagian keuangan, mengingat bahwa
era pembangunan dewasa ini merupakan instansi pemerintah tumbuh dengan pesat
dan penggunaan keuangan sesuai dengan fungsinya, baik penggalian sumber dana
maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta begitu pula unsur-unsur keuangan
lainnya dari berbagai kegiatan memerlukan uang dalam membelanjai kegiatan
rutin.
Perencanaan yang penulis maksudkan disini
menyangkut masalah perencanaan anggaran belanja rutin sebagaimana yang
disamiapiakn oleh Haw Widjaya, dalam bukunya Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi
(2002 : 15) apa yang digariskan dalam dalam penetapan penggunaan anggaran
rutin, sebagai berikut :
1.
Suatu rencana yang sudah disyahkan
2. Rencana bagian
dari pada rencana keseluruhan yang berupa anggaran.
3. Kalkulasi dari pembiayaan kegiatan
pemerintah.
Dengan fungsinya yang demikian itu, maka
rencana anggaran adalah perkiraan untuk
waktu yang akan datang disusun berdasarkan perjalanan-perjalanan masa lalu dan
masa kini. Penyusunannya yang sistimatis haruslah dilakukan atas dasar
klasifikasi anggaran yang digunakan.
Untuk lebih jelasnya klasifikasi anggaran
yang dimuat maka terlebih dahulu dijelaskan dalam berbagai macam klasifikasi
anggaran, dalam anggaran sebagai klasifikasinya meliputi :
1. Klasifikasi
obyek
2. Klasifikasi
organik
3. Klasifikasi
fungsional
4. Klasifikasi
ekonomi
5. Klasifikasi
program perfomance.
Dari pengertian klasifikasi obyek
pengelompokkan pengeluaran-pengeluaran ke dalam jenis barang jasa yang apakan dibeli. Sedangkan untuk klasifikasi
organik adalah pengelompokan anggaran atas kategori suatu organisasi.
Klasifikasi Fungsional adalah merupakan
salah satu pengelompokkan pengeluaran atas dasar fungsi-fungsi yang akan
dijelaskan oleh Mardiasmo, dalam bukunya Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah,
(2002 : 1240 menytakan bahwa ekonomi adalah pengelompokkan pengeluaran atas
dasar kelompok kegiatan fungsi dan proyek yang akan dicapai sehingga dari
pengeluaran-pengeluaran anggaran nantinya dapat diukur efisiensi dan penegasan
yang dapat dijalankan. Dengan mengetahui macam-ma-cam klasifikasi anggaran
tersebut di atas, dengan data yang ada
dapatlah ditentukan perencanaan anggaran belanja rutin pada lokasi penelitian
yang terpilih disusun berdasarkan dengan sistimasi sebagai dasar dalam
pertimbangan klasifikasi anggaran yang sesuai.
Untuk itu penulis akan menyajikan
data-data dalam penyusunan anggaran belanja rutin pada lokasi yang terpilih
dimana anggaran tersusun sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai terbagi atas :
a. Gaji Pokok
b. Tunjangan Tambahan
c. Tunjangan istri / suami
d. Tunjangan anak
e. Tunjangan jabatan
f.
Belanja Pegawai lainnya yang meliputi :
1. Tunjangan pangan/beras
2. Biaya lembur
3. Honor untuk juru pemelihara bangunan
purbakala
2. Belanja barang
terdiri atas :
a. Keperluan sehari-hari perkantoran,
dipergunakan untuk :
1. Keperluan bahan/ alat tulis
menulis
2. Perlatan kantor ketata usahaan
3. Perlatan bahan/ alat tulis menulis dan
bahan lain
4. Perlatan rumah tangga kantor
5. Bahan rumah tangga kantor
6. Pembiayaan benda-benda pos
7. Biaya rapat dinas
8. Biaya penerimaan tamu
9. Biaya transportasi
10 Biaya petugas jaga malam.
b. Belanja barang inventaris kantor :
- Semua
barang-barang yang berhubungan dengan barang inventaris kantor.
-
Barang-barang keperluan tambahan
c. Belanaja langganan daya jasa yang terbai
atas :
- Biaya langganan listrik
- Biaya langganan telepon
- Biaya langganan gas dan air
d. Bahan alat-alat dan barang-barang lain,
meliputi belanja :
- Peralatan pemeliharaan benda-benda dan
bangunan kuno
- Peralatan penggambaran
- Peralatan fotografi
- Peralatan pemerataan
- Peralatan laboratorium
- Bahan-bahan untuk fotografi
- Ganti rugi tanah
- Pembelian benda-benda kuno/ benda-benda
bersejarah
- Pembelian benda-benda seni
- Perlatan survey
e. Lasin-lain belanaja terdiri dari :
- Biaya
pengamanan/ penjagaan pemilikan benda-benda, situs-situs, bangunan-bangunan
bersejarah.
- Biaya ganti
rugi tanah/ barang dalam rangka perlindungan sejarah dan kepurbakalan.
- Biaya pemerataan obyek-obyek sejarah
dan ke purbakalaan.
3. Belanja
Pemerintah terdiri dari :
a. Belanja pemeliharaan gedung kantor
b. Belanja pemeliharaan kendaraan dinas
c. Belanja pemeliahraan barang-barang
inventaris kantor
d. Belanjan pemeliharaan perlatan teknis
e. Lain-lain belanja pemeliahraan, yaitu :
- Pemeliharaan bangunan kuno
- Pemeliharaan benda-benda bersejarah/
kuno.
4) Belanja
perjalanan dinas
Untuk perjalanan dinas disini, maka semua
unit kerja harus dapat menentukan, daerah mana saja yang direncanakan dan
perlu ditinjau, dibina,
diarahkan kegiatan yang mana harus dilaksanakan oleh semua daerah atau
suaka-suaka yang ada di daerah.
Setelah penulis mengemukakan sistimatika
perencanaan pembelanjaan tersebut dibagi atas :
a. Jenis belanja
pegawai
b. Jenis belanja
barang
c. Jenis belanja
perjalanan dinas
Ketiga jenis pengeluaran ini dapat dibagi
pula pada masing-masing mata anggaran yang direrminkan dalam rangka
pengoperasian, antara lain :
1) Jenis belanja
pegawai terdiri dari :
a. Gaji dengan kode mata anggaran 110
b. Tunjangan beras dengasn kode mata
anggaran 120
B Pengertian
Pengendalian
Pengendalian pada prinsipnya dapat
memperhatikan suatu kegiatan dan selalu mengawasi aktivitas sehari-hari, maka
pengendalian menurut Sondang. S.Giagian dalam bukunya Manajemen Personalia,
(1999 : 16) draft manajemen yang didefinisikan bahwa, pengendalian adalah
proses atau usaha yang sistimatis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan
tujuan perencanaan, sistem informasi
umpan balik, membandingkan
pelaksanaan nyata dengan
perencanaan menentukan dan mengatur penyimpangan-penyimpangan serta melakukan
koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan
tercapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan pengendalian sangat erat hubungannya dengan fungsi-fungsi
manajemen lainnya, oleh karena kegiatan pengendalian ini dapat dilihat apakah
tujuan kegiatan yang telah direncanakan dapat dicapai dalam pelaksanaan secara
riil.
Dilihat dari tahapan perencanaan dan
pengendalian merupakan unsur-unsur yang dominan dalam manajemen 20 % dari
seluruh kegiatan yang dapat dilaksanakan unsur fungsi pelaksanaan dalam
pengendalian yang merupakan bagian terbesar dalam manajemen. Kagiatan
pengendalian mencukupi perencanaan, pengawasan, monitoring, evaluasi dan
koreksi.
Perencanaan dan pengendalian merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan kegiatan. Pada
pelaksanaan yang memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dan sangat tergantung
pada sistem pengendalian yang efektif dan sistem informasi yang digunakan.
Agar dapat melaksanakan pengendalian yang
efektif, maka seorang pimpinan atau pelaksanan tugas memerlukan informasi,
sebagai berikut :
a. Biaya yang digunakan apakah sesuai dengan hasil dari
bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan (lebih besar
atau lebih kecil dari rencana biaya) di mana dimana hal terjadi dan siapa
yang bertanggung jawab dan apa yang
dikerjakan.
b. Merupakan biaya yang akan datang sesuai dengan rencana
atau melebihi rencana. Tanggung jawab pengendalian tidak hanya pada manajer
saja tetapi merupakan tanggungjawab semua orang yang terlihat pada aktivitas
tersebut agar dapat mengerjakan bagiannya dengan baik dan tepat waktu.
c. Menurut Suprityono,
dalam pengertian yang
sama, namun diungkapkan dengan sederhana.
Pengendalian adalah proses untuk
memberikan kembali menilai dan selalu memonitor laporan-laporan aapakah pelak
sanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah yang sudah ditentukan.
Nupriyoni dalam bukunya Konsep Panduan
Perencanaan Anggaran Daerah, (1998 : 5) berpendapat bahwa pengendalian bertumpu
pada konsep umpan balik, yang secara kontinyu mengharuskan adanya pengukuran
pelaksanaan dan pengambilan tindakan koreksi yang ditujulkan untuk menjamin
pencapaian tujuan-tujuan. Untuk proses pengendalian ini, maka yakni manajemen
sedapat mungkin mendapatkan informasi yang tepat dan up to date, agar para manajer dapat segera mengadakan
tindakan-tindakan pengendalian sebelum sesuatu penyimpangan serius. Karena
pengendalian yang teratur akan menghasilkan suatu pencapaian yang efektif.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
proses pengendalian menurut Glenn A. Welch (1999 : 9), sebagai berikut :
1. Measurement of performance against predetermined objec
tive, plans and standard.
2. Communication
(reporting) of the result of the measure1 ment process to the approriate
individu and groups.
3. An analysis of the deviations from the objective plans
policies and standard in order to determinc the under line causes.
Jadi
menurut pengertian di atas, bahwa dalam suatu proses
pengendalian mencakup pengukuran pelaksanaan dengan rencana yang telah
dibuat dan pelaporan hasil
pengukuran kepada manajer yang bersangkutan. Untuk mengukur dalam pelaksanaan
dilakukan dengan cara analisis varians, untuk menentukan sebab-sebabnya,
sehingga dapat dilakukan pemilihan
alternatif yang terbaik untuk menentukan rencana yang akan datang. Agar lebih
efektif proses pengendalian ini harus pada titik atau pada waktu mulai
dilakukan kegiatan, artinya seorang manajer yang bertanggungjawab akan tindakan
tertentu sebelumnya harus mengusahakan suatu bentuk pengendalian. Untuk itu tujuan-tujuan
rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan standar-standar yang telah
ditetapkan harus disampaikan kepada manajer dan dipahami sepenuhnya oleh
manajer tersebut terlebih dahulu untuk kemudian dilaksanakan pelaksanaan itu
harus tetao dimonitor apakah sesuai dengan rencana semula.
C Pengertian Anggaran
Anggaran dalam berbagai pengertian banyak
diartikan sebagai pernyataan kuantitatif. Hal ini terlihat antara lain pada
pengertian anggaran yang dikemukakan oleh Charles T. Hongren dan George Foster
dalam bukunya Cost Accounting, (2002: 146), sebagai berikut anggaran adalah
suatu pernyataan kuantitatif tentang apa rencana atau tindakan dan alat bantu
untuk koordinasi dan implementasi.
Dalam hal ini anggaran dirumuskan untuk
organisasi secara keseluruhan ataupun
sub unit, di mana anggaran merupakan suatu prosedur yang disebut budgenting
system.
Perencanaan dengan anggaran dengan
mengidentifikasi pada manajemen mengenai :
1. Jumlah laba
yang ditetapkan untuk dicapai perusahaan
2. Sumber dana
yang diperlukan dalam mencatatkan laba
Pengendalian biaya, yaitu membandingkan
antara hasil aktual dengan anggaran yang akan membantu manajemen untuk
mengevaluasi kinerja dari individu, departemen divisi atau keseluruhan
organisasi perusahaan.
Komunikasi dan koordinasi, yaitu anggaran
mampu untuk mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan keseluruh level dalam departemen, karena anggaran merupakan
bagian integral dari tujuan-tujuan
tersebut departemen divisi dan organisasi perusahaan.
Selanjutnya, definisi anggaran yang
mengandung pengertian yang sama dilakukan oleh Ray H. Garisson (1995: 297),
menyatakan bahwa a budget is a detail
plan outlining acquistion and use of financial and other resources some gives
time period.
Selain mencakup ramalan atau perencanaan
mengenai pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya untuk mempermudah
proses perencanaan ini sendiri, maka semua kegiatan operasi dari perusahaan
yang menyusun anggaran harus dikonversikan kedalam bentuk kesatuan nilai uang.
Hal ini dimaksudkan agar
kegiatan-kegiatan tersebut dapat
diukur dalam alat
kesatuan yang sama.
Pengertian anggaran yang mengandung
pengertian sebagaimana disebutkan di atas, ditemukan oleh, Teguh Pajo Mulyono
(2000 : 287) yang menyatakan bahwa budget
is a plan of operation expessed in monetary terms it consequently includes a
forecast a forecast of income and expenditures and of receipts and cost for a
specific period.
Setiap organisasi perusahaan utamanya
perusahaa dengan organisasi yang besar, tidak akan terlepas dari kegiatan
pengendalian. Pengendalian ( control )
dapat memberikan keputusan bahwa sumber-sumber yang diperoleh telah digunakan
secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk
maksud tersebut di atas, budgeting adalah salah satu tehnik yang tersedia.
Budgeting
merupakan rencana kegiatan yang terperinci ditetapkan sebagai suatu
pedoman pelaksanaan dan sebagai suatu dasar penilaian terhadap prestasi kerja
manajer.
Jika kita melihat pengertian budget yang
dikemukakan, maka dimensi waktu juga turut dimasukkan sebagai batasan anggaran,
karena dapat menyebabkan semua biaya total menjadi variabel atau semua biaya
tidak dapat dibedakan antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) dengan biaya yang
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable
cost).
Pada perusahaan yang sudah sedemikian
stabil, biasa saja membuat peramalan untuk beberapa tahun, atau dengan kata
lain dalam jangka panjang. Namun bagi
perusahaan yang banyak menghadapi ketidak pastian, hanya mungkin untuk membuat
peramalan jangka waktu yang pendek saja, jadi jangka waktu yang dicukupi oleh
anggaran juga, tergantung dari sifat suatu perusahaan itu sendiri, namun
anggaran yang disusun menurut kurun waktu bulanan adalah yang paling baik
karena rencana kegiatan nampak. Disamping itu anggaran bulanan sangat menunjang
pelaksanaan pengendalian yang terjadi dengan segera dapat diketahui.
Proses penganggaran mempunyai beberapa
tujuan :
1. Anggaran menyajikan
perencanaan keuangan yang memungkin
kan perusahaan untuk dapat mengkoordinasikan semua aktivitasnya. Dengan
menggunakan anggaran para manajer dapat memproyeksikan hasil dan mengatur
strategi yang dibutuhkan sebelum operasi perusahaan dapat dimulai, sehingga
dapat menghindari kesalahan yang merugikan perusahaan.
2. Proses penganggaran mendorong para manajer untuk menguji
kembali prestasi yang pernah diraih dan memungkinkan mereka mengubah kembali
dan mengoreksi metode operasi yang kurang efisiensi ketinggalan jaman.
3. Anggaran memungkinkan para manajer untuk
mengimpelementasikan fungsi perencanaan dan pengawasan.
Berdasarkan pengertian di atas, Calvin
Engler (1999 : 305), mengemukakan bahwa, A budget
is a financial plan that sets forth resources neccesary to carry out activities
and meet financial golas for a future period time.
Agar
supaya anggaran dapat
berfungsi sebagai alat koordinasi dan kontrak, maka masing-masing
manajer harus satu tahun jelas luas kekuasaan dan tanggungjawabnya. Ini supaya
tidak terjadi overlapping yang mungkin menyebabkan keruwetan dan kekaburan
mengenai tugas masing-masing yang telah dibebankan. Demikian pula dengan
anggaran dapat berfungsi sebagai alat motivasi kalau setiap manajer dan kepala
bagian diikutsertakan dalam penyusunan perencanaan anggaran ini berarti perlu
adanya pendelegasian wewenang kepada masing-masing manajer,
untuk itu menyusun anggaran operasionya. Dengan demikian masing-masing
manajer akan merasa bertanggung jawab sehingga timbul partisipasi untuk
mencapai target yang telah ditetapkan dalam anggaran.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan
kesemuanya itu menunjukkan sifat yang sama, yaitu bahwa anggaran itu merupakan
suatu rencana kegiatan yang tertulis mengenai apa yang dilakukan oleh suatu
organisasi yang meliputi peramal an
pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya-biaya selama periode tertentu
yang dikonversi dalam kesatuan nilai atau moneter.
Menurut D. Hartanto dalam bukunya
Akuntansi Untuk Usahawan (2003 : 131) ada 4 (empat) macam anggaran sebagai
berikut :
1. Appropriation
budget
2. Performance
budget
3. Fixed budget
4. Flexible
budget.
ad 1. Appropriation budget adalah untuk memberikan batas
pengeluaran yang boleh dilakukan. Batas
tersebut merupakan jumlah maximun yang dapat dikeluarkan untuk satu hal
tertentu. Dalam macam anggaran ini umumnya digunakan dalam pemerintahan. Namun
bagi perusahaan untuk hal-hal tertentu sangat terbatas keinginan seperti, hanya
untuk penelitian dan advertising saja.
ad 2. Performance budget adalah anggaran yang didasarkan
pada atas fungsi aktivitas dan proyek. Pada anggaran ini perhatian ditujukan
pada penilaian atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk suatu hal tertentu.
Dengan demikian efisiensi dan efektifitas operasi dapat diketahui. Di dalam
perusahaan anggaran yang lazim digunakan adalah formance budget.
ad 3. Fixed budget adalah anggaran yang dibuat untuk satu tingkat
kegiatan selama jangka waktu tertentu, dimana tingkat kegiatan ini dapat
dinyatakan dalam prosentase dan kapasitas jumlah produk yang dihasilkan selama
jangka waktu tertentu pada Foxed budget hanya digunakan jika diketahui dengan
pasti bahwa volume real yang akan dicapai tidak jauh berbeda dengan volume yang
direncanakan semula.
ad 4. Flexible budget adalah bahwa untuk setiap tingkat
kegiatan terdapat norma-norma atau ketentuan antar biaya yang diperlukan. Norma
itu merupakan patokan dari pengeluaran yang seluruhnya dilakukan pada
masing-masing tingkat kegiatan tersebut.
Dalam penyusunan anggaran suatu
perusahaan perlu diperlukan beberapa syarat seperti yang dilakukan oleh
Gunawan Adisaputra dan
Marwan Asri dalam bukunya Anggaran Perusahaan (2000 : 7) menyatakan
bahwa di dalam penyusunan anggaran perusahaan, maka perlu diperlukan beberapa
syarat bahwa anggaran harus realitis, luwes dan kontinyu.
D Pengertian Kas dan
Anggaran Kas
Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu
membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam suatu instansi
pemerintah. Dalam hal ini instansi tersebut perlu menyusun anggaran kas.
Untuk lebih jelasnya oleh Bambang Riyanto
(2004 : 19) menyatakan bahwa kas adalah salah satu unsur modal kerja yang
paling tinggi tingkat likuiditasnya.
Kalau Syafaruddin (1998: 27) memberikan
batas tertentu tentang penggunaan dana yaitu pengertian anggaran kas atau cash
forecast (ramalan kas), adalah kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan
bagian dari financial planning perusahaan.
Periode anggaran kas umumnya disusun
untuk jangka waktu satu tahun yang dibagi dalam interval tertentu seperti
bulanan, kuartalan dan enam bulan, untuk menyusun anggaran kas yaitu dalam
mingguan atau bulanan. Sedangkan perusahaan yang mempunyai pola cash flow
relatif dapat menyusun anggaran kas dalam kuartalan atau tahunan. Namun
demikian jarang sekali anggaran kas disusun untuk lebih dari waktu satu tahun.
Walaupun dengan interval bulanan.
Karena sukar untuk menjamin validitas
ramalan baik ramalan penerimaan kas namun ramalan pengeluaran kas. Apabila jika
dihadapkan dengan situasi ekonomi yang kurang stabil. Pada tingkat inflasi yang
tinggi misalnya, anggaran kas lebih baik disusun dalam interval yang lebih
pendek yaitu dalam bulanan.
Masukan kunci dari anggaran kas adalah
ramalan penjualan atas sales forecash yang diberikan oleh bagian penjualan.
berdasaekan ramalan tersebut, manajer financial dapat mengestimasikan cash flow
bulanan yang dihasilkan dari produksi penerimaan baik penerimaan dari penjualan
tunai maupun dari penjualan kredit dan pengeluaran.
E Pengertian Cas Flow
Pada dasarnya setiap penanaman investasi
mengandung dua macam aliran kas. Bambang Riyanto (2004 : 98) aliran kas terdiri
dari :
1. Aliran kas keluar
netto ( net out flow cash ) yaitu
yang diperlukan untuk
investasi baru.
2. Aliran kas masuk netto tahunan (net anual inflow of cash), yaitu sebagai hasil dari investasi baru
yang ini sering pula disebut net cash
proceceeds atau cukup dengan istilah proceeds.
Berdasarkan pengertian di atas
menunjukkan bahwa yang dianggap sebagai aliran kas keluar adalah sejumlah dana
yang dikeluarkan untuk keperluan investasi, sedangkan aliran kas masuk secara
netto tahunan adalah hasil dari investasi yang ditanamkan.
Ada perbedaan pengertian antara cash flow
atau proceeds dengan laba yang
dilaporkan dari laporan keuangan. Laporan
keuangan akan menujukkan
data tentang laba yang belumm tentu menunjukkan kas perusahaan, karena
ada pos yang dianggap pengeluaran menurut laporam rugi laba sementara itu
konsep cash flow menganggap bukan pengeluaran. Pos yang dianggap pengeluaran
menurut laporan rugi laba adalah depresiasi. Oleh karena itu pada konsep cash flow
dapatlah dihitung proceeds atau cash flow dengan menggunakan rumus (Subajah E.
2000: 32), yaitu :
1. Kas masuk bersih = laba setelah
pajak + penyusutan :
Kalau kita
menganggap bahwa proyek tersebut dibelanjai dengan modal sendiri seluruhnya.
2. Kas masuk bersih = laba
setelah pajak + penyusutan +
bunga ( 1 - Tax ) : kalau proyek tersebut dibelanjai sebagian dengan modal
pinjaman.
F Prosedur Penerimaan
dan Pengeluaran Kas
Di dalam suatu perusahaan prosedur
penerimaaan uang melibatkan beberapa bagian transaksi-transaksi penerimaan uang
tidak terpusat pada suatu bagian saja agar dapat memenuhi prinsip-prinsip
internal control oleh Tuana Kotta dalam bukunya Petunjuk Pemeriksaan Umum (2002
: 290).
Diantara bagian-bagian yang terlibat di
dalam proses penerimaan uang, sebagai berikut :
1. Bagian surat
masuk
2. K a s i r
3. Bagian piutang
4. Bagian
pemeriksaan interen
Bagian surat masuk bertugas menerima
semua surat-surat yang diterima perusahaan. Surat yang berisi pelunasan piutang harus
dipisahkan dari surat-surat lainnya. Setiap hari bagian surat membuat
daftar penerimaan uang harian, mengumpulkan chek dan remittance advice. Kecocokan antara jumlah dalam chek dengan jumlah
dalam remittance menjadi tanggung jawab bagian surat masuk. Setelah daftar
penerimaan uang harian selesai dikerjakan oleh bagian surat masuk, maka daftar tersebut didistribusi oleh kepala
bagian yang bersangkutan, satu lembar bersama-sama dengan chek diserahkan
kepada kasir.
Dari Satu lembar bersama dengan remitttance advice diserahkan kepada
seksi piutang. Jika dalam surat yang diterima oleh bagian surat masuk terdapat remittance sesudah diterima, amplop dari
langganan dapat digunakan sebagai remittance sesudah ditulis jumlahnya pada
halaman muka amplop tersebut.
Kasir bertugas menerima uang yang berasal
dari bahan surat masuk pembayaran langsung atau dari penjualan oleh
salesman. Kasir harus membuat surat
setoran kebank dan menyetorkan semua uang yang diterimanya.
Agar penerimaan uang ini dapat diawasi
dengan baik, maka satu lembar bukti sebagai setoran dari bank langsung dikirm
ke bagian akuntansi. Bukti setoran yang diterima dibagian akuntansi dicocokkan
dengan daftar penerimaan uang yang dibuat oleh bagian surat masuk dan oleh kasir.
Salah satu cara pengawasan penerimaan uang langsung oleh kasir dapat dilakukan
dengan dibuatnya bukti kas masuk yang diberi nomor urut yang dicetak
Sumber
dan bentuk penerimaan
uang menurut Zaki Baridwan ( 2001 ; 199), sebagai berikut
penerimaan uang/ kas biasanya berasal dari berbagai bentuk sumber, ada sumber
yang sering terjadi seperti pelunasan piutang, penjualan tunai, tetapi ada pula
sumber penerimaan yang jarang terjadi,
seperti penjualan aktiva tetap.
Selain
sumber-sumber tersebut, penerimaan-penerimaan uang bisa juga berasal
dari adanya pinjaman baik dari bank maupun dari pinjaman wesel. Apabila terjadi
setoran model baru, maka ini juga merupakan sumber penerimaan kas.
Formulir-formulir yang digunakan dalam
prosedur penerimaan uang menurut Zaki Baridwan (2001 : 100) adalah sebagai
berikut
1. Dokumen (bukti) asli
pendukung setiap penerimaan uang
yang terdiri dari :
- Pemberitahuan
tentang pelunasan dari para langganan (remittance
advice) atau amplop.
- Bukti penerimaan uang yang diberi nomor
urut yang di
cetak dan dibuat oleh kasir untuk
penerimaan uang langsung.
- Pita daftar penjualan tunai
- Pemberitahuan tentang pelunasan, daftar
penjualan salesman.
- Pemberitahuan dari bank tentang pinjaman,
penagihan oleh bank.
2. Data harian yang menunjukkan kumpulan ataukah ringkasan penerimaan kas yang terdiri dari :
-
Bukti setoran ke bank
- Daftar
penerimaan kas harian (dibuat oleh kasir) dan daftar penerimaan kas harian
(yang dibuat oleh bagian surat masuk).
-
Ringkasan cash register
-
Proof tapes
3. Buku jurnal (book of original entry)
-
Jurnal penerimaan uang (terperinci)
- Kombinasi proof shhet dengan jurnal
penerimaan uang.
4. Buku pembantu piutang dan buku besar"
Uang tunai/ kas
adalah barang yang mudah menjadi
sasaran pencurian dan penyelewengan, karena uang itu mudah dibawa, maka
mudah disimpang dan mudah digunakan untuk mengadakan transaksi. Oleh karena
itulah pengawasan yang baik sangat diperlukan, sejak saat diterimannya sampai
dimaksudkan ke dalam basi peti atau (
brankas ), atau langsung disimpang kebank agar uang tersebut dapat terhindar dari beberapa bahaya (resiko)
yang bisa melanda perusahaan.
Untuk bisa menyusun suatu manual atau
pedoman tentang sistem dan prosedur pencatatan kas, maka terlebih dahulu harus
diadakan analisa tentang fungsi daripada pengeluaran kas tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut,
Ruchiyat Kosasi, (2001 : 102) mengemukakan, sebagai berikut :
1. Pengeluaran kas
harus diperinci agar dapat disusun suatu ikhtisar laporan dan pencatatan, dari
kedalam jurnal pengeluaran kas.
2. Dalam perusahaan
kecil, pos-pos debet dapat berasal dari "voucher register", jurnal pembelian (buku pembelian), atau dari perincian
faktur-faktur terpisah dari prosedur jurnal ataukah catatan harian. Jadi buku
jurnal atau pencatatan pengeluaran kas
dipakai sebagai kontrol chek terhadap buku-buku tersebut di atas.
3. Sebagian besar
pos-pos debet sebagai
lawan pengeluaran kas adalah
pos-pos harta, utang dan biaya tetapi juga bisa berakibat pos debet pada
kelompok rekening dalam neraca serta rugi laba. Catatlah pengeluaran kas dengan
baik dan posting ke pos debet. Suatu sistem
efektif mengenai pengeluaran kas hal sangatlah penting sehingga tidak kalah
pentingnya dengan sistem yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena pengurus dan
pimpinan suatu perusahaan harus mengirim
surat dan dapat
menjelaskan mengenai siapa yang
berwewenang untuk menandatangani chek.
Semua pembayaran/ pengeluaran kas,
sebaiknya dilakukan dengan chek atau nama perusahaan ataukah chek voucher,
merupakan suatu formulir yang dikirim kepada kreditur sebagai pemberitahuan
tentang pembayaran bersama dengan cheknya, tembusannya merupakan catatan utang
yang menunjukkan suatu persetujuan
pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat diperoleh secara otonomi.
Oleh karena penanda tanganan chek-chek yang cukup banyak ini yang memerlukan
suatu ketelitian dan keamanan sehingga mereka yang menandatangani chek harus
mempertanggung jawabkan setiap transaksi yang meragukan atau tidak dimengerti
sepenuhnya.
Meskipun sistem pengendalian interen
tidak dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi
dalam hal ini perlu adanya pedoman dalam pembukuan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Adisapoetra dan Marwan, Asri, 1992, Anggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Hartanto, 1993, Sistem Akuntansi, Cetakan Pertama, Edisi Kedua, Yogyakarta.
Horngen, Charles l992, Pengantar Akuntansi Manajemen, Alih Bahasa Mohammad Badjuri dan Kusnaedi, Jilid Pertama Edisi Keenam, penerbit Erlangga, Yogyakarta.
Kotta, Tuana, 2002, Petunjuk Pemeriksaan Umum, Cetakan Kedua, Andy, Yogyakarta.
Mulyono, Teguh, Pajo , 1999, Analisis dan Disain Sistem Informasi, Cetakan Pertama, Edisi Kelima, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andy, Yogyakata.
Nupriyoni, 1998, Riset Akuntansi, cetakan Kedua, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ray H. Garisson, 2000, Sistem Akuntansi dan Informasi, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Syafaruddin, 1998, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakrta.
Subajah E. 2000, Sistem Akuntansi, Cetakan Ketiga, Edisi Ketiga, Penerbit STIE-YKPN, Yogyakarta.
Syafaruddin, 1998, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakrta.
Wilkson, Joseph W, 2000, Sistem Akuntansi dan Informasi, Cetakan keempat, penerbit Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar