Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola dan
peraturan pengolahan ekonomi yang tersedia secara terarah serta terpadu yang
dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian
bahu-membahu untuk menggerakkan semua potensi ekonomi agar berdaya dan berhasil
guna secara optimal.
Perusahaan, dalam menjalankan usahanya
memerlukan imformasi akuntansi. Informasi akuntansi dibutuhkan untuk menilai kewajaran
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen audit biaya tenaga
kerja kepada pihak maupun ekstern
perusahaan. Untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan.
Auditor intern diperlukan sebagai salah satu syarat yang perlu mendapat perhatian
adalah biaya yang terjadi diperusahaan, oleh karena itu maka diperlukan audit
terhadap biaya tenaga kerja.
Audit
biaya tenaga kerja yang menjadi kewajiban dalam menjalankan tugas dalam hubungannya
dengan keuangan perusahaan sebagai pengelola yang akan dipertanggungjawabkan
diperlukan prosedur audit sebagaimana yang disebutkan dalam Standar Akuntan
Keuangan yang berlaku. .
Audit biaya tenaga
kerja untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan diperlukan
pengelolaan agar biaya dapat dikendalikan dan dianalisa sehingga biaya tenaga
kerja yang dapat ditekan secara optimum melalui efisiensi dan peningkatan
produktivitas tenaga kerja.
Tujuan audit
biaya bagi pengolahan tenaga kerja perusahaan
merupakan tercapai efisien biaya tenaga kerja di dalamnya menjadi masalah
penentuan tingkat kompensasi yang menyangkut masalah (gaji dan upah) yang
memadai bagi karyawan, memenuhi produktivitas tenaga kerja, serta tercapainya
volume produksi secara optimal dengan hasil yang memuaskan. Untuk itu pengendalian audit biaya tenaga kerja sangat
dibutuhkan bagi perusahaan.
Perusahaan yang membutuhkan kas untuk membiayai
kegiatan sehari-hari perusahaan. Kas dalam perusahaan dibutuhkan untuk membiayai
operasional perusahaan utamanya biaya dalam kegiatan perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan
efektivitas atau efisiensi biaya tenaga dalam mengatasi biaya operasional dalam
aktivitas yang dapat disesuaikan dengan pesanan pelanggan atas kerja sama
dengan beberapa hubungan atau keterkaitan perusahaan.
Penilaian
pengendalian biaya dalam proses dilakukan perusahaan dengan membandingkan
realisasi dengan audit biaya dalam proses harus disertai dengan bukti
pencatatan. Berdasarkan perbandingkan dapat diketahui besarnya penyimpangan
atau selisih, kemudian dilakukan analisa terhadap faktor terjadinya. Dari hasil
analisa ada dua kemungkinan yang dapat ditunjukkan yaitu selisih yang
menguntungkan ( favorable variance ) atau
selisih yang merugikan (un favorable
variance).
Analisa
terhadap audit biaya perusahaan dalam proses produksi akan membantu pihak
manajemen dalam penyusunan anggaran sesuai dengan kebutuhan biaya tenaga kerja.
Oleh karena itu perlu analisa seteliti mungkin untuk menentukan tingkat efisiensi dari biaya selama
dalam proses produksi perusahaan, sehingga dapat memberikan suatu gambaran dan informasi
yang berharga untuk kebijaksanaan yang akan ditempuh oleh manajemen
perusahaan.
Pelaksanaan
audit biaya tenaga kerja dalam proses produksi dapat terlaksana secara efektif
dan efisien maka dibutuhkan suatu prosedur audit biaya tenaga kerja untuk
mengetahui prosedur pengeluaran uang dalam perusahaan.
A
Pengertian Auditing
Pemeriksaan
akuntansi (auditing) merupakan bidang akuntansi yang bertujuan untuk mencegah
mengenai kewajaran dan kelayakan laporan keuangan dalam perusahaan, apakah
telah sesuai dengan standar keuangan yang berlaku. Dengan demikian auditing
adalah suatu proses yang sistimatis dan obyektif untuk memperoleh dalam menilai
bukti-bukti yang berhubungan dengan persyaratan yang tegas mengenai tindakan-tindakan
ekonomi atau kejadian-kejadian untuk dapat
memastikan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan yang tegas dengan
kriteria yang ditentukan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan dengan kejadian.
Berbicara mengenai auditing atau pengertian
auditing (pemeriksaan), maka para ahli ekonomi atau praktisi telah menguraikan
panjang lebar dengan tekanan kalimat yang berbeda-beda namun tujuannya sama,
yaitu untuk mengecek kelayakan laporan keuangan dalam perusahaan terhadap
penggunaan keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, berikut ini akan
dikutip beberapa pengertian/ definisi
tentang auditing yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Mulyadi, dan Kanaka
Paradireja, dalam buku Akuntansi Biaya
dan Penentuan Harga Pokok, (2002 : 7) auditing adalah :
“suatu
proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
mengenai pernyataan tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara peraturan-peraturan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasil
kepada pemakai yang berkepentingan”.
Berdasarkan
definisi tersebut, bahwa sistematis yang memperoleh evaluasi tentang kegiatan
dan kejadian yang harus ditempuh sesuai dengan proses dan prosedur pada tingkat
penyesuaian tentang peraturan atau kriteria yang sudah ditentukan terlebih
dahulu.
Selanjutnya,
Alvin A. Arens - James K Leobbecke, dalam
buku Riset Akuntansi, (2001 : 1) mengemukakan pengertian auditing adalah proses
yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun
dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang struktural dari suatu
entritas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat keseuaian
dari informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Dengan dasar tersebut
ada indikasi bahwa dalam proses yang ditempuh oleh seseorang harus independen
dan harus menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti informasi yang struktural
dari usaha untuk dipertimbangkan pada tingkat yang harus sesuai dengan
informasi harus terukur dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kalau Eric L.
Kohler, dalam buku Riset Akuntansi dalam
Rocyat Kosasih, (2001 : 1), menyatakan bahwa auditing adalah inspeksi yang
dilakukan oleh pihak ketiga atas dasar catatan akuntan termasuk analisa,
pengujian (test). Konfirmasi dan pembukti an lainnya. Pemeriksaan (audit) ini
diartikan pula sebagai suatu review dan penyelidikan yang dilakukan oleh
akuntan publik yang mendasar pada pengendalian intern dengan catatan akuntansi suatu perusahaan atau suatu
unit ekonomi lainnya sebelum diberikannya pernyataan pendapat akuntan atas kelayakan
laporan keuangan.
Sedangkan
R.K. Mauzt, dalam buku Auditing, Suatu Pendekatan dalam Rocyat Kosasih, (2002 : 2) memberikan batasan
pengertian auditing adalah verifikasi data akuntansi untuk menentukan
ketelitian dan dapat diandalkan atau dapat dipercaya laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen.
Pengertian
ini untuk memberikan verifikasi pada data akuntansi dalam menentukan ketelitian
yang dapat diandalkan atau laporan keuangan dapat dipercaya oleh masyarakat
umum bagi yang membutuhkan informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam
laporan keuangan.
Menurut Alvin
A. Arena - James K. Loebbecke dalam buku Auditing, Suatu Pendekatan Terpadu,
dalam Rocyat Kosasih, (2002 : 2)
memberikan batasan bahwa pengertian auditing adalah suatu proses
pengakumulasian dan pengevaluasian bukti-bukti yang diintegrasikan bukti-bukti
yang dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten menyangkut informasi
yang dapat dihitung dari satu kesatuan ekonomi tertentu dengan tujuan untuk
menentukan dan melaporkan tingkat hubungan antara tingkat informasi yang dapat
dihitung dari kriteria yang telah ditetapkan.
Hartanto, D. dalam
buku Akuntansi Untuk Usahawan, (2003 : 227) memberikan definisi auditing adalah
pemeriksaan atas data-data administrasi pada suatu perusahaan yang dilakukan
dengan maksud untuk meneliti tentang kecermatan data-data dan informasi
administrasi dan menilai kelayakan dan kebenaran laporan keuangan perusahaan
yang tetal ditetapkan.
Kemudian
menurut Hadibroto S. dalam buku Auditng: Prinsip dan Prosedur, (2003 : 237)
menyatakan bahwa auditing adalah merupakan salah satu fungsi akuntansi yang
meliputi aktivitas penelitian terhadap kebenaran data/ informasi akuntansi yang
dimulai dalam laporan keuangan dan mengadakan penilaian serta analisis terhadap
data dan informasi akuntansi yang disajikan.
Bagi seorang
akuntan, mempunyai fungsi pemeriksaan yang merupakan kedudukan yang bebas untuk
memberikan pernyataan terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan suatu
prinsip akuntansi, karena data dan informasi dari laporan keuangan perusahaan
ada keterkaitan tersendiri dalam meningkatkan akuntabilitas perusahaan, apabila
data akuntansi itu benar.
Dengan
demikian, dapatlah dikatakan bahwa akuntansi merupakan salah satu bagian dari
audit yang sangat diperlukan
oleh perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan, di mana akuntansi
meliputi cara pengumpulan dan pengolahan data/ informasi keuangan yang penting
untuk kemudian di sampikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan yang perlu
direspon.
Untuk mengambil
keputusan keuangan, sehingga dalam akuntansi mempunyai fungsi yakni mengolah
data menjadi informasi yang berguna, sehingga pemeriksaan akuntan (auditing)
pada dasarnya mempunyai bentuk analisis yaitu memecahkan dan menguraikan
informasi yang ada dalam ikhtisar
laporan keuangan untuk mencari pembukuan yang mendukung penyajian informasi
laporan keuangan.
Berbicara
mengenai pemeriksaan (auditing) tidak terlepas dari akuntansi, oleh karena
akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan di mana
data-data mengenai keuangan tercantum di dalamnya data dan informasi yang
dibutuhkan harus dilengkapi sesuai dengan kebutuhan.
B Jenis-Jenis Auditing
Auditing pada
umumnya digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok menurut Mulyadi, dalam buku Akuntansi
Biaya dan Penentuan Harga Pokok, (2003: 159), sebagai berikut :
1. Audit laporan keuangan (financial statement audit).
Audit laporan keuangan adalah audit yang
dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh
kliemnya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini auditor independen menilai kewajaran
laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi diterima
umum.
2. Audit kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya
untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan
tertentu. Audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang
membuat kriteria.
3. Audit Operasional (operational audit)
Audit operasional merupakan riview secara
sistimatik kegiatan operasional atau bagian daripadanya, dalam hubungannya
dengan tujuan tertentu. Tujuan audit
operasional adalah audit :
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk
peningkatan
c. Membuat
rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Sedangkan
menurut Rachyat Kosasih dalam buku Auditing : Prinsip dan Prosedur, (2002 : 18)
jenis audit dapat digolongkan menjadi lima ,
yaitu :
1. Pemeriksaan
keuangan (Financial Audit)
Pemeriksaan keuangan adalah suatu review
independen yang terutama ditujukan untuk menilai kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan yang telah disajikan oleh manajemen.
2. Peneriksaan operasional (Operational Audit)
Pemeriksaan operasional adalah suatu
pemeriksaan indepen den, sistimatis selektif dan analisis suatu organisasi
diatur dan dilakukan, dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan
tugas yang lebih baik dengan memberikan informasi kelemahan yang dijumpai
berikut usul/rekomendasi perbaikannya.
3. Pemeriksaan
Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan ketaatan adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan untuk menentukan apakah perjanjian kontraktuil atau peraturan
perundang-undangan tertentu telah ditaati sebagaimana mestinya.
4. Pemeriksaan Kegiatan (Performance Audit)
Pemeriksaan kegiatan adalah pemeriksaan
pelaksanaan pekerjaan yang tidak dikaitkan dengan kontrol tertulis. Leo Herbert,
dalam buku Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya, (2000 : 213)
yang mencakup pemeriksaan manajemn untuk memiliki kekuatan dalam efisien
kegiatan serta pemeriksaan program untuk menilai keberhasilan pencapaian
tujuan.
5. Pemeriksaan khusus (special audit or special review/
investigation)
Pemeriksaan khusus
adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan dan ruang lingkup
yang sesuai dengan penugasan.
Sedangkan
menurut Hartanto, D, dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan, (2003 : 280) jenis
audit digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. General
audit
General audit adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk kecermatan dan kebenaran data administrasi dan kemudian
memberikan tertentu penilaian mengenai perusahaan yang bersangkutan.
2. Special investigation
Special investigation adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan seperti penyelidikan penyelewengan menentukan
pajak terhutang, bunga dan beberapa kewajiban lainnya yang dipenuhi,
Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa jenis audit dapat
dibagi menjadi dua baahagian yaitu terdiri dari pemeriksaan intern dan
pemeriksaan ekstern, yang dimaksud dengan pemeriksaan intern adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan oleh internal
audit dalam perusahaan yang berfungsi untuk memperbaiki proses penyajian
informasi yang benar dan tepat pada laporan keuangan perusahaan. Sedangkan
pemeriksaan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik atau
pemeriksaan ini dilakukan oleh orang luar
perusahaan.
C. Tipe-Tipe Audit
Tipe audit yang
sering diberlakukan oleh perusahaan menurut Mulyadi Koneka Pradirejo, dalam
buku Auditing, (2002 : 27) mengemukakan bahwa orang atau seklompok orang yang
melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe golongan, yaitu :
1. Auditor
indenpenden
Auditor independen adalah auditor propesional
yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit
atau laporan keuangan yang dibuat oleh kliemnya.
2. Auditor
Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional
yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh audit-audit organisasi atau
kuantitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang di tujukan kepada
pemerintah.
3. Auditor
Intern
Tipe auditor intern adalah auditor yang
bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang
tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadapat
organisasi serta yang menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam organisasi.
D. Pengujian Dalam Audit (Audit Test)
Dalam audit,
adalah auditor melakukan berbagai macam pengujian (test) yang secara garis
besar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, oleh Mulyadi dalam buku Akuntansi
Biaya dan Penentuan Harga Pokok (2002, 15)
yairu :
1. Pengujian
analitik (Analytical Test)
Pengujian analitik ini dilakukan oleh auditor
dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang baru dengan
data yang lain. Pengujian analitik di maksudkan untuk menentukan auditor dalam
memahami bisnis kliem dan dalam mengemuka bidang yang memerlukan audit lebih
intensif.
2. Pengujian
pengendalian (test of control)
Pengujian pengendalian merupakan prosdur
audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas struktur dalam
pengendalian intern kliem. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk
mendapatkan informasi mengenai frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian
yang ditetapkan, suatu aktivitas pengembalian dan karyawan yang melaksanakan
aktivitas pengendalian tersebut.
3. Pengujian
Substantif
Pengujian Substantif adalah merupakan
prosedur aulit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan monoter
yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan kesalahan dalam,
yaitu :
a. Penetapan prinsip akuntansi berterima
umum.
b. Tidak diterapkan prinsip akuntansi
berterima umum.
c. Ketidak
konsistensian dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
d. Ketidak tepatan pisah
batas ( cut off ) pencatatan transaksi.
e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian
dan pembagian.
f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan
peringkasan informasi.
g. Pencantuman pengungkapan (disclusure) unsur tertentu dalam laporan keuangan.
E. Pengertian Prosedur Audit
Prosedur
audit adalah instruksi secara rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit
tertentu yang harus diperoleh pada saat
tertentu dalam audit, prosedur audit ini menurut Hartanto, D, dalam buku Akuntansi
Untuk Usahawan, (2003 : 24 ) adalah
meliputi :
1. Inspeksi audit yaitu merupakan pemeriksaan
secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik tertentu.
2. Pengamatan yaitu merupakan prosedur audit
yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu
kegiatan.
3. Konfirmasi yaitu merupakan bentuk penyelidikan
yang menentukan dan memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung
dan pihak ketiga yang bebas.
4. Permintaan keterangan, yaitu merupakan
prosedur auditor yang melakukan dengan meminta keterangan secara lisan.
5. Penelusuran, dalam melaksanakan prosedur
audit ini, auditor melakukan penelusuran
informasi sejak permulaan data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, di
lanjutkan dengan pelacakan pengolahan data dalam proses akuntansi.
6. Pemeriksaan dokumen pendukung ( voucing ) merupakan prosedur audit
yang meliputi
a. Inspeksi
terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
b. Perbandingan antara dokumen tersebut dengan catatan
akuntansi.
7. Perhitungan (counting). Prosedur audit ini meliputi : perhitungan fisik
terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan di tangan dan
pertanggungjawaban semua formulir bernomor tercetak.
8. Scarnning yaitu merupakan penelaan secara
cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
menyelidikan lebih mendalam.
9. Pelaksanaan uang (reforming) merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh
klien.
10 Computer
Assisted Audit Techniques. Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan
dalam media elektronik, auditor menggunakan computer assisted audit techniques
di atas.
F.
Pengertian Biaya Tenaga Kerja
Dalam setiap
perusahaan industri tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam
rangkaian kesatuan yang menghasilkan pendapatan atau keuntungan yang diharapkan
perusahaan. Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan yang memberikan jasa
dalam proses produksi dalam hal penyelesaian segala aktivitas yang dibebankan kepada
mereka. Untuk itu perlu adanya suatu balas jasa atas penggunaan tenaga kerja.
Hal ini senada dengan pendapat Polimeni et All, dalam buku Akuntansi Untuk
Manajemen, (2000; 6) bahwa labour is the
physical or mental effort expanded ini manufacturing a product labour cost is
the price paid for using human resourse.
Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya kerja dalah semua balas jasa yang
diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan. Selain itu dapat juga dapat
disimpulkan sebagai harga yang dibayarkan untuk
penggunaan sumber daya manusia.
Untuk
melaksanakan karyawan dapat digolongkan sesuai dengan fungsi dimana karyawan
bekerja yaitu fungsi produksi fungsi manajemen, fungsi administrasi dan umum
serta fungsi keuangan (apabila dianggap perlu dipisahkan). Sehingga biaya
tenaga kerja yang dikeluarkan dapat digolongkan ke dalam biaya tenaga kerja
produksi, biaya tenaga kerja administrasi dan umum biaya tenaga kerja
pemasaran.
Untuk tujuan
pengendalian dan memperjelas perlakuan akuntansi, biaya tenaga kerja khususnya
di bagian produksi diklasifikasikan, sebagai berikut :
1. Biaya
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour
Cost)
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah semua
tenaga kerja yang dapat didefinisikan dengan cara yang mungkin ekonomis
terhadap produksi barang jadi atau balas jasa yang diberikan pada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat difinisikan bahwa tenaga
kerja yang digunakan dapat menghasilkan barang dan jasa atau diikuti jejaknya
pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Pengertian biaya tenaga kerja
langsung menjadi lebih jelas dengan dikemukakan sifat-sifat biaya tenaga kerja
langsung seperti yang telah diberikan oleh Gunawan Ade Saputra dan Marwan Asri,
dalam buku Anggaran Perusahaan, (2001:
26), sebagai berikut :
a. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja
jenis ini berhubungan secara
langsung dengan tingkat kegiatan produksi.
b. Biaya dikeluarkan untuk tenaga kerja ini
berhubungan atau merupakan biaya variabel.
c. Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja untuk
kegiatannya langsung dihubungkan dengan produk akhir (terutama dalam penentuan
harga produk).
Jadi yang dapat dikategorikan sebagai
tenaga kerja langsung adalah para buruh
atau bekerja pabrik yang ikut serta dalam kegiatan proses produksi bahan mentah
sampai berbentuk bahan jadi.
2. Biaya
Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah
semua balas jasa
yang diberikan kepada
karyawan pabrik, akan tetapi
manfaatnya tidak dapat didefinisikan kepada produk tertentu yang dihasilkan
oleh perusahaan. Adapun sifat-sifat biaya tenasga kerja tidak
langsung menurut Gunawan Adi Saputra dan Marwan Asri, dalam buku Anggaran
Perusahaan, (2001 ; 262), sebagai
berikut:
a. Besar
kecilnya tenaga kerja
jenis ini yang tidak berhubungan
secara langsung dengan kegiatan produksi.
b. Biaya dikeluarkan untuk tenaga kerja, jenis
ini merupakan biaya tetap.
c. Tempat bekerja, dari tenaga kerja jenis ini
tidak harus selalu di dalam pabrik, tetapi di luar pabrik.
G. Pengertian dan Klasifikasi Biaya
a. Pengertian Biaya
Untuk
menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa, maka perlulah dihitung dan
diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan
memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu
diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah
dikorbankan pada masa yang akan datang.
Dengan
demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya
pengorbanan dalam proses produksi, sehingga bahan baku bisa menjadi barang jadi dengan tetap
mengedepankan kualitas produksi, pada dasarnya setiap proses produksi yang
merupakan komponen biaya perubahan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat
dihitung dan dapat dibandingkan dengan total
penerimaan yang mungkin dapat
diperoleh.
Berbicara
mengenai masalah biaya-biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh
karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan satu yang lainnya
dalam proses produksi. Oleh Winardi, dalam buku Kapita Selecta, (2004 : 147),
menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluar
kan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu
yang merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan
faktor produksi yang bersangkutan.
Demikian
halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas
kebutuhannya bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan. Ikatan Akuntansi
Indonesia ,
dalam buku Norma Pemeriksaan Akuntansi (1999:
26) dikatakan bahwa
“Biaya
(cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu sejumlah pengeluaran-pengeluaran
dalam bentuk konstan atau dalam bentuk
pemindahan kekayaan untuk memperoleh sesuatu dengan proses pengeluaran modal
atau saham, jasa-jasa yang disertakan atau
kewajiban-kewajiban yang
ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang-barang atau jasa-jasa yang
diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang".
Dari definisi
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengertian biaya yang dikemukakan tersebut
adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua
yang tergolong dalam unsur pengeluaran.
Menurut D.
Hartanto dalam buku Akuntansi Untuk Usahawan, (2003 : 89), cost adalah :
“Biaya-biaya
yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan
datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. Sebaliknya
expense atau expred cost adalah biaya yang telah digunakan untuk menghasilkan
prestasi.Karena jenis-jenis biaya ini tidak dapat memberikan manfaat lagi
diwaktu yang akan datang, maka tempatnya adalah pada perkiraan laba rugi”
b. Klasifikasi Biaya
Dalam
pengelolaan keuangan perusahaan utamanya pada proses produksi tentunya
memerlukan biaya, oleh karena akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan
informasi biaya yang dibutuhkan manajemen agar mereka dapat mengelola
perusahaan atau bagiannya secara efektif di dalam mencatat dan menggolongkan
biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya.
Kalfisikasi
biaya tentu ada konsep biaya yang dapat memenuhi berbagai macam tujuan dan
biaya lainnya yang terkait dengan seluruh sehuingga barang itu tiba di pasar
atau di pasarkan. Oleh karena itu di dalam akuntansi biaya terdapat berbagai
macam cara penggolongan biaya sebagai berikut :
1. Penggolongan biaya-biaya atas dasar obyek pengeluaran.
2. Penggolongan
biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok
dalam perusahaan .
3. Penggolongan biaya atas hubungan biaya
dengan tujuan sesuatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya atas dasar hubungan
biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
5. Penggolongan biaya atas dasar waktu.
H.
Pengertian Pengendalian Intern
Dalam
pembahasan ini akan dikemukakan pengertian internal control. Menurut Sri
Kadarisman, dalam buku Dasar-Dasar Kepegawaian, (2000 : 112), menyatakan bahwa
internal control atau pengawasan intern ialah tindakan yang dilakukan oleh
manajer untuk mengetahui apakah jalannya pekerjaan dan hasilnya sesuai dengan
planning atau tidak, jadi fungsi-fungsi
“planning to detect a mistake immediate as it accours".
Apa yang dikontrol ialah rencana-rencana
pekerjaan atau pelaksanaan planning. Dalam hal ini kontrol bukan itu sesuatu
yang telah dikerjakan saja, tetapi sesuatu yang mungkin terjadi di mana yang
akan datang. Dengan demikian, planning kita kembali keputusan-keputusan yang
kita ingini, membuat gambaran yang pasti dengan kontrol kita ingin mengetahui
sudah sampai dimanakah rencana itu dilaksanakan. Bagaimana foloow up sesuatu keputusan yang telah diambil, kemudian ada
kemajuan atau tidak, bila ada kemacetan sampai dimana kemacetan itu dan apa
sebabnya, menurut M. Manullang, dalam buku Dasar-Dasar Manajemen, (2002 : 92),
pengawasan intern berarti kemampuan untuk meneruskan dan memberikan motivasi
serta untuk mengetahui apa yang sesungguhnya telah dilakukan dibandingkan,
dengan apa yang seharusnya dilakukan. Dengan pengawasan pembuatan
standard-standard mengandung untuk pengawasan pengukuran pekerjaan kantor
Berdasarkan hal tersebut, maka proses
kontrol terdiri dari pada langkah-langkah tertentu yang menjadi dasar bagi
semua controlling. Tanpa memperdulikan aktivitas dari beberapa dasar penerapan
dalam proses mengenai kontrol intern yang ada di dalam perusahaan itu sendiri.
Dengan demikian, menurut Manukkang, dalam
buku Dasar-Dasar Manajemen, (2002 :
105), menyatakan bahwa :
"1) Menentukan standard atau dasar
bagi control
2) Pengukuran bagi pekerjaan
3) Membandingkan pekerjaan dengan standard, dan menentukan perbedaan
jika ada.
4) Memperbaiki penyimpangan
dengan bantuan tindakan yang bersifat membetulkan".
Pada pengertian tersebut, dinyatakan
dalam kebiasaan yang sedikit berbeda, controlling, terdiri dari pada bagian,
yaitu :
1) Menentukan apa
yang harus dikerjakan atau dapat diharapkan sesungguhnya.
2) Untuk menentukan
hasil dengan harapan-harapan yang mana membawa kepada tercapainya tujuan.
3) Menyelidiki apa
yang akan dikerjakan.
4) Menguji hasil
sudah sesuai atau belum,
mana kemudian menerapkan dalam
ukuran-ukuran perbaikan yang akan perlu
ditambah.
Penggunaan dari pada proses control untuk
suatu illustrasi mengenai aktivitas-aktivitas dari bagian pembelanjaan, berita
yang disampaikan untuk menjual kepada toko-toko khusus eceran. Pesanan yang
sebenarnya memberikan kepastian untuk ini dengan seorang kelak menjual yang
menjalankan sebagai aktivitas pekerjaan.
Pada bagian penjualan mempunyai jatah
penjualannya masing-masing. Ini adalah standard yang dapat dibandingkan dengan
volume yang sebenarnya dari peranan penjual kepada jatah penjualan
masing-masing dapat memberikan ukuran kepada pekerjaan pada bagian. Informasi
yang feed back mengenai penyimpangan antara pesanan penjualan menunjukkan dasar
untuk tindakan perbaikan yang mana dapat dilihat susunannya bahwa prosedur
perintah penjualan digunakan, produk didemonstrasikan dengan baik
memperlihatkan harga dan sebagainya, atau pada bagian penjualan diperiksa kembali, atau prosedur penjualan dirobah.
Haruslah diperhatikan bahwa penggunaan
dari pada proses control diperkirakan bahwa pekerjaan planning menjadi lengkap
dan jelas. Haruslah sekurang-kurangnya ada sedikit perencanaan (planning) sebelum terjadinya controlling.
Usaha-usaha pengawasan benar-benar dapat
membantu, bilamana setiap anggota dari suatu organisasi untuk mengetahui
tujuan-tujuan yang umum dan mana dicari dan sama sekali berhubungan dengan
tujuan yang umum dan erat dari unit pekerjaannya, seksi atau departemen, yang
mana tujuan-tujuan adalah satu refleksi dan bagian yang integral dari semua
tujuan-tujuan umum organisasi. Apabila seorang pekerjaan, apakah ia kepala
bagian atau pengawas, untuk mengetahui apakah yang diharapkan dirinya secara
teratur menerima informasi baik untuk ia mengetahui keberhasilannya yang
relatif dalam batas yang diharapkan.
I. Tujuan
Pengendalian Intern
Pada umumnya semua kegiaatan dalam
pengawasan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah
direncanakan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tujuan dijalankannya
internal control, kalau menurut Sri Kadarisman, dalam buku Dasar-Dasar
Kepegawaian, (2000 : 121), mengemukakan tujuan internal control, sebagai berikut ::
1) Membantu manajemen dalam pelaksanaan administrasi pada
perusahaan yang efektif dan efisien dalam melaksanakan prosedur untuk
menentukan kebijaksanaan kerja organisasi.
2) Memberi tahukan
dan bila perlu membetulkan cara kerjanya agar lebih efektif dan efisien.
3) Menentukan
tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat dan keefektifan prosedur intern.
4) Menentukan sampai
sejauhmana perlindungan, pencatatan, dan pengawasan terhadap kekayaan
organisasi yang mungkin dapat menyebabkan kecurian.
Untuk mencapai tujuan ini, maka internal control dilakukan pada obyek-obyek
yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut, terhadap :
1) Jumlah
hasil kerja, yaitu banyaknya
(kuantitas) daripada hasil yang telah
dicapai dalam suatu proses pelaksanaan
kegiatan.
2) Mutu hasil kerja, yaitu tinjauan dari segi
kaulitas hasil yang telah dicapai.
3) Pegawai, dalam
bidang ini maka sasarannya adalah untuk mengetahui kesungguhan, kerajinan dan
kecakapan kerjanya.
4) Uang yaitu,
dimana obyek ini sangat penting artinya dan yang menjadi sasaran kontrol adalah
apakah pemakaian uang itu sah dan telah dilaksanakan secara efisien atau tidak.
5) Barang
pembekalan, obyek ini menyangkut pembelian penggunaan dan
pemeliharaan barang-barag inventaris,
apakah telah dilakukan dengan baik sesuai dengan ketentuan atau belum.
6) Ruang kerja,
apakah ruang kerja ini sudah ditata dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau
tidak.
7) Waktu, dari segi
ini maka yang menjadi sasaran pengawasan adalah apakah waktu yang dipergunakan
dalam setiap waktu kerja itu untuk kepentingan organisasi atau tidak.
8) Metode kerja,
yang menjadi sasaran dengan obyek ini adalah
apakah metode kerja yang diterapkan oleh pimpinan organisasi telah
dilaksanakan oleh aparat operasional dengan tepat atau tidak.
.
J. Unsur-Unsur
Pengendalian Intern
Pelaksanaan internal control pada
dasarnya adalah merupakan suatu sistem daripada pelaksanaan pengawasan secara
keseluruhan, dimana berdasarkan rumusan-rumusan tentang internal control
dapatlah dikemukakan bahwa unsur-unsur internal control, yang dilaksanakan
sebagai berikut :
1)
Rencana organisasi
2)
Methode dan ketentuan - ketentuan yang
terkoordinir untuk dapat
melindungi harta milik perusahaan.
3)
Personalia.
4)
Kebiasaan-kebiasaan (praktek) yang sehat.
Sehubungan dengan tersebut, maka rekening
yang baik harus dapat memenuhi hal-hal, sebagai berikut :
1) Membantu
mempermudah penyusunan laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan lainnya
dengan ekonomis.
2) Meliputi rekening-rekening yang
dapat diperlukan untuk dapat menggambarkan dengan baik dan teliti harta-harta
milik, hutang, pendapatan, harga pokok dan biaya-biaya yang harus diperinci
sehingga berguna bagi manajemen didalam melakukan pengawasan operasi perusahaan.
3) Menguraikan dengan teliti dan
singkat apa yang harus dimuat didalam setiap rekening.
4)
Membuat rekening-rekening kontrol apabila diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA Alvin A. Arens - James K Leobbecke, 2001, Auditing : Suatu Pendekatan Terpadu, Edisi keempat, Buku Satu dan Buku Dua, Erlangga, Jakarta. Benggolo, AMT, 2000, Manajemen Personalia, Edisi Kedua, Mandar Maju, Yogyakarta. Hartanto, D, 2003, Akuntansi Untuk Usahawan, LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta. Kosasih, R, 2002, Auditing : Prinsip dan Prosedur, Edisi Lengkap, Cetakan Keempat, Palapa, Surabaya. Leo, H, 2004, Akuntansi Biaya; Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Pengambilan Keputusan, Edisi Kedua, BPFE UGM, Yogyakarta. M. Manullang, 2002. Dasar-Dasar Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta. Marwan, Asri, 2001, Akuntansi Untuk Manajemen, Edisi Keempat, BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mulyadi, 2002, Akuntansi Biaya, dan Penentuan Harga Pokok, BPFE, Universitas Gajah Mada,Yogyakarta Mulyadi, K. P., 2002, Auditing, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta. Eric L. K, 2002, Riset Akuntansi, yang dikutip oleh Rocyat Kosasih, Cetakan Kedua, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sisdjiatmo, 1999, Bagaimana Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Ke lima, Bumi Aksara, Jakarta. Soemarso, S.R, 2003, Azas-Azas Accounting, Edisis Kelima, Cetakan Kedua, PT. Pustaka Binaman Per¬sindo, Jakarta. Kadarisman. S. 2000, Dasar-Dasar Kepegawaian, Cetakan Kedua, Edisi Ketiga, Yasintha, Jakarta. Winardi, 1999, Kapita Selecta, Penerbit Alumni, Bandung. Ikatan Akuntan Indonesia, 1999, Norma Pemeriksaan Akuntansi, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar