1. Pengertian Pemasaran
Dalam konteks yang lebih luas pemasaran
adalah suatu upaya mengantar
perusahaan mencapai tujuan melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Untuk
melakukan pemasaran, maka manajer pemasaran sebagai salah satu fungsi
perusahaan harus mengenali seluk beluk kebutuhan manusia dengan memberikan
kepuasan bagi tamu.
Philip Kotler, (1997 : 8)
mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses soaial dan manajerial yang di
dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan produk yang lain.
Sedangkan pengertian
pemasaran lainnya bisa dilihat dari pendapat Alex S. Nitisemito (2001 : 31)
yang mengemukakan bahwa pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk
memperlanacar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling
efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif.
Indriyo Gito Sudarmo, (2000
: 1) pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengusahakan agar
produk yang dipasarkan itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar.
Melayu S.P Hasibua (2003 :
143) pemasaran adalah kegiatan manusia yang paling diarahkan untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Basu Swastha Dhammesta dan T
Hani Handoko (2003 : 3) pemasaran merupakan salah satu dan kegiatan-kegiatan
pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
untuk berkembang dan mendapatkan laba.
Konsep inti pemasaran
menurut pendapat di atas menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dipenuhi
dalam terjadinya proses pemasaran. Dalam pemasaran terdapat produk sebagai
kebutuhan dan keinginan orang lain yang memiliki nilai sehingga diminta dan
terjadinya proses permintaan karena ada yang melakukan pemasaran.
2.
Pengertian Jasa
atau Layanan
Jasa atau
layanan sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa atau
layanan itu sendiri mempunyai banyak arti dari mulai layanan personal (personal service) sampai jasa sebagai
suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang telah berusaha
mendefinisikan pengertian jasa.
Menurut
Philip Kotler, (1997 : 83) jasa adalah
setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan pada suatu produk fisik.
Payne (2000 :
8) mengemukakan jasa adalah suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur
ketakberwujudan yang berhubungan dengannya melibatkan beberapa interaksi dengan
konsumen atau dengan property dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan
transfer kepemilikan.
Zeithami dan Bitner (2000 : 3)
mengemukakan definisi jasa adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output
selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat
bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud bagi
pembeli pertamanya.
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jasa pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketakberwujudan yang dapat diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lainnya dan memberikan berbagai manfaat bagi
pihak-pihak yang terkait.
Dari
pengertian pemasaran dan jasa di atas, maka pemasaran jasa dapat disimpulkan
bahwa sebagai kegiatan proses sosial dan manajerial yang mana individu-individu
dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan melalui
penciptaan penawaran yang pada dasarnya tidak berwujud fisik dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun mempunyai nilai tambah yang tidak berwujud
pula pada saat dibeli.
3. Karakteristik Jasa
Produk jasa
memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan barang (produk fisik. Oleh Philip Kotler
(1997 : 84) menyebutkan ciri-ciri sebagai berikut :
- Intangibility
(tidak berwujud)
Jasa tidak
berwujud, tidak dapat dipilih, dicicipi, dirasakan dan didengar sebelum dibeli
- Inseparability
(tidak dapat dipisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan
dan pemberi jasa itu, baik pemberi jasa itu adalah orang maupun mesin. Jasa
tidak dapat dijejerkan dalam rak-rak penjualan dan dibeli konsumen kapan saja
dibutuhkan.
- Variability
(bervariasi)
Jasa sangat beraneka ragam karena tergantung siapa yang
menyediakan dan kapan serta dimana disediakan. Seringkali pemberi jasa menyadri
akan keanekarupaan yang besar ini dan membericarakan dengan yang lain sebelum
memilih satu penyediaan jasa.
- Persihability
(tidak tahan lama)
Jasa tidak dapat tahan
lama karenanya tidak dapat disimpan untuk penjualan atau penggunaan dikemudian
hari. Sifat jasa yang tidak tahan lama ini bukanlah masalah kalau permintaan
tetap/teratur karena jasa-jasa sebelumnya dapat dengan mudah disusun terlebih
dahulu. Kalau permintaan fluktuasi, perusahaan jasa akan dihadapkan pada
berbagai masalah yang sulit.
B.
Pengertian
Perilaku Konsumen
Tujuan utama pemasar adalah untuk
melayani dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Oleh karena itu
pemasar perlu memahami bagaimana perilaku konsumen dalam usaha memaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya
terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi para konsumen dalam rangka
menentukan pilihannya mengenai produk apa yang dikonsumsinya. Menurut
Nitisemito (2000 : 29) faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pendapatan,
pendidikan dan status sosial yang
disandang oleh para konsumen yang secara potensial akan mengkonsumsi barang
yang akan dipasarkan diperusahaan. Ketiga faktor ini akan turut berpengaruh
bagi perilaku konsumen sehingga perusahaan perlu mengkajinya, sehubungan dengan
upaya perusahaan didalam meningkatkan penjualan.
Melakukan suatu kajian atau studi
terhadap perilaku konsumen dalam
memainkan peranan untuk meningkatkan penjualan barang, akan diperoleh suatu
petunjuk yang konkret mengenai perlu tidaknya perusahaan melakukan
perluasan dan penyebaran
produk-produknya dipasar yang telah disesuaikan dengan perilaku konsumen.
Sehubungan dengan hal ini maka Sofyan
Assauri, (2001: 12) dalam tulisannya mengemukakan bahwa dengan mengkaji
perilaku konsumen tersebut, perusahaan dapat mengetahui diagnosa tentang siap
dan apa serta bagaimana kebenaran mengenai pemakaian suatu produk. Hasil
pengkajian tentang perilaku konsumen tersebut digunakan oleh perusahaan untuk
menentukan perlu tidaknya perusahaan merubah strategi pemasaran produknya.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa
aspek perilaku konsumen perlu mendapatkan perhatian dari unsur manajemen
perusahaan, saat mana
perusahaan yang bersangkutan akan merencanakan untuk mempertahankan posisinya
di pasar. Meskipun terdapat banyak faktor yang memungkinkan suatu perusahaan
untuk mempertahankan posisinya di pasar, namun masalah perilaku konsumen ini
perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius, khususnya bagi barang-barang industri yang pangsa pasarnya berada pada kalangan
masyarakat yang berpenghasilan relatif tinggi.
C. Pengertian Kualitas Jasa dan Layanan
1. Pengertian
Kualitas
Dalam situasi
persaingan global yang semakin kompetitif
persoalan kuaitas produk menjadi isu sentral bagi perusahaan, Kemampuan
perusahaan untuk menyediakan produk berkualitas akan menjadi senjata untuk
memenangkan persaingan karena dengan memberikan produk berkualiatas,kepuasan
pelanggan akan tercapai. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan definisi
yang tepat dan pemahaman akurat tentang kualitas yang tepat. Menurut The American Sociaty of Quality Control,
kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu layanan
menyangkut kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan
atau yang bersifat laten. Sedangkan menurut filsafat Jepang kualitas adalah “zero defect” mengerjakan pertama kali
dengan benar.
Banyak pakar bidang kualitas yang mencoba
mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangannya masing-masing. Dalam
purnama (2006 : 10) beberapa definisi
kualitas yang opuler diantaranya dkembangkan oleh tiga guru kualitas yaitu Crosby , Deming dan Jaran. Menurut Crosby kuaitas adalah
“kesesuaian denga persyaratan. Sedangkan menurut Deming kualitas adalah
“derajat” keseragaman produk yang bisa diprediksi dan tergantung pada biaya
rendah dan pasar “ serta menurut Juran kualitas adalah keseusian dengan
penggunaan (memuaskan kebutuhan konsumen)
Berdasarkan beberapa definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa kualitas bersumber dari dua sisi, produsen dan konsumen. Produsen menentukan
persyaratan atau sfesifikasi kualitas, sedangkan konsumen menentukan kebutuhan
dn keinginan. Pendefinisian akan akurat jika produsen mampun menterjemahkan
kebutuhan dan keinginan atas produk ke dalam spesifikasi produk yang
dihasilkan.
2. Pengertian
Kualitas Jasa atau Layanan
Kualiatas layanan (service quality)
seperti yang Parasuraman et al, (1998 : 29) menyatakan bahwa sebagai seberapa
jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka
terima/peroleh.
Rangkuti (2003 :
28) menyatakan bahwa kualitas jasa didefinisikan sebagai penyampaian jasa yang
akan melebihi tingkat kepentingan pelanggan.
Wyckof yang dikutip oleh Fandy Tjiptono
(2006 : 59) menyatakan bahwa kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan.
Salah satu modal kualitas layanan yang
banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah modal ServQual (servive quality) seperti yang
dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithami dan Berry seperti yang dikutip oleh
Zeithami dan Bither (2000 : 82) dalam serangkaian penelitian mereka terhadap
enam sektor jasa, reparasi, peralatan rumah tangga kartu kredit, sambungan
telepon jarak jauh, otomotif, intel, dan pialang, sekuritas. ServQual (service
quality) dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yang persepsi pelanggan
atas layanan yang nyata mereka terima (perceived
service) dengan layanan yang nyata sesungguhnya diharapkan/diinginkan (expected service).
Dari definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa
yaitu apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai yang diharapkan, maka
kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima baik
dan mempengaruhi harapan tamu, maka kualitas jasa dipersepsi sebagai kualitas
yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang
diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik
tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi
harapan pelanggan / nasabah secara konsisten.
3. Dimensi kulitas jasa (service quality)
Konsep kualitas pelayanan
merupakan fokus penilaian yang merefleksikan persepsi tamu terhadap Lima (5)
dimensi spesifik dari kinerja layanan. Parasaruman et al, (2000 : 129)
menyimpulkan bahwa lima dimensi yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan,
yaitu :
1.
Tangibles, yaitu penamplan
fisik dari perusahaan seperti fasilitas, penampilan personil dan materi
komunikasi.
2.
Reability, atau keandalan,
yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan
secara akurat dan terpercaya.
3.
Responbsiveness, (ketanggapan), yaitu suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan
yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian
informasi yang jelas.
4.
Assurance, (jaminan dan
kepastian) yaitu, pengetahuan kesopan santunan, dan kemampuan para karyawan
perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para tamu kepada perusahaan.
5.
Empaty, yaitu memberikan
perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada
para tamu dengan berupaya memahami keinginan tamu.
D. Kepuasan Pelanggan
1.
Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan
pelanggan telah menjadi konsep dalam wacana bisnis dan manajemen. Pelanggan
merupakan fokus utama dalam pembahasan mengenai kepuasan dan kualitas jasa.
Oleh karena itu tamu memegang peranan cukup penting dalam mengukur kepuasan
terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan perusahaan.
Menurut Tjipto dan Chandra, (2005 : 195)
kata kepuasan (safisfaction) berasal
dari bahasa latin yang artinya cukup baik memadai dan “factio” yang artinya
melakukan atau membuat jadi kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan
sesuatu”.
Menurut Tjipto dan Chandra (2005 : 195)
kepuasan deskriptipkan yaitu istilah ini begitu kompleks dan tidak seorangpun
yang bisa mendefinisikannya secara pasti dan definisi-definisi di atas
kelihatan berlainan artinya sebab kata-kata yang digunakan sangat bervariasi
demikian pada dasarnya enak yang dirasakan ketika sesuatu hasrat yang kita
inginkan akhirya tercapai.
Sementara menurut Websters (dictionary)
(1998 : 93) pelanggang adalah seseorang yang beberapa kali datang ke tempat
yang sama untuk membeli suatu barang atau peralatan. Jadi dengan kata lain
pelanggan adalah seseorang yang secara kontinyu datang ke suatu tempat yang
sama untuk memuaskan keingiannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan
jasa dan membayar produk atauy jasa.
Sedangkan definisi kepuasan pelanggan
(custumer salisfaction) menurut Tjipto dan Chandra (2005 : 198) kepuasan adalah
situasi kognitif pembeli yang merasa dihargai setara atau tidak setara dengan
pengorbanan yang telah dilakukannya.
Pendapat lainnya bisa dilihat menurut
Tjipto dan Chandra (2005 : 197) kepuasan pelanggan (custumer satifaction)
adalah penilaian evaluatif purna pilihan menyangkut seleksi pembelian spesifik
definisi tersebut akan memperlihatkan bahwa konsumen akan melihat secara
keseluruhan apa yang telah mereka rasakan setelah membeli suatu produk/jasa. Hal
ini dapat dinilai dari fitur, kualitas harga dan lainnya dari suatu yang bisa
saja sangat bagus dan sangat tidak bagus.
2. Jenis-Jenis Modal Kepuasan Tamu
Berdasarakan model kepuasan kualitatif
Status dan Neuhaus ( 2005 : 202) membedakan tipa tipe kepuasan dan juga tipe
ketidak puasan berdasarkan kombinasi antara emosi-emosi speifik terhadap
penyedia dan minat berperilaku untuk memilih lagi penyedia jasa bersangkutan.
Tipe-tipe kepuasan dan tidak kepuasan tersebut adalah :
- Demangding costumer
satisfaction
Tipe ini merupakan
tipe kepuasan yang aktif. Relasi dengan
penyedia jasa diwarnai emosi positif terutama optimisme dan kepercayaan.
Berdasarakan pengalaman positif dimasa lalu, tamu dengan tipe kepuasan ini
berharap bahwa penyedia jasa bakal mampu memuaskan ekspestasi yang semakin meningkat
dimasa depan.
- Stable customer satisfaction
Tamu dalam tipe
ini memiliki tingkat aspirasi positif dan perilaku yang demining. Emosi positif
terhadap penyedia jasa bercirikan steadiness dan frust dalam relasi yang
terbina saat ini. Meraka menginginkan segala sesuatunya tetap sama. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman positif yang telah terbentuk sehingga saat ini mereka
bersedia melanjutkan relasi dengan penyedia jasa.
- Regigned costumer statisfaction
Tamu dalam tipe ini juga merasa puas. Namun, kepuasannya
bukan disebabkan oleh pemenuhan ekspestasi, hal ini didasarkan pada kesan bahwa
tidak realistis untuk berharap lebih. Perilaku tamu tipe ini cenderung pasif.
Mereka tidak bersedia melakukan berbagai upaya dalam rangka menuntut perbaikan
situasi.
- Stable customer disatisfaction
Tamu dalam tipe ini tidak puas terhadap jasa namun mereka
cenderung tidak melakukan apa-apa. Relasi mereka dengan penyedia jasa diwarnai
emosi negative dan asumsi bahwa ekspestasi mereka tidak bakal terpenuhi di masa
datang. Dalam ini ia juga tidak melihat adanya peluang untuk perubahan dan
perbaikan.
- Demanding custimer distisfaction
Tipe ini
bercirikan tingkat aspiratisi aktif dan perilaku demanding. Pada tingkat emosi, ketidak puasan menimbulkan protes dan
posisi. Hal ini menyiratkan bahwa mereka akan aktif dalam menuntut perbaikan.
Pada saat bersamaan mereka juga merasa tidak perlu tetap loyal pada penyedia
jasa. Berdasarkan pengalaman negatifnya, mereka tidak akan memilih penyedia
jasa yang sama lagi di kemudian hari.
3. Faktor kualitas layanan dalam menentukan
kepuasan Tamu.
Menurut Zeitham dan Bitner (2000 : 81) kualitas layanan ditentukan oleh
persepsi konsumen dalam dua hal, pertama persepsi kualitas pelayanan dalam arti
teknis (technical outcome) yang
diberikan oleh penyedia jasa, dan kedua kualitas dalam arti hasil dari suatu
proses jasa (outcome process) yang
diwujudkan dalam bentuk bagaimana jasa itu diberikan.
Zeitham
dan Bitner (2000 : 75) juga menyatakan bahwa kepuasan pelanggan dipengaruhi
oleh factor kualitas pelayanan, kualitas produk, harga, faktor situasi dan
faktor pribadi/individu pelanggan. Secara visual, dapat digambarkan pengaruh
beberapa faktor-faktor tersebut pada kepuasan pelanggan, seperti dapat dilihat
berikut :
Gambar I : Customer
Perception of quality and customer satisfaction
![]() |
|||
![]() |



![]() |
![]() |



![]() |
![]() |
![]() |
|||







![]() |
![]() |

Sumber : Zeitami
dan Bitner (2000 : 75)
Pengukuran kepuasan pelanggan dalam jasa dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran atas dimensi kualitas layanan, yang
sebagai model ServQual yang meliputi dimensi reliability, responsiveness, asurance, emphaty dan tangible.
Reability adalah kemampuan produk untuk memuaskan pelanggan sesuai
jaminan perusahaan Responsiveness, menyangkut kesediaan staff/ karyawan untuk
membantu kesulitan yang dihadapi pelanggan maupun kecepatan tanggapan karyawan
dalam melayani pelanggan.
Asurance, aspek yang dilihat dalam
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan yang dapat diukur salah satu dengan
tingkat keterampilan dalam memberikan layanan maupun pengetahuan karyawan.
Emphaty yaitu perhatian (kepedulian) perusahaan secara individual terhadap
pelanggannya, seperti kemudahan menghubungiu perusahaan dan layanan keluhan
pelanggan. Tangibles, meliputi penampilan fisik (pegawai, kantor, teknologi dan
sebagaianya bagi perusahaan yang mendukung terwujudnya kepuasan.
4. Pengukuran Kepuasan Tamu
Menurut Philip Kotler, (2005 : 210) ada
empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu :
a. Sistem keluhan dan
saran
Setiap
organisasi yang berorientasi pada tamu (costumer
oriented) perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi
tamu guna menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka seperti kotak
saran, saluran telepon khusus bebas pulsa, websites dan lain-lain.
b. Ghost Shopping (Myste Shopping)
Salah
satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan tamu adalah dengan
mempekerjakan bebeapa orang gost shopper
untuk berperan atau berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan
dan pesaing. Meraka diminta berinteraksi dengan staf
penyedia jasa dan menggunakan produk/jasa perusahaan. Mereka kemudian diminta
melaporkan temuan-temuannya berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan produk
perusahaan dan pesaing. Biasanya para ghost
shopping diminta mengamati secara saksama dan menilai cara perusahaan dan
pesaingnya melayani permintaan spesifik tamu, menjawab pertanyaan, dan
menangani setiap keluhan.
c.
Last Custumer
Analisis
Perusahaan
menghubungi tamu yang telah berhenti membeli atau beralih, hal ini harus
dilakukan sebab hal ini bisa dikatakan bahwa perusahaan telah gagal dalam
memuaskan tamu dan dapat menganalisa sebagai pelajaran dan pengalaman yang
tidak diulangi.
d. Survei Kepuasan
Pelanggan
Pada
umumnya penelitian mengenai kepuasan tamu dilakukan dengan penelitian survey,
baik melalui pos, telepon, maupun dengan wawancara langsung. Hal ini disebabkan
setiap survey akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari
planggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh
perhatian terhadap para tamu. Pengukuran
kepuasan tamu dengan memakai metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya :
- Directly
reported satisfaction
Pengukuran secara
langsung menggunakan item-item spesifik yang menyatakan langsung tingkat kepuasan
yag dirasakan tamu.
- Derivedsatifaction
Pertanyaan yang
diajukan mengenai (1) tingkat harapan atau ekspestasi tamu terhadap kinerjka
produk terhadap atribut-atribut yang relevan (2) persepsi pelanggan terhadap
kinerja aktual.
- Problem
analysis
Pada teknik ini responden diminta mengungkapkan masalah
yang dihadapi dengan produk atau jasa dan memberikan saran-saran perbaikan.
- Importance-performance
analysis
Dalam teknik ini
responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan dalam berbagai atribut
relevan dan tingkat kinerja perusahaan pada masing-masing atribut tersebut.
Kemudian nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut dan kinerja perusahaan
akan dianalisis di Importance-Performance
Matrix. Matrik ini sagat bermanfaat sebagai pedoman dalam mengalokasikan
sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang-bidang spesifik di mana
perbaikan kerja berdampak besar pada kepuasan pelanggan total.
5. Gap Kualitas Jasa
Secara umum kepuasan tamu akan terpenuhi
jika jasa yang dipersepsikan oleh tamu berupa harapan akan kualitas jasa yang
diterima sesuai dengan kenyataan diterima dari pembeli jasa. Akan tetapi oleh
berbagao faktor-faktor situasional, faktor individu, kualitas produk, atau
harga, maka seringkali terjadi perbedaan (gap) antara apa yang dipersepsikan
oleh tamu dengan apa yang dirasakan oleh mereka.
Menurut tiga pakar terkemuka kualitas
jasa Parasuraman, Zeithaml dan Berry yang dikutip
oleh Tjipto dan Chandra (2005 : 145) dipaparkan secara rinci lima gap kualitas jasa yang berpotensi
sebagai sumber masalah kualitas jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Dhamesta B.S,
Handoko T. Hani, 2000, Manajemen Analisa
Perilaku Konsumen, Yogyakarta , BEFE.
Gitosudarmo, I,
2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama,
Cetakan Ketujuh, BEFE, Yogyakarta .
Hasibuan, Malayu,
SP, 2001, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta .
Irawan, D, Handi, 2004, 10 Prinsip-Prinsip Kepuasan Pelanggan, PT Alex Media Kompotindo,
Jakarta.
Kotler, Philip, 1997, Manajemen
Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Jakarta, PT
Prehalindo, Jakarta.
Kotler, Philip, & Gary Amstrong, 2001, Dasara-Dasar Pemasaran : Edisi
Kesembilan, Prentice-Hall, Inc
Lopiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Ketujuh, PT Salemba Empat, Jakarta.
Maholtra, Naresh K, 2005, Riset Pemasaran
Pendekatan Terapan, Edisi ke Keempat,
PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Purnama, Nursya’Bani, 2006, Manajemen
Kualitas Prospektif Global, Ekonisa, Yogyakarta.
Rangkutiu, Feedy, 2003, Meausring Costumer Satisfaction, Teknik Mengukur dan Strategi
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan, Edisi Kedelapan, Cetakan Kelima, Gramedia,
Pustaka Utama, Jakarta.
Sihite, Richard, 2000, Dasar-Dasar Tata Boga Perhotelan, Surabaya: SIC
Simamora, Bilson, 2002.
Panduan Riset Perilaku Konsumen, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Tjiptono, Fandy & Gregorius Chandra, 2005, Service, Quality & Satisfaction,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Yazid, 2003, Pemasaran
Jasa, Konsep dan Implementasi, edisi Kedua, Fakultas Ekonomi UII,
Yogyakarta.
Zeithmal, Valerie
A. & Mary Jo Bitner, 2000, Service
Marketing, Integration Custumer Across The Firm, McGraw Hill Inc, USA .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar