A Pengertian Pemasaran
Pemasaran ialah
bagaimana cara memberikan kepuasan konsumen, barang yang akan diperkenalkan
kepada konsumen yaitu barang hasil produksi dan siap dipasarkan, hasil produksi
barang terjamin dari mutu dan kualitas agar bisa bersaing dipasaran.
Basu Swastha dan
Irawan, Manajemen Pemasaran Modern (2002 : 37) menyatakan bahwa pemasaran adalah
suatu sistem dari keseluruhan kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan untuk memenuhi kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.
Membicarakan pengertian
pemasaran kita harus melihat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
pemasaran karena dalam memberikan defenisi pemasaran kita sering menjupai
beberapa penafsiran yang dapat memberikan estimasi bagaimana cara meningkatkan
penjualan sesuai dengan titik pandang masing-masing ahli. Pada dasarnya
prinsip-prinsip ini secara umum defenisi-defenisi tersebut mempunyai maksud dan
tujuan yang sama yaitu bahwa kegiatan atau aktivitas pemasaran barang dan jasa
bukan hanya sekedar kegiatan menjual barang/jasa tetapi lebih luas dari pada
itu.
Sehubungan dengan
hal tersebut, maka pemasaran berarti suatu aktivitas atau kegiatan manusia
berlangsung dalam kaitannya jual beli di pasar, atau berarti bekerja dengan
pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia.
Menurut Basu
Swastha, Manajemen Pemasaran Modern (2002 : 112) menyatakan bahwa pemasaran
merupakan suatu proses pemilihan, pasar mana yang akan kita masuki, produk apa
yang kita pasarkan, berapa harga yang kita tetapkan serta distributor mana yang
akan kita gunakan.
Oleh sebab itu,
maka sasaran yang ingin dicapai perusahaan adalah untuk peningkatan penjualan
Dalam hal ini bukan semata-mata didasarkan pada selera dan pemenuhan keinginan
di dalam memasarkan produknya agar supaya produk yang ditawarkan itu dapat
terjual.
Menurut Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran
Suatu Pendekatan Analisis (2001: 2), menyatakan bahwa, pemasaran adalah untuk
menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa tepat pada orang, pada tempatnya
dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat.
Selanjutnya,
Stanton Marketing Praktis, (2000 : 4), mengemukakan bahwa pemasaran adalah
sistem dari keseluruhan kegiatan yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan untuk
memenuhi kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Kalau kita menelaah lebih jauh didifinisikan
tersebut, maka pada dasarnya pemasaran merupakan suatu sistem yang terkait
untuk membuat perencanaan, penentuan harga, melaksanakan promosi,
mendistribusikan barang dan jasa dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan
keinginan para konsumen.
Sedangkan Winardi Azas-Azas Marketing (2002 :
10) mendefinisikan bahwa pemasaran adalah pelaksanaan aktivitas dunia usaha
yang mengamati arus benda-benda serta jasa-jasa pada produsen ke konsumen atau
pihak yang menggunakannya.
Dari definisi
tersebut menunjukkan bahwa pemasaran adalah semua kegiatan proses pemindahan
barang atau jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen dengan menggunakan suatu
keseluruhan distribusi dalam rangka
memperlancar arus pertukaran barang atau jasa tersebut.
Alex S. Nitisemito
Azas-Azas Marketing, (2000 : 13), memberikan pengertian tentang pemasaran yaitu
semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari
produsen kekonsumen secara efisien dengan maksud menciptakan permintaan yang
efektif.
Sedangkan Philip
Kotler Manajemen Pemasaran (2002 : 5) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu
proses sosial yang memberikan kepada individu atau kelompok, apa yang mereka
butuhkan, inginkan dan ciptakan serta menukarkan produk-produk dan nilai dengan
individu dan kelompok lainnya.
Salah satu
kegiatan manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan adalah
melakukan suatu proses pertukaran, jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pemasaran diciptakan oleh para penjual dan pembeli atau lebih dikatakan bahwa
pemasaran diciptakan oleh para produsen dan konsumen dalam upaya memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang jumlahnya tidak terbatas. Jelas bahwa antara
produsen dan konsumen senantiasa untuk mencari kepuasan dengan cara meraih
keuntungan, sedangkan dalam pihak para konsumen memenuhi kebutuhan prestasi
pemilikan barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen.
Dengan
memperhatikan beberapa definisi pemasaran yang
dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan
suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran serta usaha
yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada
pemasaran kebutuhan dan keinginan konsumen, guna mendapatkan penjualan yang
menghasilkan laba.
B. Definisi Marketing
Mix (Bauran Pemasaran)
Sebagai
implikasi konkret dari adanya kemajuan yang dicapai dalam ilmu
pengetahuan dan perkembangan teknologi dewasa ini, antara lain
terlihat melalui kian dinamisnya kegiatan dunia usaha yang pada gilirannya memberikan
corak tersendiri bagi pola konsumsi masyarakat. Sejalan dengan hal ini
perusahaan-perusahaan memandang bahwa hanya kepada masyarakatlah
semata-mata tempat pelemparan produk-produk yang diproduksi oleh
perusahaan. Dengan demikian perusahaan senantiasa mencapai tujuan memaksimasi
penjualannya.
Stanton, Marketing
Praktis (2000 : 112) meyatakan bahwa dengan memanfaatkan semaksimal
mungkin sejumlah tensi yang ada seperti
penerapan konsep dan kebijaksanaan bauran pemasaran atau marketing
mix, yaitu terdiri dari kebijakan dibidang harga, promosi,
distribusi dan produk.
Kebijakan-kebijakan
tersebut lebih dikenal sebagai the fourth's yaitu
P'S (Price, Place, Promotion, Product).
Mengenai
konsep marketing mix ini, menurut Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan dan Pengen-dalian (2002
: 112), bahwa marketing mix adalah perangkat variabel-variabel
pemasaran terkontrol yang perusahaan gabungan untuk menghasilkan tanggapan yang
diinginkannya dalam pasar sasaran.
Jika perusahaan
telah memutuskan suatu strategi penentuan posisinya di pasar, maka hal tersebut
bahwa perusahaan telah siap memulai
suatu perencanaan yang terperinci mengenai marketing mix. Dengan
demikian maka konsep marketing mix merupakan suatu konsep utama dalam
pelaksanaan pemasaran modern dewasa ini.
Marketing
mix terdiri dari segala tindakan yang
mengakibatkan perusahaan melakukan suatu kebijaksanaan yang sifatnya
mempengaruhi peningkatan permintaan akan produk-produknya dipasar.
Kegiatan yang dilaksanakan guna mempengaruhi permintaan akan
produk-produk perusahaan tersebut, pada dasarnya mencakup
faktor-faktor internal yang dapat dikendalikan perusahaan sehingga
dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk dijalankan terpadu.
Dalam marketing
mix terdapat empat faktor yang pelaksanaannya dapat dikendalikan perusahaan
menurut Winardi dalam bukunya Azas-Azas Marketing membagi beberapa, yaitu :
1. Product
(produk)
Kombinasi
pertama dari marketing mix adalah produk, hal ini disebabkan
karena obyek yang utama dari pemasaran adalah produk. Produk ada yang
berupa barang dan jasa.
Dalam menentukan keputusan tentang produk, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan meliputi :
a. Quality, yaitu menyangkut suatu
barang/ jasa yang dihasilkan oleh produsen untuk ditawarkan kepada konsumen.
b. Fetures,
yaitu menyangkut tentang penampilan dari produk yang dihasilkan meliputi
faktor kuantitas dan hygiene dari produk agar dapat
menimbulkan daya tarik konsumsi.
c. Options,
yaitu menyangkut tentang kesediaan perusahaan untuk menghasilkan
berbagai produk (produt line)
d. Style,
yaitu menyangkut tentang
modal dari produk yang
bersangkutan. Olehnya itu
perusahaan harus senantiasa
menciptakan model yang
sesuai selera konsumen
yang setiap saat mengalami perubahan.
e. Brand name, yaitu menyangkut
tentang pemberian mareka pada
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pemberian merk tersebut sedapat
mungkin memberikan kesan kepada konsumen.
f. Packaging, yaitu
menyangkut tentang bagaimana cara untuk
memberikan pembungkus atau pengepakan pada produk dengan
mempertimbangkan unsur biaya, daya tahan dan lain-lain yang
sasaran utamanya agar pembungkus tersebut tetap menarik.
g. Product
line, yaitu menyangkut sejumlah jenis produk yang
dihasilkan oleh perusahaan dengan memperhatikan faktor
mutu, hygiene, ukuran dan lain-lain.
h. Warranty,
yaitu menyangkut jaminan perusahaan akan
produk yang dihasilkan. Dengan demikian konsumen merasa aman dari
berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan dalam pemakaian batas
waktu yang wajar.
i. Service
level, yaitu menyangkut tentang pelayanan untuk perusahaan dalam
menghadapi konsumen misalnya fasilitas transport yang dapat menunjang dan
memperlancar penyerahan produk ke tangan konsumen. Other service, yaitu menyangkut pelayanan di luar dari
service level misalnya after sales
service atau dengan penyediaan spare parts terjamin, serta kesiapan tukar barang
rusak/ baik bila perlu.
2 Price (harga)
Kombinasi kedua dari marketing mix adalah menentukan
kebijaksanaan tingkat harga yang tepat bagi perusahaan.
Penetapan harga terhadap suatu produk mengandung resiko yang
sangat besar. Olehnya itu ada beberapa patokan dalam menentukan kebijaksa naan tentang harga yang
meliputi :
a. List
Price, yaitu penyediaan daftar harga barang yang
dihasilkan oleh perusahaan yang tujuannya agar kombinasi antara perusahaan dan
konsumen dapat lebih besar.
b. Discoount,
yaitu untuk pemberian potongan harga kepada langganan dengan
memperhatikan jumlah dan frekuensi dari pembelian barang.
c. Allowance,
yaitu pemberian harga
khusus pada produk tertentu
yang dihasilkan oleh perusahaan dengan maksud untuk memikat
konsumen.
d. Payment Proidicredit
Terms, yaitu dalam penentuan
waktu pembayaran/ syara-syarat kredit lainnya
yang dapat dikontrol oleh perusahaan serta dapat menimbulkan
keringanan bagi pembeli (konsumen).
3 Place (tempat/
saluran distribusi)
Untuk lebih memperlancar arus barang dan jasa dari produsen
ke konsumen, maka salah satu faktor yang penting adalah Saluran distribusi menurut
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (2002 : 28), menyatakan bahwa saluran
distribusi digunakan sebagai tempat penyaluran barang dan jasa.
Menurut Stanton, Marketing Praktris, (2000 : 119) saluran
distribusi merupakan suatu alternatif bagi perusahaan bagaimana untuk
memperlancar barang dan jasa hasil produk, karena bermunculan produk yang sama, peranan saluran
disirbusi dalam memerangi saingan dan tantangan perlu diatasi serta harus
dilewati, kecermatan dan kelihaian pengelola perusahaan ditentukan oleh
keunggulan menghadapi pesaing muncul dengan sendirinya.
Bilamana terjadi suatu kesalahan dalam pemlihan distribusi
akan memberikan pengaruh yang dapat memperlambat atau menghambat usaha
penyaluran barang dan jasa. Produk yang sudah memenuhi Standar Industri Indonesia
dan sudah memenuhi selera konsumen namun jika ternyata saluran distribusi yang
digunakan tidak mempunyai kemampuan dan inisiatif atau kurang bertanggung jawab, maka usaha
penyaluran akan mengalami hambatan.
Oleh Simorangkir, Marketing Praktis (2004 : 29) secara umum
saluran distribusi dapat dibedakan dalam beberapa macam menurut rangkaiannya,
sebagai berikut :
1. Produsen ke
konsumen, ialah dalam bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan
sederhana adalah saluran distribusi dari produsen langsung ke konsumen tanpa
menggunakan perantara, atau bisa disebut distribusi secara langsung. Produsen
disini kurang memperhatikan salurtan distrbusi yang telah terbangun selama ini.
2. Produsen ke
pengecer ke konsumen, ialah suatu hal dapat dipengaruhi oleh konsumen atau
pengecer secara langsung melakukan penjualan kepada konsumen. Adapun beberapa
produsen yang mendirikan toko pengecer
sehingga secara langsung melayani konsumen.
3. Produsen ke
pedagangan besar ke pengecer ke konsumen, yang berarti bahwa saluran distribusi ini banyak digunakan
oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Produsen
disini hanya berhubungan kepada pedagang besar (pengusaha besar) tidak melayani
pengecer dan penjual. Produsen disini khususnya melayani dalam partai besar
tanpa menghiraukan pengecer dan penjual.
4. Produsen ke agen
ke pengecer ke konsumen, dalam melaksanakan saluran distribusi produsen memilih
agen (agen penjualan atau pabrik) sebagai penyalurannya. Produsen menjalankan
kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada dan sasaran
penjualannya terutama diajukan kepada pengecer.
5. Produsen ke agen
ke pedagangan besar ke pengecer ke konsumen, yang berarti saluran distribusi
ini berfungsi untuk saling menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan
barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil
agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.
Dalam memilih alternatif mana yang terbaik dari saluran
distribusi dalam berbagai macam alternatif, maka produsen memperhatikan
faktor-faktor yang berpengaruh seperti pertimbangan pasar, barang, perusahaan
dan perantara dalam perdagangan.
Penentuan tempat dengan tepat akan lebih
memudahkan dilancarkannya program pemasaran secara efektif
dan efisien. Oleh Simorangkir, Marketing Praktis (2004 :
87)Place dalam memasarkan meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Channel Distribution, yaitu menentukan
saluran distribusi terutama dalam
artian fisik yang meliputi sasaran
penyimpangan/ pemeliharaan dan banyaknya
pedagang perantara yang terdapat dalam channel. Dengan
memperhatikan kedua hal tersebut maka penyaluran barang ke
konsumen dapat lebih dan tepat.
b. Coverage, yaitu menyangkut tentang pemberian
informasi secara cepat dan tepat dari perusahaan ke konsumen dan
sebaliknya. Hal ini dimaksudkan untuk secepatnya dapat memperoleh
informasi atas segala perubahan yang terjadi terutama dalam lingkungan
perusahaan.
c. Outlet
lokation, yaitu menyangkut penempatan lokasi yang merupakan pusat barang
untuk dialokasikan ke berbagai daerah penjualan (konsumen).
d. Sales therry, yaitu menyangkut
jangkauan produk
yang dihasilkan oleh perusahaan dengan memperhatikan klasifikasi
tertentu dari pola konsumen misalnya pendapatan selera dan
lain-lain.
e. Inventory
levels, yaitu tentang jumlah persediaan yang harus ada dalam
perusahaan pada pedagang perantara yang tujuannya untuk menjaga
timbulnya kekosongan produk didaerah pemasaran. Kekosongan produk
dapat menyebabkan masunya produk dari perusahaan
lain atau hilangnya kepercayaan konsumen pada perusahaan.
f. Transportations,
yaitu menyangkut
kelancaran operasional perusahaan
terutama kemampuan perusahaan untuk mengkafer
daerah konsumen sampai jarak terdekat.
4 Promotion (Promosi)
Setiap kegiatan perusahaan yang
berhubungan dengan penyampaian
berita mengenai produk yang dihasilkan kepada konsumen yang dapat
dilihat dalam bentuk :
a. Advertising,
yaitu kegiatan komunikasi
individu dengan menggunakan sejumlah biaya melalui cara berbagai
media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga non
lembaga serta individu-individu.
Salah satu pertimbangan utama dalam
pelaksanaan program periklanan
adalah faktor biaya. Berbeda halnya dengan kegiatan publitas
yang disiarkan tanpa memerlukan banyak biaya.
Periklanan dilaksanakan
oleh pihak penjual dan pihak pembeli yang bermotifkan
penawaran atas sesuatu produk, jasa dan secara lisan dan tulisan.
Periklanan
merupakan suatu cara penyampaian yang
bernilai ekonomi pada suatu penawaran produk.
1.
Periklanan
yang merupakan suatu alat persuasif jadi produsen dapat
mengadakan periklanan untuk membujuk masyarakat agar tertarik untuk mencoba atau
membeli produk yang diiklankan.
2. Periklanan merupakan
suatu alat untuk
menciptakan image (kesan).
3. Periklanan
merupakan suatu alat untuk memuaskan keinginan pembeli
dan penjual.
4. Personal
selling, yaitu sasaran dari kegiatan pemasaran
adalah bagaimana untuk
meningkatkan penjualan sehingga dapat
menghasilkan laba maksimal dan akhirnya
menciptakan kepuasan konsumen yang merupakan sasaran jangka panjang.
Persenal
selling
merupakan salah satu metode promosi untuk mencapai tujuan
tersebut. Metode ini memerlukan lebih banyak tenaga penjual (salesman). Personal selling adalah intensifikasi antara individu yang saling
bertemu muka yang tujuannya untuk menciptakan,
memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang
saling menguntungkan dengan pihak lain.
C. Strategi Pemasaran
Strategi
pemasaran adalah masalah penentuan cara dalam mana perusahaan untuk mencoba
untuk menjual produk-produknya ke pasar, apakah akan menggunakan penyalur
tertentu ataupun penyalur lain. Ini bukanlah masalah yang sederhana. Untuk itu
manajemen harus berusaha untuk membedakan semua alternatif saluran yang ada dan
menggunakan beberapa metode analisis untuk menilai masing-masing alternatif.
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas, dapatlah dilihat pada kasus berikut
ini.
Oleh Simorangkir, Marketing Praktis (2000 :
115) pada skhema 2 dapat dilihat adanya lima
cara yang berbeda untuk memasarkan produk baru tersebut dengan cara sebagai
berikut :
1. Menggunakan penyalur yang ada
(strategi distribusi 1)
Strategi ini dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
saluran distribusi yang ada dalam pemasaran produknya. Dalam hal ini,
perusahaan ingin mempertahankan penggunaan penyaluran yang ada.
2. Menggunakan penyalur baru (strategi
distribusi 2)
Strategi
ini dilakukan oleh perusahaan dengan memasukkan penyalur baru ke dalam saluran
distribusinya. Penyalur baru dapat mengambil pengalaman dari penyalur lama
untuk mengetahui cara-cara yang pernah ditempuhnya.
3. Membeli perusahaan
kecil yang berfungsi sebagai penyalur (strategi distribusi 3)
Strategi
ini memberikan kemungkinan pada perusahaan untuk membeli atau menambah
perusahaan baru yang berfungsi untuk memasarkan preoduknya. Jadi perusahaan
yang dibeli tersebut mempunyai kegiatan khusus di bidang pemasaran.
4 Penjualan produk
dalam jumlah besar kepada perusahaan
lain (Strategi Penjualan
4)
Strategi
distribusi ini dapat ditempuh perusahaan dengan menjual produk baru kepada
perusahaan lain dalam jumlah besar, yang kemudian mendistribusikannya kepada
konsumen akhir. Alternatif ini mempunyai konsekkuensi
profitabilitas perusahaan yang rendah, namun pada saat yang sama tingkat resiko
perusahaan jadi berkurang.
5
Kemasan dan
penjualan produk melalui pos (strategi penjualan 5)
Strategi distribusi ini dilakukan oleh
perusahaan dengan mengadakan kemasan penjualannya melalui pos. Strategi ini
perlu didukung dengan usaha periklanan.
Kelima strategi tersebut dapat diambil
suatu keputusan strategi mana yang paling menguntungkan. Untuk menentukan
pilihan strategi dapat digunakan sebuah metode yang disebut metode nilai
tertimbang (wirght factor score method)
dan tidak diuraikan secara sistimatis dalam tulisan ini.
SKHEMA 1
ALTERNATIF STRATEGI DISTRIBUSI
Alternatif 1
Pemasaran Melalui
Penyalur yang ada
Alternatif 2
Pemasaran Melalui
Penyalur baru
3
Membeli Perusahaan
Alternatif Kecil yang Berfungsi
Alternatif 4
Penjualan Produk Dalam
Jumlah Besar Kepada
Alternatif 5
Kemasan dan Penjualan
Produk Melalui Pos
Sumber : Soegarda (2000 : 76)
D. Pengertian
Perilaku Konsumen
Jika
ditelaah lebih lanjut, sebenarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
para konsumen dalam rangka menentukan pilihannya mengenai produk apa yang
dikonsumsinya. Menurut Nitisemito, Azas-Azas Marketing ((2000 : 29) faktor-faktor
tersebut antara lain tingkat pendapatan, pendidikan dan status sosial yang disandang oleh para
konsumen yang secara potensial akan mengkonsumsi barang yang akan dipasarkan
diperusahaan. Ketiga faktor ini akan turut berpengaruh bagi perilaku konsumen
sehingga perusahaan perlu mengkajinya, sehubungan dengan upaya perusahaan
didalam meningkatkan penjualan.
Melakukan
suatu kajian atau studi terhadap perilaku
konsumen dalam memainkan peranan untuk meningkatkan penjualan barang,
akan diperoleh suatu petunjuk yang konkret mengenai perlu tidaknya perusahaan
melakukan perluasan dan penyebaran
produk-produknya dipasar yang telah disesuaikan dengan perilaku konsumen.
Sehubungan
dengan hal ini maka Sofyan Assauri Manajmen Pemasaran (2001: 12) dalam
tulisannya mengemukakan bahwa dengan mengkaji perilaku konsumen tersebut,
perusahaan dapat mengetahui diagnosa tentang siap dan apa serta bagaimana
kebenaran mengenai pemakaian suatu produk. Hasil pengkajian tentang perilaku
konsumen tersebut digunakan oleh perusahaan untuk menentukan perlu tidaknya
perusahaan merubah strategi pemasaran produknya.
Dengan
demikian, jelas terlihat bahwa aspek perilaku konsumen perlu mendapatkan
perhatian dari unsur manajemen perusahaan, saat mana perusahaan yang
bersangkutan akan merencanakan untuk mempertahankan posisinya di pasar.
Meskipun terdapat banyak faktor yang memungkinkan suatu perusahaan untuk
mempertahankan posisinya dipasar, namun masalah perilaku konsumen ini perlu
mendapatkan perhatian yang cukup serius, khususnya bagi barang-barang industri yang pangsa pasarnya berada pada kalangan
masyarakat yang berpenghasilan relatif tinggi.
Secara
lebih konkret dapat dikemukakan bahwa
unsur perilaku konsumen dalam pembelian
barang, pada dasarnya mencerminkan tanggapan atau respon mereka terhadap
berbagai rangsangan pemasaran. Tanggapan atau respon tersebut terutama terlihat melalui berbagai bentuk pewadahan produk,
harga, daya tarik advertensi dan
unsur lainnya yang berdampak secara psikologi
bagi konsumen serta sosial budaya.
Mengenai
perlunya perusahaan menelaah mengenai
perilaku konsumen tersebut, maka perlu adanya perincian mengenai dimensi
penting dari unsur prilaku konsumen. Sehubungan dengan konteks ini, maka Yanti
B. Sugarda, Kerangka Strategi Perusahaan (2000: 214) membedakan adanya tiga
dimensi perilaku konsumen dalam konteks pembelian suatu produk, di mana
dimensi-dimensi tersebut meliputi :
1. Dimensi cognitif
(pikiran)
2. Dimensi effective
(perasaan)
3. Dimensi conative
(perbuatan)
Komponen cognitif
merupakan elemen rasional yang dipergunakan dalam proses penelaahan secara
mental mengenai adanya perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang. Konponen
efektive merupakan elemen emosional serta adanya unsur perasaan yang secara
alamiah berada pada setiap individu yang akan mengkonsumsi barang. Komponen cognitif merupakan suatu kecenderungan
untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan sehingga konsumen akan melakukan pembelian terhadap
produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar.
Meskipun adanya kebebasan bagi konsumen untuk dapat
menentukan pilihannya dalam mengkonsumsi
suatu produk-produk industri yang mana, namun dalam kenyataannya ini konsumen
senantiasa dibatasi oleh berbagai variabel yang secara kualitatif berkembang
dalam lingkungan pemasaran. Variabel-variabel tersebut adalah nilai sosial
merupakan kemasyarakatan yang senantiasa berkembang, seperti dengan menjamurnya
penjualan minuman keras dengan berbagai merk yang tentu saja hal ini bertolak
belakang dengan nilai religius yang dianut oleh berbagai pemeluk agama yang ada
disekitarnya.
Untuk kepentingan penelaahan seperti ini, perusahaan
semakin dituntut untuk mencermati kondisi sosial masyarakat yang sedang
berkembang. Implisit di dalamnya
adalah orientasi tingkah laku konsumen atau masyarakat yang tidak
mungkin dilakukan suatu proses sosialisasi dalam usaha menyukseskan
kegiatan pemasaran.
Dengan demikian, unsur tingkah laku manusia dalam memilih
dan mengkonsumsi barang dan jasa, juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial budaya dan nilai religius yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan.
Hal ini tentu saja membawa implikasi yang penting artinya dicermati oleh
perusahaan-perusahaan yang dalam kegiatannya
sejumlah produk yang akan di pasarkannya kepada masyarakat tersebut.
Secara konkret, persoalan perilaku tersebut mencerminkan
nilai-nilai budaya yang masih dijunjung tinggi masyarakat, sehingga perusahaan
perlu melakukan tindakan yang bersifat hati-hati guna menghindari kemungkinan
terjadinya dampak yang dapat merugikan proses kelangsungan usaha pemasaran yang
dijalankannya.
Derajat pengaruh perilaku konsumen terhadap usaha
pemasaran yang dilaksanakan perusahaan,
akan sangat ditunjang oleh besarnya kaitan barang dan jasa yang
ditawarkan di pasar, serta dengan
nilai-nilai budaya dan standar normatif
dari komunitas,masyarakat dan sejumlah pranata sosial yang melembaga dalam sistim
sosial ke masyarakat setempat. Unsur ini, selain
unsur-unsur lainnya adalah sama pentingnya untuk dijadikan sebagai salah satu
rujukan di dalam menetapkan strategi pemasaran perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S, 2001, Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Analisis, Edisi Kedua, Balai
Penelitian Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta .
Dajan, Anton, 2001, Statistik
Terapan, Edisi Kelima, Cetakan Ke Tujuh, Liberty ,
Yogyakarta .
Kotler, P, 2002, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan Pengendalian,
Terjemahan Jaka Wasana, 2000, Edisi kelima, Cetakan Kedua, Erlangga, Jakarta.
Nitisemita, A,S, 2000, Azas - Azas Marketing, Edisi Ketiga, Liberty , Yogyakarta .
Simorangkir, 2004, Marketing Praktis, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Liberty , Yogyakarta .
Stanton, W.S, 2000, Marketing Praktis, Edisi Kedua, Cetakan
Pertama, Liberty
Yogyakarta .
Sugarda, B.Y, 2000, Kerangka Strategi Perusahaan, Manajemen dan
Usahawan Indonesia , Edisi ke 21, Jakarta .
Swastha, B, dan
Irawan, 2002, Manajemen
Pemasaran Modern, Edisi
Kedua, Cetakan Kedua, Liberty,
Yogyakarta.
Winardi, 2000, Azas - Azas Marketing, Cetakan Ketiga, Edisi Kedua, Alumni, Bandung .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar