A. Pengertian
Persediaan
Persediaan merupakan unsur aktiva
lancar yang sangat aktif dalam perusahaan dagang maupun perusahaan industri (perusahaan
manufactur). Dalam perusahaan dagang persediaan dimiliki dalam kegiatan
pembelian barang tanpa mengadakan perubahan bentuk. Sedangkan bagi perusahaan
industri persediaan merupakan salah satu unsur penting diproses lebih lanjut
sehingga menjadi barang siap jual. Pembelian dan penjualan mempunyai akibat
langsung terhadap harga penjualan.
Untuk menguraikan pengertian persediaan
penulis mencoba mengutip beberapa ahli ekonomi sebagaimana Bambang Karyadi
(2000 : 122) menyatakan bahwa persediaan adalah
barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu
dengan maksud dijual kembali baik secara langsung maupun melalui proses
produksi dalam sirkulasi operasi normal perusahaan dalam hal ini termasuk pula
barang-barang yang masih dalam proses produksi atau menunggu untuk digunakan.
Sedangkan Bambang Riyanto (2004 : 89) membahas pengertian persediaan,
sebagai berikut persediaan adalah barang untuk perusahaan yang diadakan untuk
dijual secara langsung sebagai usaha utama perusahaan atau pengembangan usaha
bagi perusahaan atau masih diolah dalam proses produksi kemudian dijual sebagai
barang dagangan dalam seluruh operasi normal perusahaan.
Lebih jauh dikemukakan Nopriyono (1999 :
8), menyatakan bahwa istilah persediaan digunakan untuk menyatakan
barang-barang yang berwujud yaitu :
- Tersedia untuk
dijual (barang dagangan/barang jadi).
- Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan kemudian dijual (barang
dalam proses/ pengolahan).
- Akan dipergunakan
untuk produksi barang-barang jadi yang akan dijual (bahan
baku dan bahan penolong dalam perusahaan), dalam penjualan maupun yang
dititipkan pada orang lain.
Menurut Kriso Weygandi (1999 : 491)
persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang
biasa atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam produksi barang
yang akan dijual.
Perusahaan dagang biasanya membeli
persediaannya dalam bentuk yang sudah siap untuk dijual. Melaporkan harga pokok
yang diterapkan dalam unit-unit tersimpan yang belum dijual sebagai persediaan
barang dagangan.
Dari keempat pengertian di atas,
persediaan merupakan barang yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali
atau dipergunakan lebih lanjut untuk merubah bentuk dari persediaan bahan baku
menjadi barang jadi yang akan dijual sebagai barang dagangan dalam seluruh
operasi normal perusahaan tertentu.
Selanjutnya Munandar (2000 : 94) mengemukakan bahwa
persediaan industri digolongkan dalam empat bagian yaitu :
a.
Inventory of direct materials
Persediaan barang yang belum
dimasukkan dalam proses produksi, tetapi menunggu giliran untuk diolah lebih
lanjut.
b. Inventory of indirect materials
Persediaan bahan pembantu adalah
persediaan dari bahan-bahan yang secara tidak langsung dikerjakan dalam proses
produksi.
c. Inventory
of work in process
Persediaan barang dalam proses pada akhir
periode akuntansi masih berupa barang setengah jadi, selanjutnya akan diproses
menjadi barang jadi.
d. Inventory
of finished good
Persediaan barang jadi adalah persediaan
barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan siap untuk dijual.
Selanjutnya, D. Hartanto (2000 : 14) menyatakan bahwa persediaan adalah
aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses
produksi atau dalam perjalanan dan bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Penjelasan dan Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa, dalam
memberikan suatu gambaran bahwa persediaan harus digolongkan (dipisahkan)
sesuai dengan jenis persediaan tersebut dan disajikan dengan harga perolehan
atau harga pokoknya.
1. Metode Pencatatan Persediaan
Titik berat
daripada pencatatan adalah pengawasan dan pengamatan persediaan guna
menentyukan persediaan secara fisik. Kalau D. Hartanto ( 2000 : 92) membadi prosedur
pencatatan persediaan di dalam dua metode yaitu metode fisik, metode permanen (perpetual).
a.
Metode pisik
Menurut
Zaki Baridwan (2001 : 47) mengartikan metode fisik sebagai berikut metode fisik
adalah metode pencatatan persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan
sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu dengan
menggunakan sistem pencatatan persediaan barang.
Pada
metode ini dalam pencatatannya tidak ada hubungan antara transaksi pembelian
dengan perkiraan persediaan barang, demikian pula penjualan atau pemakai barang
dalam proses produksi.
Apakah
terjadi pembelian barang, maka dijurnal sebgai berikut :
Pembelian ............... Rp. XXX
Hutang Dagang ............ Rp. XXX
Apabila terjadi penjualan baik tentang
barang dagangan maupun hasil produksi maka pencatatan di dalam jurnal, sebagai
berikut :
Piutang
dagang ............. Rp. XXX
Penjualan ................ Rp. XXX
b.
Metode permanen (perpetual)
Dalam metode ini setiap
persediaan dibuktikan dalam rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku
pembantu persediaan. Sedangkan Zaki Baridwan (2001; 84) metode perpetual adalah
metode pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan baik kuantitasnya
maupun harga pokoknya.
Pengertian di atas, maka
perincian dalam buku pembantu diawasi rekening kontrol persediaan barang dalam
buku besar. Kalau terjadi pembelian barang,maka pencatatannya adalah :
Persediaan barang dagangan ..... Rp. XXX
Hutang dagang ............... Rp. XXX
Atau Persediaan barang dagangan ..... Rp. XXX
K a s ...................... Rp. XXX
Apabila terjadi penjualan atau pemakaian bahan baku adalah
1.
Untuk mencatat transaksi penjualan
Piutang dagang ........ Rp. XXX
Penjualan ................. Rp. XXX
2. Untuk mencatat pembebanan harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan ....... Rp. XXX
Persediaan barang dagangan ........ Rp. XXX
2. Metode Penilain persediaan
M. Munandar (2000 : 117) menyatakan
bahwa metode penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan
yang dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir dihitung harga pokoknya dengan
menggunakan beberapa cara pencatatan harga pokok persediaan akhir, metode
penilaian adalah :
a. Metode harga pokok
persediaan
b. Metode harga pokok
pasar
c. Metode harga jual.
d. Metode harga
pokok
Metode harga pokok persediaan memakai metode, sebagai berikut :
a. Metode fifo (first in first out)
b. Metode lifo (last in first out)
c. Harga
rata-rata (average)
d. Metode
identifikasi khusus
ad a. Metode fifo
(first in first out)
Metode penerapan harga pokok persediaan bahwa
barang-barang yang pertama dibeli juga barang yang pertama dijual dalam metode
ini persediaan
akhir dinilai dengan harga pokok pembelian
yang paling akhir.
ad b. Metode lifo (last
in first out)
Metode penetapan harga pokok
persediaan bahwa barang-barang yang paling terakhir dibeli itupula barang yang
dijual pertama. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok
pembelian sesuai dengan pencatatan barang persediaan.
ad c. Harga
rata-rata (average)
Metode ini, penetapan harga pokok persediaan bahwa
penerapan harga pokok rata-rata dari barang yang tersedia untuk dijual akan
dipergunakan untuk melalui harga pokok barang yang dijual dan yang terdapat
dalam persediaan.
ad d. Metode identifikasi khusus
Metode penetapan harga pokok untuk barang-barang
yang siap dijual masih terdapat dalam persediaan yang didasarkan atas
barang-barang yang siap dipasarkan.
Soemarso
S.R (1998 : 411) menyatakan bahwa persediaan barang dadangan (merchandise inventory) adalah
barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali.
b. Metode yang rendah cacatan harga perolehan atau harga
pasar
Penilaian harga pasar yang dilakukan sebagai
alat ganti untuk memproduksi barang suatu saat tertentu dengan tujuan untuk
menentukan nilai yang sebenarnya dalam laporan keuangan dengan ketentuan bahwa
:
- Harga pasar tidak boleh rendah dari pada
nilai bersih yang dapat direalisasikan.
- Harga pasar tidak boleh rendah dari pada
nilai bersih yang dapat
direalisasikan sesudah dikurangi
dengan laba yang rendah.
c. Metode harga
jual
Metode harga jual yang merupakan
penyimpangan dari prinsip harga pokok untuk penilaian persediaan dengan
mencantumkan persediaan dengan harga jual laba bersihnya.
B. Pengendalian
Intern Atas Persediaan
Pengendalian
pada prinsipnya dapat memperhatikan suatu kegiatan dan selalu mengawasi
aktivitas sehari-hari, maka pengendalian menurut Sondang. S.Giagian (1999 : 16)
draft manajemen yang didefinisikan bahwa, pengendalian adalah proses atau usaha
yang sistimatis dalam penetapan standar
pelaksanaan dengan tujuan
perencanaan, sistem
informasi umpan balik,
membandingkan pelaksanaan nyata
dengan perencanaan menentukan dan mengatur penyimpangan- penyimpangan serta
melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan
pengendalian sangat erat hubungannya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya,
kegiatan pengendalian ini dapat dilihat apakah tujuan kegiatan telah
direncanakan dapat dicapai dalam pelaksanaan secara riil. Dilihat dari tahapan
perencanaan dan pengendalian merupakan unsur-unsur yang dominan dalam manajemen
20 % dari seluruh kegiatan yang dapat dilaksanakan unsur fungsi pelaksanaan
dalam pengendalian yang merupakan bagian
terbesar dalam manajemen. Kegiatan pengendalian mencukupi perencanaan,
pengawasan, monitoring, evaluasi dan koreksi.
Perencanaan dan pengendalian merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam pelaksanaan yang memerlukan usaha
yang sungguh-sungguh dan sangat tergantung pada sistem pengendalian yang
efektif dan sistem informasi yang digunakan.
Agar
dapat melaksanakan pengendalian yang efektif, maka seorang pimpinan atau
pelaksana tugas memerlukan informasi, sebagai berikut :
6 Biaya yang digunakan
apakah sesuai dengan hasil dari bagian pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan (lebih besar atau lebih kecil dari rencana
biaya) di mana hal terjadi dan siapa yang bertanggung jawab dan apa yang
dikerjakan.
7 Merupakan biaya yang akan datang sesuai dengan rencana
atau melebihi rencana. Tanggung jawab pengendalian tidak hanya pada manajer
saja tetapi merupakan tanggungjawab semua orang yang terlihat pada aktivitas
tersebut agar dapat mengerjakan bagiannya dengan baik dan tepat waktu.
8 Menurut Suprityono (2001 : 28), dalam pengertian yang
sama, namun diungkapkan dengan sederhana. Pengendalian adalah proses untuk
memberikan kembali menilai dan selalu memonitor laporan-laporan aapakah pelak
sanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah
ditentukan.
Nupriyoni (1999 : 5) berpendapat bahwa pengendalian bertumpu pada konsep
umpan balik, yang secara kontinyu mengharuskan adanya pengukuran pelaksanaan
dan pengambilan tindakan koreksi yang ditujulkan untuk menjamin pencapaian
tujuan-tujuan. Untuk proses pengendalian ini, maka manajemen sedapat mungkin
mendapatkan informasi yang tepat dan up to date, agar para manajer dapat segera
mengadakan tindakan-tindakan pengendalian sebelum sesuatu penyimpangan serius. Karena pengendalian yang
teratur akan menghasilkan suatu pencapaian yang efektif.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
proses pengendalian menurut Glenn A. Welch (2000 : 9), sebagai berikut :
1. Measurement
of performance against predetermined objective, plans and standard.
2. Communication
(reporting) of the result of the
measurement process to the approriate individu and groups.
3. An analysis of the deviations from the objective plans
policies and standard in order to determinc the under line causes.
Jadi menurut pengertian di atas, bahwa dalam suatu
proses pengendalian mencakup pengukuran pelaksanaan dengan rencana yang
telah dibuat dan pelaporan hasil pengukuran kepada manajer yang bersangkutan.
Untuk mengukur dalam pelaksanaan dilakukan dengan cara analisis varians, untuk
menentukan sebab-sebabnya, sehingga dapat dilakukan pemilihan alternatif yang
terbaik untuk menentukan rencana yang akan datang. Agar lebih efektif proses
pengendalian ini harus pada titik atau pada waktu mulai dilakukan kegiatan, artinya seorang manajer yang
bertanggungjawab akan tindakan tertentu sebelumnya harus mengusahakan suatu
bentuk pengendalian. Untuk itu tujuan-tujuan rencana-rencana dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan standar-standar yang telah ditetapkan harus
disampaikan kepada manajer dan dipahami sepenuhnya oleh manajer tersebut
terlebih dahulu untuk kemudian dilaksanakan pelaksanaan itu harus tetao
dimonitor apakah sesuai dengan rencana semula.
1. Pengendalian Akuntansi
Pengendalian akuntansi meliputi struktur
organisasi dan semua ukuran serta metode yang dikoordinasikan dan di terapkan dalam
suatu organisasi untuk menjaga kekayaan dan harta milik perusahaan serta
mengecek ketelitian serta dapat
dipercaya data akuntansi (Zaki Baridwan, 2001
: 25)..
2. Pengendalian Administratif
Untuk mengetahui arti internal control
dalam arti sempit menurut Alepa diterjemahkan oleh Bambang Karyadi (2000 : 115)
menyatakan bahwa sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi semua
metode dan ketentuan yang terkoordinasi dan dianut oleh perusahaan untuk
melindungi harta kekayaan, ketelitian, serta berapa jauh data akuntansi dapat
dipercaya untuk mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah
diterapkan tentang persediaan barang.
Persediaan
dalam perusahaan merupakan aktiva yang penting sehingga sistem internal control
terhadap persediaan, fungsi
internal control atas persediaan
ada tiga yaitu :
a.
Internal control terhadap fisik persediaan
Pentingnya internal control atas fisik persediaan karena
persediaan mudah dipindah tempatkan dari kerawanan lainnya.
b. Internal control terhadap
pencatatn persediaan
Pengendalian timbul karena adanya
jumlah persediaan dalam kartu persediaan yang diambil dan laporan barang
sebagai penambahan dan bukti serta pemakaian sebagian pengurangan persediaan
barang yang siap dijual yang sementara masih ada dalam gudang.
3. Internal control atas jumlah persediaan
Setelah masuk dalam proses
pemasangan produksi perluasan atau
organisasi seharusnya menyusun suatu budget produksi untuk
pengolahan bahan berdasarkan desain.
C. Pos-Pos Yang
Dimaksudkan Dalam Persediaan
Pos-pos dalam persediaan menurut Jay
M Smith K. Fred Skousen (1998: 327), sebagai berikut persediaan barang dagang
yaitu pada umurnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan
dagangan baik perusahaan dagang eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam
keadaan yang siap untuk dijual kembali.
Kelompok-kelompok persediaan, yaitu :
- Bahan baku
- Barang dalam proses
Pos-pos yang dimaksudkan dalam
persediaan, yaitu :
1.
Barang dalam perjalanan
Jika syarat penjualan adalah prangko gudang
penjual (Free On Board), shipping
point hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang ketika akan diangkut. Dengan persyaratan,
maka pemesanan aturan hukum atau pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan
pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam pembukuan penjual.
Jika syarat penjualannya
prangko gudang pembeli FOB (Free On
Board) destinastion, maka penerapan aturan huklum tidak memerlukan
pengakuan transaksi sebelum barang diterima pembeli.
2.
Barang konsinyasi
Barang
konsinyasi selayaknya dilaporkan sebesar biaya (harga pokoknya dan biaya
penanganan serta biaya pengangkutan yang terjadi dalam pentransferannya
kepada konsinyasinya.
3. Penjualan
bersyarat cicilan (conditional and
installment sales)
Kontak penjualan bersyarat dan penjualan
cicilan dapat mempersyaratkan penahanan hak oleh penjual sampai harga jual dilayar seluruhnya.
1. Penetapan Biaya
(Harga Pokok) Persediaan
Barang-barang yang dimasukkan sebagai persediaan di identifikasikan
sebagai kesiapan yang harus menetapkan nilai Dollar/ rupiah atas unit fisiknya
oleh Roger G. Schroeder (1998 : 34). Unsur - unsur yang membentuk (harga
pokok), untuk mencapai suatu pertimbangan bagaimana menetapkan porsi biaya
historis yang ditahan sebagai jumlah persediaan yang dilaporkan di neraca dan jumlah
yang dibebankan atas pendapatan periode berjalan.
2. Perbandingan
Berbagai Metode Alokasi Biaya Persediaan
D. Hartanto, (2001 : 12), dengan
menggunakan metode First in First Out
(FIFO), persediaan dilaporkan pada neraca kira-kira sebesar harga pokok saat
itu. Dengan Last-In First-Out (LIFO),
persediaan yang tidak banyak berubah kuantitasnya dengan jumlah yang kira-kira
tetap seperti dulu yang dikaitkan dengan pembelian. Penggunaan metode rata-rata
pada umumnya menghasilkan nilai persediaan barang yang sangat diperhatikan
dengan nilai First In First Out, di
samping itu pembelian barang selama suatu periode biasanya disebut Last ini First Out. Oleh karena
pembelian selama suatu periode biasanya dalam
beberapa kali, karena persediaan awal dan biaya rata-rata amat
dipengaruhi oleh biaya periode berjalan.
3. Metode Persediaan
Eceran (Retail inventory method)
Metode ini dipakai secara luas
perusahaan yang menjual secara eceran
terutama toko serba ada (to serba) guna memperoleh estimasi yang handal posisi
persediaan setiap kali hal itu diinginkan oleh Farid Jahidin (1998 : 17).
Persentase harga pokok dihitung dengan membagi barang yang tersedia untuk dijual menurut harga
eceran. Prosentase harga dikalikan dengan persediaan akhir menurut harga
eceran.
1. Keunggulan
penggunaan metode persediaan eceran sebagai berikut :
a. Estimasi, persediaan intern
dapat diperoleh tanpa harus melakukan perhitungan fisik.
b. Jika perhitungan fisik benar dilakukan
untuk tujuan penyajian laporan keuangan periodik, dapat dilakukan dengan
menggunakan harga eceran kemudian konversinya ke dalam harga pokok tanpa perlu
mengacu kepada pokok dan faktor masing-masing sehingga menghemat waktu dan
biaya.
c. Barang yang hilang
pada saat orang
berbelanja di hitung dan dipantau. Karena hasil perhitungan fisik
persediaan harus sama dengan persediaan menurut harga eceran yang dihitung,
maka segala perbedaan yang tidak dapat mengakibatkan pencatat di dalam
pembukuan perusahaan.
2. Mark Up dan Mark Down (eceran yang
lazim)
6 Harga eceran semula harga jual semula, yang mencakup
permulaan di atas biaya (harga pokok) yang disebut "mark-on" atau "mark
up" permulaan.
7 Mark up tambahan yang menaikkan harga jual di atas, harga eceran
semula.
8 Pembatalan mark up
pengurangan mark up yang tidak
menurunkan harga jual sampai dibawah harga eceran semula.
9
Mark up
bersih dan mark up dapat tambahan
dikurangi pembatalan mark up.
10 Mark down penurunan harga dibawah harga eceran semula
11 Pembatalan mark
down pengurangan mark down yang
tidak menaikkan harga jual di atas harga eceran semula.
D. Jenis-Jenis
Persediaan Penerimaan Kas
Penggolongan persediaan tergantung
dari sifat dan jenis perusahaan yaitu perusahaan dagang atau perusahaan
industri. Dalam perusahaan dagang perusahaan terdiri dari macam dan jenis yang
memiliki krateristik yaitu perusahaan tersebut merupakan milik perusahaan dan
persediaan tersebut siap dijual kepada konsumen tanpa proses produksi lebih
lanjut.
Dengan demikian, perusahaan industri
tidak semua perusahaan dan untuk dijual. Persediaan dalam perusahaan industri
diklasifikasi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
1. Bahan baku
Bahan
baku dapat digolongkan ke dalam bahan baku langsung dan bahan pembantu. Bahan
baku langsung adalah hutang bahan yang dapat diidentifikasikan langsung dari
produk. Bahan pembantu adalah bahan yang tidak dapat diidentifikasikan dalam
produk yang bersifat sebagai bahan pelengkap sampai menjadi barang jadi dan
siap untuk dijual dipasar.
2.
Barang dalam proses
Barang
dalam proses adalah barang yang masuk dalam tahap penyelesaian. Untuk dapat
menjadi barang atau produk jadi diperlukan proses produksi lebih lanjut.
3.
Barang jadi
Barang
jadi adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual.
E. Sistem
Penjualan Persediaan
1.
Pengertian Sistem Penjualan Persediaan
Penjualan dapat dilakukan dalam
2 (dua) cara yaitu penjualan secara kredit dan penjualan secara tunai. Umumnya perusahaan
manufactur melakukan penjualan produknya dengan sistem penjualan kredit.
2.
Contoh Prosedur Penjualan Persediaan
Prosedur penjualan persediaan,
seorang peneliti akan mengemukakan contoh prosedur penjualan yang disadur dari
Mulyadi (1997: 213) adalah sebagai berikut :
6
Fungsi penjualan
yang bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengelola
order dari pelunasan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat
order. Meminta otorisasi kredit membutuhkan, tanggal pengiriman dan dari gedung
mana barang akan diterima dan mengisi surat order pengiriman.
7
Fungsi kredit, berada dibawah fungsi keuangan yang dalam
transaksi penjualan kredit bertanggung jawab untuk meneliti kasus
kredit pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
8
Fungsi gudang bertanggung jawab untuk menyimpang barang
dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan serta menyerahkan barang ke
fungsi pengiriman.
9
Fungsi pengiriman bertanggung jawab untuk menyerahkan
barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi
penjualan.
10
Fungsi penagihan, bertanggung jawab untuk membuat dan
mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan serta menyediakan copy faktur
bagi kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.
11
Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencintai piutang
yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan membuat serta mengirimkan
penyertaan piutang kepada kredit serta membuat laporan penjualan. Fungsi ini
juga bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan yang dijual ke
dalam kartu persediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan. Zaki, 2001, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh,
Cetakan Perrtama, Bagian Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Djahidin, Farid, 1998, Analisa Laporan Keuangan, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Hartanto, D, 2000, Akuntansi Manajemen, Edisi Revisi, Jilid Ketiga, Penerbit BPFE, Universitas Gajah
Mada, Ygyakarta.
I Gayle, Rayturn, 1999, Akuntansi Biaya, Menggunakan Pendekatan Manajemen
Biaya, Edisi Kenam, Jilid I,
Pemernit Erlangga, Jakarta.
Karyadi, Bambang, 2000, Intermediate Accounting, Jilid III, Penerbit BPFE, Univrsitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Mulyadi, 2000, Akuntansi, Pengendalian dan Perencanaan
Biaya, Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Munandar, M, 2000, Pokok-Pokok Intermediate Accounting, Edisi Pertama, Cetakan Pertama,
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Nopriyoni, 1999, Akuntansi Biaya : Perencanaan dan
Pengendalaian Biaya serta Pengambilan Keputusan, Edisi Kedua, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,
Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM,
Yogyakarta.
Yusuf, Al Haryono, 1997,
Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid Pertama,
Edisi Keempat, Cetakan Kedua, Bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.
Suprityono, 2001,
Perencanaan Pengendalian Biaya, Edisi Kedua, Binarupa Aksara, Jakarta.
Sondang, P, Siagian,
1999, Akuntansi Manajemen, Edisi
Keempat, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta.
Smith, M, Jay, Fred Skausen, 1998, Intermediate Accountung, Edisi Kesembilan, Jilid Pertama, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Weygandi, Kriso, 1999, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketujuh,
Jilid Pertama, Pernerbit Binarupa Aksara, Jakarata.
Welch, A, Glenn, 2000, Concept and Apcation for Managerial Decition
Making, Second Edition, USA, Mc.Graw-Hill, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar