A Pengertian Solvabilitas
Perusahaan yang bonafit dan
dapat mengimbangi seluruh hutang-hutangnya, maka perusahaan tersebut dapat
berkelanjutan. Bambang Cahyono, Analisa Kinerja Keuangan, (2000 : 117) solvabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban-kewajibannya baik berupa hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang seandainya perusahaan
dikuiqidir/dibubarkan. Apabila perusahaan mampu membayar seluruh
hutang-hutangnya bilamana diliquidir/ dibubarkan, maka perusahaan dikatakan
bahwa dalam keadaan solvabel. Tetapi sebaliknya bilamana perusahaan tidak mampu
membayar seluruh hutang-hutangnya baik berupa jangka pendek maupun jangka
panjang bila diliquidir, maka perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan
insolvabel atau tideak solvabel.
Kemampuan suatu perusahaan
dapat diketahui melalui neraca suatu perusahaan yang menunjukkan posisi aktiva
lancar, aktiva tetap dan kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang
yang dapat dianalisa untuk mengetahui perusahaan tersebut solvalbel atau insolvabel.
Solvabilitas suatu perusahaan
oleh Amin Tunggal Analisa Laporan Keuangan, (1998 : 122) dapat diketahui
melalui neraca perusahaan yang bersangkutan dan perhitungan pada tingkat
solvabilitas menggunakan dua macam ratio, yaitu :
Total Assets

Total
debt
Total assets suatu perusahaan adalah jumlah
seluruh aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan, yang terdapat pada sebelah debet suatu neraca atau pada bagian atas
suatu debet. Perlu diperhatikan, bahwa di dalam total assets ini, tidak diperhitungkan aktiva
bersifat inmaterial (yang tidak nyata), sedangkan total deb pada suatu
perusahaan adalah sejumlah hutang perusahaan, baik hutang jangka pendek maupun
hutang jangka panjang dengan rumus dibawah ini.
Net
worth

Total debt
Net worth
adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan yang mengcakup modal,
saham, cadangan, surplus dan lain-lain.
Pengertian lain net worth adalah selisih antara jumlah hutang perusahaan
dikurangi dengan total assets. Sedangkan net worth to debt ratio yang normal
adalah 100% yang berarti bahwa jumlah hutang sama dengan jumlah modal sendiri.
B Pengertian
Rentabilitas
Kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang
digunakan dan dinyatakan dalam prosentase. Pada tingkat rentabilitas
mencerminkan modal perusahaan dalam menghasilkan laba, ini berarti bahwa
tingkat rentabilitas yang tinggi dapat merupakan efisiensi yang tinggi pula.
Lukman, Analisa Laporan Keuangan, (2001 :
39), cara menggunakan tingkat rentabilitas untuk ukuran-ukuran efisiensi yang
merupakan cara yang baik, sebab suatu perusahaan akan sulit meningkatkan
rentabilitasnya tanpa kenaikan efisiensinya. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak
semua kenaikan rentabilitas akan mencerminkan naiknya efisiensi, sebab dapat
pula terjadi sebaliknya. Misalnya rentabilitas perusahaan naik, pada hal sat
itu perusahaan sering mengalami pemogokan buruhnya, dan kerusakan-kerusakan
mesin, setelah diselidiki, ternyata kenaikan rentabilitasnya dipengaruhi oleh
harga jual yang kebetulan dapat diperoleh karena datangnya barang-barang
saingannya terlambat, disebabkan karena adanya pemogokan yang tak terduga, guna
melihat efisiensi penggunaan dana yang di tanamkan ke dalam perusahaan
mengutamakannya untuk memaksimalkan laba.
Perusahaan berusaha untuk menaikan
rentabilitasnya dapat saja meningkatkan laba yang relatif rendah akan
memberikan rentabilitas yang tinggi, alternatif semacam ini pimpinan perusahaan akan menggunakan dana
yang ada seefisien mungkin.
Untuk menilai rentabilitas suatu
perusahaan, dapat menggunakan tiga macam cara, (Lukman, Analisa Laporan
Keuangan, (2001 : 257) adalah
Earning
before interest and taxes

Total Assets
Rasio
ini digunakan untuk mengetahui sampai
sejauhmana modal yang di investasikan pada seluruh assets yang ada dalam
perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Keuntungan yang dimaksud adalah
keuntungan sebelum dikurangi bunga dan pajak.
Net
Profit

Total
Assets
Ratio
ini untuk melihat antara net profit (laba bersih) setelah dikurangi bunga dan pajak yang dibagi dengan dengan
total assest.
Net
Profit

Net
Work
Rasio
ini digunakan untuk melihat tingkat kemampuan modal sendiri untuk memperoleh
laba. Namun untuk mengetahui tingkat batas kemampuan suatu perusahaan dalam
memperoleh laba, dapat pula digunakan rasio antara net operating in come dengan
net sales, maka perbandingan tersebut dinyatakan dalam prosentase, yaitu :
Net Operating
In Come

Net
Sales
C Pengertian Kinerja
Keuangan
Tinjauan struktur keuangan suatu
perusahaan dalam kegiatan hubungannya dengan profitabilitas adalah merupakan
kebijaksanaan kinerja keuangan. Hal ini disebabkan karena profitabilitas muncul
sebagai akibat dari kebijaksanaan kinerja keuangan dalam hal memperoleh dana
atau modal untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam pencapaian tujuannya.
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, (2004 : 2) bahwa kinerja keuangan meliputi semua aktivitas yang
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan
besarta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Definsi kinerja keuangan yang dikemukakan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan meliputi usaha yang
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menarik dan mengumpulkan dana beserta
modal dengan biaya yang rendah dan dengan syarat yang menguntungkan serta secara
efisien dan efektif.
Sebagai bagian dan ilmu ekonomi,
sesungguhnya kinerja keuangan itu merupakan prinsip-prinsip ekonomi dalam
pengambilan keputusan keuangan dan secara luas kinerja keuangan tersebut
menyangkut berbagai aspek sehingga keputusan kinerja keuangan dapat
mempengaruhi tingkat harga bahkan kelancaran jalannya perusahaan secara
keseluruhan.
Jadi pengertian kinerja keuangan tersebut
dapat disimpulkan kinerja keuangan bukan saja bagaimana mendapatkan laba akan
tetapi juga bagaimana penggunaan dana sehingga efisien dan efektif. Efisien
yang dimaksud adalah perbandingan terbaik antara input dengan output dan antara
daya usaha dan hasil yang dicapai. Sedangkan efektif adalah usaha pencapaian
prestasi yang sebesar-sebesarnya dari suatu kegiatan.
Kinerja pada suatu perusahaan sebenarnya
aktivitas dalam melakukan pekerjaan apapun sesuai tugas masing-masing karyawan,
sehingga untuk memberikan gambaran mengenai kinerja oleh para ahli di bawah
ini.
Oleh Suad Husnan, Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan, (2001 : 236), menyatakan bahwa kinerja itu bagaimana memberdayakan
sesuatu untuk dapat menghasilkan sesuatu barang dan jasa.
D Pengertian Laporan
Keuangan
Analisa laporan keuangan perusahaan
berkaitan erat dengan bidang akuntansi yang pada dasarnya merupakan kegiatan
mencatat, menganalisa, dan menafsirkan data
keungan dari lembaga perusahaan
dan lembaga lainnya dengan aktivitasnya berhubungan dengan produksi dan
pertukarang barang dan jasa.
Untuk lebih jelasnya analisa laporan
keuangan menurut Djarwanto, Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, (1999 : 1),
menyatakan bahwa kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang tercermin
pada laporan-laporan keuangan perusahaan pada hakekatnya merupakan hasil akhir
dari kegiatan akuntansi perusahaan.
Pengertian di atas sebagai informasi
tentang kondisi keuangan dari hasil operasi perusahaan yang berguna bagi
berbagai pihak, baik pihak-pihak yang ada dalam perusahaan maupun diluar
perusahaan. Pimpinan perusahaan, dengan mengadakan analisa laporan keuangan
pada suatu perusahaan akan dapat mengetahui keadaan perkembang an keuangan
dari hasil yang dicapai baik pada
analisa laporan keuangan yang dicapai maupun keberhasilan dan kegagalan pada
waktu lalu. Dari laporan keuangan memang penting untuk penyusunan kebijaksanaan
yang akan dilakukan.
Laporan keuangan disusun guna memberikan
informasi kepada berbagai pihak
terdiri dari meraca, laporan rugi laba, laporan bagian laba yang ditahan
atau laporan modal sendiri. Dan laporan
perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan penggunaan dana.
Neraca menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun pada saat
penutup an buku. Neraca ini memuat aktiva (harta kekayaan yang dimiliki
perusahaan), hutang kewajiban perusahaan untuk membayar dengan uang
atau aktiva lain kepada pihak lain pada waktu tertentu yang akan datang dan
modal sendiri (kelebihan aktiva di atas hutang).
Laporan laba rugi perusahaan
memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang-barang atas jasa-jasa
dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil. Laporan ini juga
memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari
operasi perusahaan
Laporan merupakan bagian dari
pada laba perusahaan yang ditahan, yaitu untuk digunakan dalam perusahaan yang
berbentuk perseroan, menunjukkan penambahan suatu analisa perubahan besarnya
bagian laba yang ditahan selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan laporan modal sendiri
diperuntukkan bagi perusahaan perseroan dan bentuk persekutuan, meringkaskan
perubahan besarnya modal pemilik atau pemilik selama periode tertentu, agar
perusahaan ini ada penambahan modal tertentu.
Laporan perubahan posisi keuangan memperlihatkan aliran modal kerja selama
periode tertentu. Laporan ini memperlihatkan sumber-sumber dari mana modal
kerja telah diperoleh dan penggunaan
atau pengeluaran modal kerja yang telah dilakukan selama jangka waktu
tertentu.
Kalau menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (1997 : 12) menyatakan bahwa laporan keuangan sebagai pertanggungan
jawab kepada pihak ekstern harus disusun sedemikian rupa, sehingga :
1. Memenuhi keperluan untuk :
a.
Memberikan
informasi keuangan secara kuantitatif mengenai perusahaan tertentu, guna
memenuhi keperluan para pemakai dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi.
b.
Menyajikan informasi yang dapat dipercaya menganai posisi laporan
keuangan dan perubahan-perubahan
bersih perusahaan.
c.
Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai
dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan.
d. Menyajikan informasi yang diperlukan mengenai suatu perubahan dalam
harta dan kewajiban serta mengungkap kan lain-lain informasi yang sesuai dengan
keperluan para pemakai.
2. Mencapai mutu sebagai berikut :
a. Relevan
b. Jelas dan dapat dimengerti
c. Dapat diuji kebenarannya
d. Mencerminkan keadaan perusahaan
e. Dapat dibandingkan
f. Lengkap
g. Netral.
E Pengertian Analisa Rasio Keuangan
Analisa penilaian terhadap
kinerja keuangan di masa lalu, sekarang
dan yang akan datang. Erwin Dukat, Analisa Laporan Keuangan, Analisa Neraca,
(1997 : 112) tujuan untuk menemukan kelemahan-kelemahan di dalam kinerja
keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah masa yang akan
datang dan untuk menentukan kekuatan-kekuatan perusahaan yang dapat diandalkan.
Misalnya analisa internal yang dilakukan oleh karyawan suatu perusahaan dapat
ditujuan terhadap penilaian likuiditas perusahaan atau penilaia
penyelenggarakan-penyelenggaraan
perusahaan di masa lalu.
Analisa rasio finacial juga berasal dari luar perusahaan sebagian usaha untuk
menentukan keandalan kredibilitas perusahaan atau potensi industri. Dari
manapun analisa berasal alat yang digunakan pada dasarnya sama. Rasio finansial
merupakan alat utama dalam analisa keuangan, karena dapat dipergunakan untuk
menjawab berbagai pertanyaan mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Dalam implementasi analisa
rasio finansial terhadap kerja keuangan biasanya terdapat dua cara perbandingan
yang akan dipergunakan perusahaan. Menurut Van Horne dan Wachowichz, Manajemen
Keuangan (1999 : 133) dijelaskan tentang
kedua cara perbandingan tersebut, sebagai berikut :
1. Perbandingan internal
Analisa dapat
membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan masa yang akan datang
dalam perusahaan yang sama. Rasio lancar, rasio dari aktiva dibagi kewajiban
lancar untuk tahun sekarang dapat di bandingkan rasio lancar tahun sebelumnya.
Jika rasio
finansial diurutkan dalam beberapa
periode tahun, analisa dapat mempelajari mempelajari komposisi perubahan
dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau menurunan dalam kondisi keuangan
dan kinerja perusahaan.
2. Perbandingan eksternal dan
sumber-sumber rasio industri
Metode perbandingan yang kedua melibatkan perbandingan rasio satu
perusahaan dengan perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri titik
waktu yang sama. Perbandingan ini memberikan pandangan
mendalam tentang kondisi keuangan dan kinerja relatif dari perusahaan.
Rasio ini juga membantu dalam mengidentifi kasikan penyimpangan dari rata-rata
standar industri.
Dengan perbandingan internal,
perusahaan akan dapat mengetahui kecenderungan perubahan yang terjadi selama
beberapa periode tahun buku yang akan dianalisis. Sedangkan melalui
perbandingan eksternal perusahaan dapat melihat kekuatan persaingan
(competition power) yang ada pada perusahaannya, yaitu dengan membandingkan
rasio-rasio finansial internal perusahaan dengan suatu standar atau norma
indutri. Akan tetapi industri yang dimaksudkan adalah rasio - rasio finansial
yang diterbitkan oleh badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan sebagai standar
atau ukuran atau ukuran yang dapat dibandingkan dengan rasio finansial suatu
perusahaan.
Pendapat lain dari Bambang
Cahyono, Analisa Laporan Keuangan, (2000
: 392) juga membagi metode-metode penganalisaan rasio-rasio finansial menjadi 2
(dua) perbandingan, yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang ( present ratio ) dengan
ratio-ratio kita dari waktu ke waktu yang lalu (ratio historis) dengan
rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari
perusahaan yang sama. Misalnya current rasio, tahun 2002 dibandingkan dengan
current ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersebut
akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari ratio tersebut dari tahun ke
tahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena dapat mengetahui
faktor-faktor apa yang menyebabkan
adanya perubahan.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau industri rasio (rasio industri/rasio
rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama.
Dengan membandingkan rasio
perusahaan dengan rasio industri, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan
yang bersangkutan itu dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata
industri (above average), berada pada
rata-rata (average) atau terletak
dibawah rata-rata (below average).
Jadi ada 2 (dua) metode
perbandingan yang digunakan perusahaan untuk menganalisa rasio finansial oleh
Amin Tunggal, Analisa Laporan Keuangan,
(1998: 125) yaitu analisa internal dan eksternal. Perbandingan internal,
yaitu rasio-rasio internal yang dibandingkan antara rasio-rasio (rasio historis) yang lalu dengan rasio
sekarang (present ratio).
Perbandingan eksternal yaitu rasio-rasio yang sengaja dikeluarkan oleh
lemaga-lembaga keuangan atau badan-badan keuangan untuk dijadikan standar bagi
perusahaan dalam menganalisa rasio-rasio finansialnya.
Dengan demikian, perbandingan internal
dan eksternal merupakan indikator perusahaan dalam menyusun rasio finansial
Manajer keuangan dapat mengambil salah satu indikator dari keduanya. Indikator
ini untuk menjawab kondisi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat
mengambil kebijaksanaan strategis tentang pembelanjaan perusahaan di masa yang
akan datang. Di Amerika Serikat perbandingan rasio perusahaan dengan rasio
industri sudah sangat luas penggunaannya karena di negara tersebut ada beberapa
badan atau bank yang menyusun rasio-rasio industri antara lain "DUN and
Bradstreef dan Robert Morris Associates
( RMA )" (Anonim 1999 : 214). Di Indonesia jika perusahaan hendak
mengadakan analisa rasio, mungkin pada saat ini hanya dapat mengadakan analisa
rasio internal belum adanya lembaga atau badan yang menyusun rasio industri.
Analisa ratio financial adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kelemahan dan kekuatan yang dihadapi oleh
perusahaan dalam bidang keuangan dengan membandingkan angka-angka yang stau
dengan yang lainnya dari suatu laporan, financial yaitu dari neraca dan laporan
rugi laba, akan menimbulkan bermacam-macam ratio yang dapat dijadikan sebagai
ukuran dalam menganalisa.
C. James Van Horne, Kebijakan
Keuangan Perusahaan, (1998 : 171) memberikan batasan sebagai berikut, Analisa
dimaksudkan untuk memudahkan penganalisa dalam mendapatkan gambaran kondisi
keuangan dan kebijaksanaan pembelanjaan suatu perusahaan, maka maksud
diadakannya analisa ratio untuk mengadakan penilaian likwiditas, solvabilitas, rentabilitas dan aktivitas
perusahaan untuk dapat memberikan gambaran penggunaan sumber-sumber keuangan
yang ada dalam perusahaan.
Ratio financial tersebut bukan
saja dibutuhkan oleh pimpinan perusahaan tetapi juga oleh pihak luar dalam hal
ini investor atau calon kreditur. Bagi pimpinan perusahaan berkepentingan
terhadap ratio-ratio keuangan tersebut untuk memperoleh gambaran tentang
kelemahan dan kekuatan yang dihadapi sehingga perencanaan dan penanggulangannya
dapat dipikirkan, sedangkan bagi investor dengan ratio dapat dijadikan pegangan
apakah akan membeli saham yang ditawarkan perusahaan tersebut atau tidak.
Dengan demikian, maka jelaslah
bahwa mengadakan analisis financial sangat penting artinya baik terhadap
perusahaan sendiri maupun terhadap investor atau calon kreditur. Untuk
memudahkan dalam usaha mengetahui apakah suatu perusahaan mengerjakan
sumber-sumber dananya secara efisien atau tidak maka ada beberapa ratio yang
dapat digunakan.
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, (2004 : 59) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
1. Ratio likwiditas adalah ratio yang
dimaksud mengukur likwiditas perusahaan (Current ratio, acid test ratio)
2. Ratio leverage adalah ratio yang
dimaksud untuk mengukur sampai seberapa
jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan
hutangnya (Debt to total Assets ratio, Net worth to debt ratio dan
lain-lain).
3. Ratio aktivitas yaitu ratio yang
dimaksud untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam
mengerjakan sumber-sumber dananya (Inventory turnover, Average collection
period dan lain-lain).
4. Ratio profitabilitas yaitu yang
menunjukkan hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan (profit margin on sales, Return on total Assets,
Return on net worth dan lain-lain). Ratio satu dan dua disebut sebagai balance
sheet ratio, yang ketiga dikenal dengan istilah inter statement ratio sedangkan
yang keempat dikenal dengan income statement ratio.
F Metode dan Tehnik Analisa Laporan
Keuangan
Perusahaan berusaha untuk
meningkat tingkat laba, menurut Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan (2004 : 102) karena solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar seluruh kewajiban-kewajibannya baik berupa hutang jangka pendek
maupun hutang jangka panjang dan seandainya perusahaan diliqidir/dibubarkan.
Apabila perusahaan mampu membayar seluruh hutang-hutangnya bilamana diliquidir/
dibubarkan maka perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan solvabel. Tetapi
sebaliknya bilamana perusahaan tidak mampu membayar seluruh hutang-hutangnya
baik berupa jangka pendek maupun jangka panjang bila diliquidir, maka
perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan insolvabel atau tideak solvabel.
Solvabilitas suatu perusahaan
dapat diketahui melalui neraca perusahaan yang bersangkutan dan perhitungan
pada tingkat solvabilitas denan memperhatikan struktur modal yang dimiliki
perusahaan yaitu hutang jangka pendek dan jangka panjang.
Total assets suatu perusahaan adalah jumlah seluruh aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan, yang terdapat pada sebelah debet suatu neraca atau pada bagian
atas suatu debet. Perlu diperhatikan, bahwa di dalamtodal assets ini, tidak
diperhitungkan aktiva yang bersifat inmaterial (tidak nyata), sedangkan total debt pada suatu
perusahaan adalah sejumlah hutang perusahaan, baik hutang jangka pendek maupun
hutang jangka panjang.
Net worth adalah jumlah modal
sendiri yang dimiliki perusahaan yang mengcakup modal, saham, cadangan, surplus
dan lain-lain. Pengertian lain net worth adalah selisih antara jumlah hutang
perusahaan dikurangi dengan total assets.Sedangkan net worth to debt ratio yang normal adalah
100% yang berarti bahwa jumlah hutang sama dengan jumlah modal sendiri.
1. Profitabilitas
Mengukur prestasi perusahaan, analisa profitabilitas/ rentabilitas
merupakan salah satu alat yang digunakan oleh para manajer. Pada prinsipnya
bahwa setiap perusahaan menginginkan prestasi yang baik sehingga akan
memberikan gambaran sampai sejauh mana hasil yang telah dicapainya. Analisa
ratio profitabilitas juga akan
memberikan gambaran efisiensi
atas penggunaan dana, mengenai hasil
akan profitabilitas dapat setelah membandingkan pendapatan bersih
setelah pajak dan bunga dengan harta.
2
Untuk jelasnya mengenai
profitabilitas maka dapat dilihat pendapat para ahli antara lain, Alex S.
Nitisemito, Pembelanjaan Perusahaan, (1999 : 112) mendefinisikan rentabilitas
sebagai berikut : Rentabilitas ialah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan
persen.
Selanjutnya Erwan Dukat, Analisa Laporan Keuangan, (1997 : 121) mengemukakan
bahwa rentabilitas diukur dengan keberhasilan suatu perusahaan dalam
mempertahankan kebijaksanaan devidend yang dapat menguntungkan sementara pada
yang bersamaan mampu untuk menunjukkan adanya suatu kenaikan modal yang stabil
dan mantap.
Dengan demikian pengukuran profitabilitas dengan menggunakan ratio
profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan aktivitas perusahaan untuk
menghasilkan laba.
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar
Pembelanjaan Prusahaan, (2004 : 198) mendefinisikan ratio- ratio profitabilitas
sebagai berikut : Ratio profitabilitas yaitu ratio-ratio yang menunjukkan hasil
akhir dari sejumlah kebijakasanaan dan keputusan.
Dari uraian dan defenisi yang
dikemukakan para ahli maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan rentabilitas adalah prosentase yang dicapai suatu perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase, setelah
membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan dasarnya modal yang
digunakan. Semakin besar prosentase atas perbandingan tersebut semakin tinggi
prestasi keuangan yang dicapai untuk perusahaan tersebut, demikian pula
sebaliknya.
Dengan mengetahui rentabilitas
yang dicapai oleh suatu perusahaan hal ini akan memberi gambaran sejauh mana
efisiensi dan efektivitas yang dicapai perusahaan atas penggunaan dana
tersebut.
Untuk perhitungan-perhitungan
ukuran profitabilitas, mengukur penjualan untuk menghasilkan laba yang diperoleh
perusahaan yaitu :
a.
Gross profit margin adalah merupakan ratio keuntungan
(profitabilitas ratios), ratio ini dapat diukur efisien si laba kotor yang
dapat dihasilkan dari setiap rupiah penjualan yang artinya setiap penjualan
menghasilkan laba kotor sebesar hasil perbandingan tersebut.
Untuk gross profit margin adalah dengan membandingkan
laba kotor (penjualan netto - COGS atau
harga pokok) dengan penjualan bersih pada periode yang sama, dengan formulasi
sebagai berikut :
Laba kotor

Net Sales
Tinggi
rendahnya gross profit margin
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya penjualan dan harga pokok penjualan.
b. Operating profit
margin adalah kemapuan
penjualan untuk menghasilkan laba operasi (operating
profit).
Operating
profit margin dihitung dengan membadingkan laba bersih dengan penjualan netto
(setelah dikurangi biaya penjualan , administrasi dan umum).
Ratio
ini dapat mengukur efisiensi laba bersih operasi dari
setiap rupiah penjualan dengan
kata lain laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap
rupiah penjualan menghasilkan laba operasi
sebesar hasil perbandingan tersebut.
Adapun formulasi
digunakan untuk mengukurnya
sebagai berikut :
Total penjualan

Laba operasi
Penjualan yang tinggi belum tentu
mengakibatkan profit margin yang tinggi demikian pula sebaliknya, akan tetapi
hal ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya biaya-biaya operasi (biaya penjualan,
administrasi dan umum) dan harga pokok penjualan dari barang atau jasa tersebut
oleh karena itu dengan membandingkan operating profit margin antara beberapa
periode yang berurutan akan dapat dilihat kecendrungan harga pokok penjualan
dan perubahan biaya operasi dari perusahaan tersebut.
G
Usaha Untuk Memperbesar Profit Margin
Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi penjualan ditentukan
oleh kedua faktor yaitu net sales laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau
net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya
usaha (operating expenses).
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, (2004 : 31) dengan jumlah
operating expenses tertentu dengan profit margin dapat diperbesar dengan sales,
atau dengan jumlah sales tertentu, profit margin dapat diperbesar dengan
menekan atau memperkecil operating expenses.
Dengan demikian, untuk memperbesar profit
margin ada dua alternatif dalam usaha untuk memperbesar profit margin, yaitu :
.1.
Dengan menambah biaya usaha (operating
expenses) sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapai tambahan sales
yang sebesar-besarnya atau dengan kata lain, tambahan sales harus lebih besar
daripada tambahan operating expenses.
2.
Perubahan besarnya sales dpat disebabkan karena perubahan harga
penjualan per unit apabila volume sales dalam unit sudah tertentu (tetap) atau
disebabkan karena bertambahnya luas penjualan dalam unit kalau tingkat harga
per unit produk sudah tertentu.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
pengertian menaikkan tingkat sales disini dapat berarti memperbesar pendapatan
dan sales dengan jalan, sebagai berikut :
1. Memperbesar volume sales dalam unit pada tingkat harga penjualan barang
tertentu.
2.
Menaikkan harga tingkat penjualan per unit pada produk luas sales dalam
unit tertentu.
Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai tingkat tertentu diusahakan
adanya pengurangan oprating expenses yang sebesar-besarnya, atau dengan kata
lain mengurangi biaya usaha relatif lebih besar dari pada berkurangnya
pendapatan dan sales. Meskipun jumlah daripada sales selama periode tertentu
berkurang, tetapi oleh karena disertai berkuragnya operating expenses yang
lebih sebanding maka akibatnya ialah bahwa profit marginnya makin besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999, Standar
Akuntansi Keuangan, (PSAR No. 31) Ikatan Akuntans Indonesia, Penerbit
Salemba Empatr, Jakarta,
Baridwan, Zaki, 1997, Analisa
Neraca, Laporan Rugi Laba, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Cahyono, Bambang, 2000, Analisa Kinerja Keuangan, TPWT, Jakarta.
Djarwanto, 1999, Pokok-Pokok
Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Dukat, Erwin, 1997,
Analisa Laporan Keuangan,
Analisa Rasio, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Liberty Yogyakarta.
Husnan, Suad, 2001, Pembelanjaan
Perusahaan, (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan), Liberty, Yogyakarta.
Horne, Van dan Wacwichz, 1999, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Lukman, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua,
Cetakan Ke delapan, Gramia, Jakarta.
Syafif, Syafri, Harahap, 1999, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan),
Edisi Baru, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Swastha, Basu, 1997, Analisa
Pembelanjaan Perusahaan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Tunggal, Amin, 1998, Analisa
Laporan Keuangan, Fakultas Ekonomi, UGM,
Yogyakarta.
Van Horn, James C, 1997, Manajemen dan Kebijakan Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuan, Intermedia,
Jakarta.
Nitisemito, Alex, S, 1999, Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Riyanto, Bambang, 2002, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kedua, Yayasan
Penerbit Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 1997, Norma-Norma
Pemeriksaan Akuntnasi, Penerbit Bank Indonesia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar