Powered By Blogger

Minggu, 11 November 2018

Pengertian margin Of Safety (Batas Keamanan)




      Margin of safety merupakan alat yang dapat memberikan informasi tentang berapa besar volume penjualan yang dianggarkan atau hasil penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian. Angka nargin of safety akan memberikan petunjuk mengenai jumlah maksimun penurunan volume penjualan yang direncanakan atau dianggarkan sekaligus tidak mengakibatkan kerugian.
      Dengan mengetahui margin of safety akan diperoleh manfaat bagi kemajuan perusahaan dalam hal ini nargin of safety bagi perusahaan yang merupakan syarat bagi manajemen untuk mengetahui batas keamanan dari kondisi penjualannya dan juga dapat diketahui berapa yang harus diproduksi agar penjualan mendekati titik break even point.
      Sebagaimana dikemukakan Bambang Riyanto Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 299) mengemukakan bahwa margin of safety adalah merupakan angka yang menunjukkan jarak antara penjualan yang direncanakan dengan penjualan break even point.
      Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan margin of safety adalah batas jarak keamanan dimana jumlah penjualan melebihi tidak pula mengalami kerugian.
      Pengertian batas break even point (impas) adalah impas suatu keadaan dimana suatu usaha tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan biaya, atau apabila menutu biaya tetap saja.
      Soehardi Sigit, Akuntansi Biaya, (2001 : 1) menyatakan bahwa analisis break even adalah suatu cara atau untuk tehnik yang digunakan oleh seseorang petugas/ manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) produksi dan volume penjualan pada beberapa perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba.
      Mas’ud Machfoedz, Analisa Keuangan Perusahaan, (2000 : 125) menyatakan bahwa break even point adalah suatu keadaan dimana jumlah penjualan sama dengan jumlah biaya atau keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba atau tidak menderita kerugian, atau laba perusahaan sama dengan nol.
      Kemudian Farid Djahidin, Analisa Laporan Keuangan, (2001 : 125) menyatakan bahwa suatu perusahaan dikatakan break even point apabila dalam usahanya pada suatu periode adalah jumlah biaya dengan jumlah hasil penjualannya adalah sama pula.
      Keadaa ini berarti bahwa perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba. Kegiatan perusahaan nampaknya tidak ada suatu hasil yang dicapai karena keuntungan yang diharapkan oleh pihak perusahaan tidak ada dan tidak juga merugi.
      Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, (2004 : 291) menyatakan bahwa analisis break even adalah suatu tehnik analisa untuk mempelajari hubungan biaya, keuntungan dan volume kegiatan.
      Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan volume kegiatan, maka analisa tersebut  sering pula disebut cost profit analysis (C.P.Y. Analysis). Dalam perencaaan keuntungan, analysis break even merupakan profit Planning Approach yang berdasarkan pada hubungan antara biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue)          
       Untuk melaksanakan titik impas atau break even poit (BEP) tersebut beberapa anggapan (asumsi), sebagai berikut :
1.    Biaya di dalam perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap.
2.    Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proposional dengan volume produksi/penjualan. Berarti bahwa biaya variabel per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
3.    Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume/penjualan. Berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4.    Harga jual per unit tidak berubah-ubah selama periode yang dianalisis.
5.    Apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk, maka pertimbangan dalam menghasilkan penjualan antara masing-masing produk atau “sales mixnya” adalah tetap konstan.
      Analisis break even sangat penting bagi pimpinan perusahaan seperti dikemukakan Farid Djahidin, Analisa Laporan Keuangan, (2001 : 154), sebagai berikut :
1.    Dasar atau landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang di peroleh (profit planning)
2.    Dasar untuk menentukan tingkat produksi yang menguntungkan dalam arti bahwa pada tingkat produksi tertentu perusahaan akan memperoleh laba di atas BEP dan mencegah tingkat produksi/ penjualan yang lebih rendah dari titik BEP.
3.    Dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjualan (control).      
      Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis break even adalah suatu alat analisis yang sangat bermanfaat dan penting diketahui oleh manajer perusahaan, karena dengan demikian dapat menunjukkan sebab-sebab keadaan yang menguntungkan dan merugikan.
     Tujuan analsis break even ini penting untuk diketahui keuntungan ataupun atau kerugian yang dialami perusahaan. Dalam hubugannya dengan penurunan omzet penjualan, titik impas sebenarnya adalah merupakan lampu tanda bahaya bagi perusahaan. Artinya pada penjualan sebesar titik impas perusahaan titik mengalami keuntungan. Dan bilamana omzet penjualannya terus menerus menurun sehingga dibawah titik impas maka perusahaan akan menderita kerugian. Selanjutnya bila pihak perusahaan tidak menaikkan omzet pejualannya di atas impas untuk jangka waktu yang lama, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami kegagalan. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan agar omzet penjualan tetap berada di atas titik impas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar