Margin of safety
merupakan alat yang dapat memberikan informasi tentang berapa besar volume
penjualan yang dianggarkan atau hasil penjualan tertentu boleh turun agar
perusahaan tidak menderita kerugian. Angka nargin of safety akan memberikan
petunjuk mengenai jumlah maksimun penurunan volume penjualan yang direncanakan
atau dianggarkan sekaligus tidak mengakibatkan kerugian.
Dengan mengetahui margin of safety akan
diperoleh manfaat bagi kemajuan perusahaan dalam hal ini nargin of safety bagi
perusahaan yang merupakan syarat bagi manajemen untuk mengetahui batas keamanan
dari kondisi penjualannya dan juga dapat diketahui berapa yang harus diproduksi
agar penjualan mendekati titik break even point.
Sebagaimana dikemukakan Bambang Riyanto
Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 299) mengemukakan bahwa margin of
safety adalah merupakan angka yang menunjukkan jarak antara penjualan yang
direncanakan dengan penjualan break even point.
Pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksudkan dengan margin of safety adalah batas jarak keamanan
dimana jumlah penjualan melebihi tidak pula mengalami kerugian.
Pengertian batas break even point (impas)
adalah impas suatu keadaan dimana suatu usaha tidak menderita rugi. Dengan kata
lain suatu usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan biaya,
atau apabila menutu biaya tetap saja.
Soehardi Sigit, Akuntansi Biaya, (2001 :
1) menyatakan bahwa analisis break even adalah suatu cara atau untuk tehnik yang
digunakan oleh seseorang petugas/ manajer perusahaan untuk mengetahui pada
volume (jumlah) produksi dan volume penjualan pada beberapa perusahaan yang
bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba.
Mas’ud Machfoedz, Analisa Keuangan
Perusahaan, (2000 : 125) menyatakan bahwa break even point adalah suatu keadaan
dimana jumlah penjualan sama dengan jumlah biaya atau keadaan dimana perusahaan
tidak memperoleh laba atau tidak menderita kerugian, atau laba perusahaan sama
dengan nol.
Kemudian Farid Djahidin, Analisa Laporan
Keuangan, (2001 : 125) menyatakan bahwa suatu perusahaan dikatakan break even
point apabila dalam usahanya pada suatu periode adalah jumlah biaya dengan
jumlah hasil penjualannya adalah sama pula.
Keadaa ini berarti bahwa perusahaan tidak
mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba. Kegiatan perusahaan nampaknya
tidak ada suatu hasil yang dicapai karena keuntungan yang diharapkan oleh pihak
perusahaan tidak ada dan tidak juga merugi.
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, (2004 : 291) menyatakan bahwa analisis break even adalah suatu
tehnik analisa untuk mempelajari hubungan biaya, keuntungan dan volume
kegiatan.
Oleh karena analisa tersebut mempelajari
hubungan antara biaya, keuntungan volume kegiatan, maka analisa tersebut sering pula disebut cost profit analysis (C.P.Y. Analysis). Dalam perencaaan
keuntungan, analysis break even merupakan profit Planning Approach yang
berdasarkan pada hubungan antara biaya (cost)
dan penghasilan penjualan (revenue)
Untuk melaksanakan titik impas atau
break even poit (BEP) tersebut beberapa anggapan (asumsi), sebagai berikut :
1. Biaya di dalam
perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap.
2. Besarnya biaya
variabel secara totalitas berubah-ubah secara proposional dengan volume
produksi/penjualan. Berarti bahwa biaya variabel per unitnya berubah-ubah
karena adanya perubahan volume kegiatan.
3. Besarnya biaya
tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume/penjualan.
Berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan
volume kegiatan.
4. Harga jual per
unit tidak berubah-ubah selama periode yang dianalisis.
5. Apabila perusahaan
memproduksi lebih dari satu macam produk, maka pertimbangan dalam menghasilkan
penjualan antara masing-masing produk atau “sales
mixnya” adalah tetap konstan.
Analisis break even sangat penting bagi
pimpinan perusahaan seperti dikemukakan Farid Djahidin, Analisa Laporan
Keuangan, (2001 : 154), sebagai berikut :
1. Dasar atau
landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang di peroleh (profit planning)
2. Dasar untuk
menentukan tingkat produksi yang menguntungkan dalam arti bahwa pada tingkat
produksi tertentu perusahaan akan memperoleh laba di atas BEP dan mencegah
tingkat produksi/ penjualan yang lebih rendah dari titik BEP.
3. Dasar untuk
mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjualan (control).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
analisis break even adalah suatu alat analisis yang sangat bermanfaat dan
penting diketahui oleh manajer perusahaan, karena dengan demikian dapat
menunjukkan sebab-sebab keadaan yang menguntungkan dan merugikan.
Tujuan analsis
break even ini penting untuk diketahui keuntungan ataupun atau kerugian yang
dialami perusahaan. Dalam hubugannya dengan penurunan omzet penjualan, titik
impas sebenarnya adalah merupakan lampu tanda bahaya bagi perusahaan. Artinya
pada penjualan sebesar titik impas perusahaan titik mengalami keuntungan. Dan
bilamana omzet penjualannya terus menerus menurun sehingga dibawah titik impas
maka perusahaan akan menderita kerugian. Selanjutnya bila pihak perusahaan
tidak menaikkan omzet pejualannya di atas impas untuk jangka waktu yang lama,
maka kemungkinan perusahaan akan mengalami kegagalan. Oleh karena itu,
perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan agar omzet penjualan tetap
berada di atas titik impas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar