Adapun pengertian pembiayaan murabahah menurut para ahli
sebagai berikut :
Menurut Karim (2004;88), Bank Islam. Murabahah, yang
berasal dari Ribhu (keuntungan),
adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank
bertindak sebagai penjual, sementa nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (Margin).
Menurut Zulkifli (2003;90), Perbankan Syariah Panduan
Praktis. Transaksi Murabahah adalah skim dimana bank bertindak selaku penjual
disatu sisi, dan disisi lain bertindak selaku pembeli. Kemudian bank akan
menjualnya kembali kepada pembeli dengan harga beli ditambah margin (Ribhun)
yang disepakati.
Menurut Habib Nazir dan Hassanuddin (2004;403),
Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah. Murabahah adalah akad jual beli
antara bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli
barang. Dari transaksi tersebut bank mendapatkan keuntungan jual beli yang
disepakati bersama. Atau Murabahah adalah jasa pembiayaan oleh bank melalui
transaksi jual beli dengan nasabah dengan cara cicilan. Dalam hal ini bank
membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang
tersebut dari pemasok kemudian menjualnya kepada nasabah dengan menambahkan
biaya keuntungan (Cost-Plus Profit)
Dan ini dilakukan melalui perundingan terlebih dahulu antara bank dengan
nasabah yang bersangkutan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pembiayaan
murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan
nasabah sebagai pembeli, dengan penentuan harga jual yaitu harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (Margin),
sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah.
Adapun mekanismenya sebagai berikut:
1.
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
2.
Bank menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.
3.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntunganya. Dalam kaitan
ini bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang kepada nasabah
berikut biaya yang diperlukan.
4.
Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
5.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
Adapun Persyaratan
Murabahah
Persyaratan Murabahah yaitu:
1)
Bank dan nasabah harus mengadakan akad murabahah yang
bebas riba.
2)
Barang yang diperjual-belikan tidak termasuk kategori
yang diharamkan oleh syariat islam.
3)
Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
4)
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(Pemesan) dengan harga jual senilai harga perolehan ditambah keuntungannya.
5)
Nasabah membayar harga yang disepakati sesuai jangka
waktu yang disepakati.
6)
Bank dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan atau
kerusakan akad melalui perjanjian tambahan dengan nasabah.
7)
Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik bank.
8)
Jika bank menerima permintaan nasabah akan suatu barang
atau aset, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesan tersebut dan bank
harus menyempurnakan jual beli yang sah dengan pedagang tersebut.
Syarat
sah pembiayaan murabahah terdiri dari :
1)
Pihak yang melakukan akad harus cakap hukum (Baligh/dewasa) dan saling ridho (tanpa
paksaan).
2)
Barang (objek yang dibiayai) adalah:
a)
Barang itu ada meskipun tidak ditempat
b)
Barang itu milik sah penjual/bank
c)
Tidak termasuk kategori yang diharamkan sebagai objek
jual beli.
d)
Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual.
3)
Harga dan keuntungan
Harga dan
keuntungan yang dimaksud adalah:
a)
Harga jual bank adalah harga perolehan ditambah
keuntungan.
b)
Keuntungan yang diminta bank harus diketahui oleh
nasabah.
c)
Harga jual beli tidak boleh berubah selama masa
perjanjian.
d)
Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.
c.
Jaminan dalam Murabahah
Pengambilan jaminan dalam murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesananya. Artinya bank
dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
d.
Hutang dalam Murabahah
1.
Secara prisif, penyelesaian hutang nasabah dalam
transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan
nasabah dan pihak ketiga atas barang tersebut.
2.
Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3.
Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian,
nasabah harus tetap menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal.
e.
Penundaan pembayaran dalam murabahah
1.
Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian hutangnya.
2.
Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
3.
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal
menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi
sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar