1. Untuk menyusun pedoman tentang system dan
prosedur pencatatan kas, maka terlebih dahulu diadakan analisa tentang fungusi
pengeluaran kas tersebut.
Untuk menjamin kebenaran pengeluaran
kas, diperlukan adanya pembuktian yang cukup. Zaki Baridwan Akuntansi Keuangan
(2003 : 116) menyatakan bahwa fungsi bagian pengeluaran uang adalah :
a. Memeriksa
bukti-bukti pendukung faktur pembelian atau voucehernya untuk memastikan bahwa
dokumen-dokumen tersebut sudah cocok dan perhitungan benar serta disetujui oleh
orang-orang yang berwenang.
b. Mendatangani check
c. Mengecap lunas
pada bukti-bukti pendukung pengeluaran kas atau melubangi pada perforator.
d.
Mencatat chek ke
dalam daftarnya (cek register)
e.
Menyerahkan chek
kepada kreditur (orang yang dibayar).
Suatu system yang efektif mengenai pengeluaran kas sangat penting
sehingga tidak kalah pentingnya dengan system yang ada pada penerimaan kas.
Oleh karena itulah pengurus dan pimpinan perusahaan harus mengirimkan surat
kepada bank dengan menjelaskan mengenai siapa yang berwenang untuk mendatangani
chke. Semua pembayaran/ pengeluaran kas, dilakukan dengan chek atas nama
perusahaan atau chek voucher, yaitu merupakan suatu formulir yang dikirimkan
kepada kreditur sebagai pemberitahuan tentang pembayaran bersama dengan
chkenya.
Setelah itu tembusan merupakan cacatan hutang yang menunjukkan suatu
persetujuan pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat diperoleh secara
otomatis. Oleh karena pendatanganan chek yag cukup banyak ini memerlukan suatu
ketelitian dan keamanan, maka mereka yang mendatangani chek harus
mempertanggungjawabkan setiap transaksi yang meragukan atau tidak mengerti
sepenuhnya.
Zaki Baridwan
dalam bukunya Akuntansi Keuangan (2003 : 117) menyatakan bahwa meskipun system
pengendalian intern dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
organisasi, tetapi dalam system pengendalian intern.
Prosedur merupakan pembayaran dalam jumlah cukup besar yang dilakukan dengan uang tunai atau chek.
Dengan demikian perlu pula diperkirakan pembayaran dalam jumlah kecil yang
dilakukan dengan kontan dan bukan dengan chek, seperti untuk pembelian perangko,
materai dan sebagainya. Untuk kebutuhan inilah perlu diselenggarakan
pembentukan dana kas kecil. Agar dana ini dapat diawasi, maka pengelolanya
sebaiknya menggunakan dua bentuk metode yang pemiliknya tergantung kepada
perusahaan bersangkutan yang mana harus digunakan.
Dalam hubungannya dengan kas kecil, ada dua metode yang lazim digunakan
yaitu :
1. Metode Imperst
Metode imperst yaitu metode yang
menentukan jumlah kas kecil yang selalu kostan dan tidak berubah. Biasanya kas
kecil diisi ( dari kas besar) sejumlah uang tertentu untuk keperluan
pembayaran-pembayaran selama jangka waktu tertentu, mislnya untuk satu minggu,
dua minggu, dan seterusnya.
Pada saat pembentukan kas kecil, maka
dibuat jurnal sebagai berikut :
Kas kecil Rp. xxxx
Kas Rp. xxxx
Bilamana sisa saldo uang dalam kas
kecil sudah hamper habis tau jika pada saat pengisian kembali dana kas kecil
sudah tiba, kuitansi (bukti) pembayaran tersebut dikeluarkan dengan uang kepada
pemegang kas besar. Jurnal pengisian kembali dana kas kecil pada metode imprst
adalah sebagai berikut :
Biaya-biaya Rp. xxxx
Kas Rp.
xxxx
2. Metode fluktuasi
Metode fluktuasi yaitu metode yang menentukan kas kecil
dalam jumlah yang selalu konstan, melainkan memberikan kemungkinan untuk
berubah-ubah (berfluktuasi). Oleh sebab itu, biasanya pengisian uang dari kas
besar ke kas kecil tidak dikaitkan dengan jangka waktu tertentu. Pada waktu
pemebentukan kas kecil dibuat jurnal sebagai berikut :
Kas
kecil Rp. xxxx
Kas
Rp. Xxxx
Sewaktu-waktu dana habis pada kas kecil menggunakan tersebut
untuk pembayaran yang menjadi wewenangnya, harus dibuat jurnal, sebagai berikut
:
Biaya-biaya Rp. xxxx
Kas kecil Rp.
xxxx
Bilaman sisa uang dalam kas kecil sudah hampir habis, kasir
pemegang kas kecil dapat menerima
dropping tambahan kepada kas besar. Jumlah dropping tersebut tidak selamanya
sama dengan jumlah pembayaran yang telah dilakukan melalui kas kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar