A Pengertian
Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran yang penulis
maksudkan disini menyangkut masalah perencanaan anggaran belanja rutin
sebagaimana yang disampaikan oleh Haw Widjaya, (2002 : 15) penetapan penggunaan
anggaran rutin, dalam hubungannya dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD), sebagai berikut :
1.
Suatu rencana yang sudah disyahkan
2. Rencana bagian
dari pada rencana keseluruhan yang berupa anggaran.
3. Kalkulasi dari pembiayaan
kegiatan pemerintah.
Dengan fungsinya yang demikian
itu, maka rencana anggaran adalah
perkiraan untuk waktu yang akan datang disusun berdasarkan
perjalanan-perjalanan masa lalu dan masa kini. Penyusunannya yang sistimatis
haruslah dilakukan atas dasar klasifikasi anggaran yang digunakan.
Untuk lebih jelasnya
klasifikasi anggaran yang dimuat maka terlebih dahulu dijelaskan dalam berbagai
macam klasifikasi anggaran, dalam anggaran sebagai klasifikasinya meliputi :
1. Klasifikasi obyek
2. Klasifikasi organik
3. Klasifikasi fungsional
4. Klasifikasi ekonomi
5. Klasifikasi program perfomance.
Dari pengertian klasifikasi
obyek pengelompokkan pengeluaran-pengeluaran ke dalam jenis barang jasa
yang apakan dibeli. Sedangkan untuk
klasifikasi organik adalah pengelompokan anggaran atas kategori suatu
organisasi.
Klasifikasi Fungsional adalah
merupakan salah satu pengelompokkan pengeluaran atas dasar fungsi-fungsi yang
akan dijelaskan oleh Mardiasmo, (2002 : 1240 menyatakan bahwa ekonomi adalah
pengelompokkan pengeluaran atas dasar kelompok kegiatan fungsi dan proyek yang
akan dicapai sehingga dari pengeluaran-pengeluaran anggaran nantinya dapat
diukur efisiensi dan penegasan yang dapat dijalankan. Dengan mengetahui
macam-ma-cam klasifikasi anggaran tersebut di atas, dengan data yang ada dapatlah ditentukan perencanaan
anggaran belanja rutin pada lokasi penelitian yang terpilih disusun berdasarkan
dengan sistimasi sebagai dasar dalam pertimbangan klasifikasi anggaran yang
sesuai.
Untuk itu penulis akan
menyajikan data-data dalam penyusunan anggaran belanja rutin pada lokasi yang
terpilih dimana anggaran tersusun sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai terbagi atas :
a. Gaji Pokok
b. Tunjangan Tambahan
c. Tunjangan istri / suami
d. Tunjangan anak
e. Tunjangan jabatan
f.
Belanja Pegawai lainnya yang meliputi :
1. Tunjangan pangan/beras
2. Biaya lembur
3. Honor untuk juru pemelihara bangunan
purbakala
2. Belanja barang
terdiri atas :
a. Keperluan sehari-hari perkantoran,
dipergunakan untuk :
1. Keperluan bahan/ alat tulis
menulis
2. Perlatan kantor ketata usahaan
3. Perlatan bahan/ alat tulis menulis dan
bahan lain
4. Perlatan rumah
tangga kantor
5. Bahan rumah tangga
kantor
6. Pembiayaan benda-benda
pos
7. Biaya rapat dinas
8. Biaya penerimaan tamu
9. Biaya transportasi
10 Biaya petugas jaga
malam.
b. Belanja barang inventaris
kantor :
- Semua barang-barang yang berhubungan dengan barang inventaris kantor.
- Barang-barang keperluan tambahan
c. Belanaja langganan daya jasa
yang terbai atas :
- Biaya langganan listrik
- Biaya langganan telepon
- Biaya langganan gas dan air
d. Bahan alat-alat dan barang-barang lain,
meliputi belanja :
- Peralatan
pemeliharaan benda-benda dan bangunan kuno
- Peralatan penggambaran
- Peralatan fotografi
- Peralatan pemerataan
- Peralatan laboratorium
- Bahan-bahan untuk fotografi
- Ganti rugi tanah
- Pembelian benda-benda kuno/
benda-benda bersejarah
- Pembelian benda-benda
seni
- Perlatan survey
e. Lasin-lain belanaja terdiri
dari :
- Biaya pengamanan/ penjagaan pemilikan benda-benda, situs-situs,
bangunan-bangunan bersejarah.
- Biaya ganti rugi tanah/ barang dalam rangka perlindungan sejarah dan
kepurbakalan.
- Biaya pemerataan obyek-obyek
sejarah dan ke purbakalaan.
3. Belanja Pemerintah terdiri dari :
a. Belanja pemeliharaan gedung
kantor
b. Belanja pemeliharaan kendaraan dinas
c. Belanja pemeliahraan barang-barang
inventaris kantor
d. Belanjan pemeliharaan perlatan teknis
e. Lain-lain belanja pemeliahraan, yaitu :
- Pemeliharaan bangunan kuno
- Pemeliharaan benda-benda bersejarah/
kuno.
4) Belanja
perjalanan dinas
Untuk perjalanan dinas disini, maka semua
unit kerja harus dapat menentukan, daerah mana saja yang direncanakan dan
perlu ditinjau, dibina,
diarahkan kegiatan yang mana harus dilaksanakan oleh semua daerah atau
suaka-suaka yang ada di daerah.
Setelah penulis mengemukakan sistimatika
perencanaan pembelanjaan tersebut dibagi atas :
a. Jenis belanja
pegawai
b. Jenis belanja
barang
c. Jenis belanja
perjalanan dinas
Ketiga jenis pengeluaran ini dapat dibagi
pula pada masing-masing mata anggaran yang direrminkan dalam rangka
pengoperasian, antara lain :
1) Jenis belanja pegawai terdiri dari :
a. Gaji dengan kode mata anggaran
110
b. Tunjangan beras dengasn kode
mata anggaran 120
B Pengertian Pengendalian
Pengendalian pada prinsipnya
dapat memperhatikan suatu kegiatan dan selalu mengawasi aktivitas sehari-hari,
maka pengendalian menurut Sondang. S.Giagian, (1999 : 16) draft manajemen yang
didefinisikan bahwa, pengendalian adalah proses atau usaha yang sistimatis
dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, sistem
informasi umpan balik,
membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan menentukan dan
mengatur penyimpangan-penyimpangan serta melakukan koreksi perbaikan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif
dan efisien.
Kegiatan pengendalian sangat erat hubungannya dengan fungsi-fungsi
manajemen lainnya, oleh karena kegiatan pengendalian ini dapat dilihat apakah
tujuan kegiatan yang telah direncanakan dapat dicapai dalam pelaksanaan secara
riil.
Dilihat dari tahapan
perencanaan dan pengendalian merupakan unsur-unsur yang dominan dalam manajemen
20 % dari seluruh kegiatan yang dapat dilaksanakan unsur fungsi pelaksanaan
dalam pengendalian yang merupakan bagian terbesar dalam manajemen. Kagiatan
pengendalian mencukupi perencanaan, pengawasan, monitoring, evaluasi dan
koreksi.
Perencanaan dan pengendalian
merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan kegiatan. Pada
pelaksanaan yang memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dan sangat tergantung
pada sistem pengendalian yang efektif dan sistem informasi yang digunakan.
Agar dapat melaksanakan
pengendalian yang efektif, maka seorang pimpinan atau pelaksanan tugas
memerlukan informasi, sebagai berikut :
a. Biaya yang digunakan apakah sesuai
dengan hasil dari bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jika terjadi
perbedaan (lebih besar atau lebih kecil dari rencana biaya) di mana dimana hal
terjadi dan siapa yang bertanggung jawab
dan apa yang dikerjakan.
b. Merupakan biaya yang akan datang
sesuai dengan rencana atau melebihi rencana. Tanggung jawab pengendalian tidak
hanya pada manajer saja tetapi merupakan tanggungjawab semua orang yang
terlihat pada aktivitas tersebut agar dapat mengerjakan bagiannya dengan baik
dan tepat waktu.
c. Menurut Suprityono,
dalam pengertian yang
sama, namun diungkapkan dengan sederhana.
Pengendalian adalah proses untuk
memberikan kembali menilai dan selalu memonitor laporan-laporan aapakah pelak
sanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah yang sudah ditentukan.
Nupriyoni dalam bukunya Konsep Panduan
Perencanaan Anggaran Daerah, (1998 : 5) berpendapat bahwa pengendalian bertumpu
pada konsep umpan balik, yang secara kontinyu mengharuskan adanya pengukuran
pelaksanaan dan pengambilan tindakan koreksi yang ditujulkan untuk menjamin
pencapaian tujuan-tujuan. Untuk proses pengendalian ini, maka yakni manajemen
sedapat mungkin mendapatkan informasi yang tepat dan up to date, agar para manajer dapat segera mengadakan
tindakan-tindakan pengendalian sebelum sesuatu penyimpangan serius. Karena
pengendalian yang teratur akan menghasilkan suatu pencapaian yang efektif.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam
proses pengendalian menurut Glenn A. Welch (1999 : 9), sebagai berikut :
1. Measurement of performance against predetermined objec
tive, plans and standard.
2. Communication
(reporting) of the result of the measure1 ment process to the approriate
individu and groups.
3. An analysis of the deviations from the objective plans
policies and standard in order to determinc the under line causes.
Jadi
menurut pengertian di atas, bahwa dalam suatu proses
pengendalian mencakup pengukuran pelaksanaan dengan rencana yang telah
dibuat dan pelaporan hasil
pengukuran kepada manajer yang bersangkutan. Untuk mengukur dalam pelaksanaan
dilakukan dengan cara analisis varians, untuk menentukan sebab-sebabnya,
sehingga dapat dilakukan pemilihan
alternatif yang terbaik untuk menentukan rencana yang akan datang. Agar lebih
efektif proses pengendalian ini harus pada titik atau pada waktu mulai
dilakukan kegiatan, artinya seorang manajer yang bertanggungjawab akan tindakan
tertentu sebelumnya harus mengusahakan suatu bentuk pengendalian. Untuk itu
tujuan-tujuan rencana-rencana dan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
standar-standar yang telah ditetapkan harus disampaikan kepada manajer dan
dipahami sepenuhnya oleh manajer tersebut terlebih dahulu untuk kemudian
dilaksanakan pelaksanaan itu harus tetao dimonitor apakah sesuai dengan rencana
semula.
C Pengertian Anggaran
Anggaran dalam berbagai pengertian banyak
diartikan sebagai pernyataan kuantitatif. Hal ini terlihat antara lain pada
pengertian anggaran yang dikemukakan oleh Charles T. Hongren dan George Foster
dalam bukunya Cost Accounting, (2002: 146), sebagai berikut anggaran adalah
suatu pernyataan kuantitatif tentang apa rencana atau tindakan dan alat bantu
untuk koordinasi dan implementasi.
Dalam hal ini anggaran dirumuskan untuk
organisasi secara keseluruhan ataupun
sub unit, di mana anggaran merupakan suatu prosedur yang disebut budgenting
system.
Perencanaan dengan
anggaran dengan mengidentifikasi pada manajemen mengenai :
1. Jumlah laba
yang ditetapkan untuk dicapai perusahaan
2. Sumber dana
yang diperlukan dalam mencatatkan laba
Pengendalian biaya, yaitu membandingkan
antara hasil aktual dengan anggaran yang akan membantu manajemen untuk
mengevaluasi kinerja dari individu, departemen divisi atau keseluruhan
organisasi perusahaan.
Komunikasi dan koordinasi, yaitu anggaran
mampu untuk mengkomunikasikan dan
mengkoordinasikan keseluruh level dalam departemen, karena anggaran merupakan
bagian integral dari tujuan-tujuan
tersebut departemen divisi dan organisasi perusahaan.
Selanjutnya, definisi anggaran yang mengandung
pengertian yang sama dilakukan oleh Ray H. Garisson (1995: 297), menyatakan
bahwa a budget is a detail plan outlining
acquistion and use of financial and other resources some gives time period.
Selain mencakup ramalan atau perencanaan
mengenai pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya untuk mempermudah
proses perencanaan ini sendiri, maka semua kegiatan operasi dari perusahaan
yang menyusun anggaran harus dikonversikan kedalam bentuk kesatuan nilai uang.
Hal ini dimaksudkan agar kegiatan-kegiatan tersebut
dapat
diukur dalam alat
kesatuan yang sama.
Pengertian anggaran yang mengandung
pengertian sebagaimana disebutkan di atas, ditemukan oleh, Teguh Pajo Mulyono
(2000 : 287) yang menyatakan bahwa budget
is a plan of operation expessed in monetary terms it consequently includes a
forecast a forecast of income and expenditures and of receipts and cost for a
specific period.
Setiap organisasi perusahaan utamanya perusahaa
dengan organisasi yang besar, tidak akan terlepas dari kegiatan pengendalian.
Pengendalian ( control ) dapat
memberikan keputusan bahwa sumber-sumber yang diperoleh telah digunakan secara
efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk maksud
tersebut di atas, budgeting adalah salah satu tehnik yang tersedia.
Budgeting
merupakan rencana kegiatan yang terperinci ditetapkan sebagai suatu
pedoman pelaksanaan dan sebagai suatu dasar penilaian terhadap prestasi kerja
manajer.
Jika kita melihat pengertian budget yang
dikemukakan, maka dimensi waktu juga turut dimasukkan sebagai batasan anggaran,
karena dapat menyebabkan semua biaya total menjadi variabel atau semua biaya
tidak dapat dibedakan antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) dengan biaya yang
tidak dapat dikendalikan (uncontrollable
cost).
Pada perusahaan yang sudah sedemikian
stabil, biasa saja membuat peramalan untuk beberapa tahun, atau dengan kata
lain dalam jangka panjang. Namun bagi
perusahaan yang banyak menghadapi ketidak pastian, hanya mungkin untuk membuat
peramalan jangka waktu yang pendek saja, jadi jangka waktu yang dicukupi oleh
anggaran juga, tergantung dari sifat suatu perusahaan itu sendiri, namun
anggaran yang disusun menurut kurun waktu bulanan adalah yang paling baik
karena rencana kegiatan nampak. Disamping itu anggaran bulanan sangat menunjang
pelaksanaan pengendalian yang terjadi dengan segera dapat diketahui.
Proses
penganggaran mempunyai beberapa tujuan :
1. Anggaran menyajikan perencanaan keuangan yang memungkin kan perusahaan untuk dapat mengkoordinasikan
semua aktivitasnya. Dengan menggunakan anggaran para manajer dapat
memproyeksikan hasil dan mengatur strategi yang dibutuhkan sebelum operasi
perusahaan dapat dimulai, sehingga dapat menghindari kesalahan yang merugikan
perusahaan.
2. Proses penganggaran mendorong para
manajer untuk menguji kembali prestasi yang pernah diraih dan memungkinkan
mereka mengubah kembali dan mengoreksi metode operasi yang kurang efisiensi
ketinggalan jaman.
3. Anggaran memungkinkan para manajer untuk
mengimpelementasikan fungsi perencanaan dan pengawasan.
Berdasarkan pengertian di atas, Calvin
Engler (1999 : 305), mengemukakan bahwa, A budget
is a financial plan that sets forth resources neccesary to carry out activities
and meet financial golas for a future period time.
Agar
supaya anggaran dapat
berfungsi sebagai alat koordinasi dan kontrak, maka masing-masing
manajer harus satu tahun jelas luas kekuasaan dan tanggungjawabnya. Ini supaya
tidak terjadi overlapping yang mungkin menyebabkan keruwetan dan kekaburan
mengenai tugas masing-masing yang telah dibebankan. Demikian pula dengan
anggaran dapat berfungsi sebagai alat motivasi kalau setiap manajer dan kepala
bagian diikutsertakan dalam penyusunan perencanaan anggaran ini berarti perlu
adanya pendelegasian wewenang kepada masing-masing manajer,
untuk itu menyusun anggaran operasionya. Dengan demikian masing-masing
manajer akan merasa bertanggung jawab sehingga timbul partisipasi untuk
mencapai target yang telah ditetapkan dalam anggaran.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan
kesemuanya itu menunjukkan sifat yang sama, yaitu bahwa anggaran itu merupakan
suatu rencana kegiatan yang tertulis mengenai apa yang dilakukan oleh suatu
organisasi yang meliputi peramal an
pendapatan dan pengeluaran penerimaan dan biaya-biaya selama periode tertentu
yang dikonversi dalam kesatuan nilai atau moneter.
Menurut D. Hartanto dalam bukunya
Akuntansi Untuk Usahawan (2003 : 131) ada 4 (empat) macam anggaran sebagai
berikut :
1. Appropriation
budget
2. Performance
budget
3. Fixed budget
4. Flexible
budget.
ad 1. Appropriation budget adalah untuk memberikan batas
pengeluaran yang boleh dilakukan. Batas
tersebut merupakan jumlah maximun yang dapat dikeluarkan untuk satu hal
tertentu. Dalam macam anggaran ini umumnya digunakan dalam pemerintahan. Namun
bagi perusahaan untuk hal-hal tertentu sangat terbatas keinginan seperti, hanya
untuk penelitian dan advertising saja.
ad 2. Performance budget adalah anggaran yang didasarkan
pada atas fungsi aktivitas dan proyek. Pada anggaran ini perhatian ditujukan
pada penilaian atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk suatu hal tertentu.
Dengan demikian efisiensi dan efektifitas operasi dapat diketahui. Di dalam
perusahaan anggaran yang lazim digunakan adalah formance budget.
ad 3. Fixed budget adalah anggaran yang dibuat untuk satu
tingkat kegiatan selama jangka waktu tertentu, dimana tingkat kegiatan ini
dapat dinyatakan dalam prosentase dan kapasitas jumlah produk yang dihasilkan
selama jangka waktu tertentu pada Foxed budget hanya digunakan jika diketahui
dengan pasti bahwa volume real yang akan dicapai tidak jauh berbeda dengan volume
yang direncanakan semula.
ad 4. Flexible budget adalah bahwa untuk setiap tingkat
kegiatan terdapat norma-norma atau ketentuan antar biaya yang diperlukan. Norma
itu merupakan patokan dari pengeluaran yang seluruhnya dilakukan pada
masing-masing tingkat kegiatan tersebut.
Dalam penyusunan anggaran suatu
perusahaan perlu diperlukan beberapa syarat seperti yang dilakukan oleh
Gunawan Adisaputra dan
Marwan Asri dalam bukunya Anggaran Perusahaan (2000 : 7) menyatakan
bahwa di dalam penyusunan anggaran perusahaan, maka perlu diperlukan beberapa
syarat bahwa anggaran harus realitis, luwes dan kontinyu.
D Pengertian Kas dan
Anggaran Kas
Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu
membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam suatu instansi
pemerintah. Dalam hal ini instansi tersebut perlu menyusun anggaran kas.
Untuk lebih jelasnya oleh Bambang Riyanto
(2004 : 19) menyatakan bahwa kas adalah salah satu unsur modal kerja yang
paling tinggi tingkat likuiditasnya.
Kalau Syafaruddin (1998: 27) memberikan
batas tertentu tentang penggunaan dana yaitu pengertian anggaran kas atau cash
forecast (ramalan kas), adalah kebutuhan kas dalam jangka pendek yang merupakan
bagian dari financial planning perusahaan.
Periode anggaran kas umumnya disusun
untuk jangka waktu satu tahun yang dibagi dalam interval tertentu seperti
bulanan, kuartalan dan enam bulan, untuk menyusun anggaran kas yaitu dalam
mingguan atau bulanan. Sedangkan perusahaan yang mempunyai pola cash flow
relatif dapat menyusun anggaran kas dalam kuartalan atau tahunan. Namun
demikian jarang sekali anggaran kas disusun untuk lebih dari waktu satu tahun.
Walaupun dengan interval bulanan.
Karena sukar untuk menjamin validitas
ramalan baik ramalan penerimaan kas namun ramalan pengeluaran kas. Apabila jika
dihadapkan dengan situasi ekonomi yang kurang stabil. Pada tingkat inflasi yang
tinggi misalnya, anggaran kas lebih baik disusun dalam interval yang lebih
pendek yaitu dalam bulanan.
Masukan kunci dari anggaran kas adalah ramalan penjualan atas sales
forecash yang diberikan oleh bagian penjualan. berdasaekan ramalan tersebut,
manajer financial dapat mengestimasikan cash flow bulanan yang dihasilkan dari
produksi penerimaan baik penerimaan dari penjualan tunai maupun dari penjualan
kredit dan pengeluaran.
E Pengertian Cas Flow
Pada dasarnya setiap penanaman
investasi mengandung dua macam aliran kas. Bambang Riyanto (2004 : 98) aliran
kas terdiri dari :
1.
Aliran kas keluar netto ( net out
flow cash ) yaitu yang diperlukan untuk
investasi baru.
2. Aliran kas masuk netto tahunan (net anual inflow of cash), yaitu sebagai hasil dari investasi baru
yang ini sering pula disebut net cash
proceceeds atau cukup dengan istilah proceeds.
Berdasarkan pengertian di atas
menunjukkan bahwa yang dianggap sebagai aliran kas keluar adalah sejumlah dana
yang dikeluarkan untuk keperluan investasi, sedangkan aliran kas masuk secara
netto tahunan adalah hasil dari investasi yang ditanamkan.
Ada perbedaan pengertian antara cash flow
atau proceeds dengan laba yang
dilaporkan dari laporan keuangan. Laporan
keuangan akan menujukkan
data tentang laba yang belumm tentu menunjukkan kas perusahaan, karena
ada pos yang dianggap pengeluaran menurut laporam rugi laba sementara itu
konsep cash flow menganggap bukan pengeluaran. Pos yang dianggap pengeluaran
menurut laporan rugi laba adalah depresiasi. Oleh karena itu pada konsep cash
flow dapatlah dihitung proceeds atau cash flow dengan menggunakan rumus
(Subajah E. 2000: 32), yaitu :
1. Kas masuk bersih = laba setelah
pajak + penyusutan :
Kalau kita menganggap bahwa proyek tersebut dibelanjai
dengan modal sendiri seluruhnya.
2. Kas
masuk bersih = laba setelah
pajak + penyusutan + bunga ( 1 - Tax ) : kalau proyek tersebut dibelanjai
sebagian dengan modal pinjaman.
F Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Di dalam suatu perusahaan
prosedur penerimaaan uang melibatkan beberapa bagian transaksi-transaksi
penerimaan uang tidak terpusat pada suatu bagian saja agar dapat memenuhi
prinsip-prinsip internal control oleh Tuana Kotta dalam bukunya Petunjuk
Pemeriksaan Umum (2002 : 290).
Diantara bagian-bagian yang terlibat di
dalam proses penerimaan uang, sebagai berikut :
1. Bagian surat
masuk
2. K a s i r
3. Bagian piutang
4. Bagian
pemeriksaan interen
Bagian surat masuk bertugas menerima
semua surat-surat yang diterima perusahaan. Surat yang berisi pelunasan
piutang harus dipisahkan dari surat-surat lainnya. Setiap
hari bagian surat membuat daftar penerimaan uang harian, mengumpulkan chek dan remittance advice. Kecocokan antara
jumlah dalam chek dengan jumlah dalam remittance menjadi tanggung jawab bagian
surat masuk. Setelah daftar penerimaan uang harian selesai dikerjakan oleh
bagian surat masuk, maka daftar tersebut
didistribusi oleh kepala bagian yang bersangkutan, satu lembar bersama-sama
dengan chek diserahkan kepada kasir.
Dari Satu lembar
bersama dengan remitttance advice
diserahkan kepada seksi piutang. Jika dalam surat yang diterima oleh bagian
surat masuk terdapat remittance
sesudah diterima, amplop dari langganan dapat digunakan sebagai remittance
sesudah ditulis jumlahnya pada halaman muka amplop tersebut.
Kasir bertugas menerima uang yang
berasal dari bahan surat masuk pembayaran langsung atau dari penjualan oleh
salesman. Kasir harus membuat surat
setoran kebank dan menyetorkan semua uang yang diterimanya.
Agar penerimaan uang ini dapat diawasi
dengan baik, maka satu lembar bukti sebagai setoran dari bank langsung dikirm
ke bagian akuntansi. Bukti setoran yang diterima dibagian akuntansi dicocokkan
dengan daftar penerimaan uang yang dibuat oleh bagian surat masuk dan oleh
kasir. Salah satu cara pengawasan penerimaan uang langsung oleh kasir dapat
dilakukan dengan dibuatnya bukti kas masuk yang diberi nomor urut yang dicetak
Sumber
dan bentuk penerimaan
uang menurut Zaki Baridwan ( 2001 ; 199), sebagai berikut
penerimaan uang/ kas biasanya berasal dari berbagai bentuk sumber, ada sumber
yang sering terjadi seperti pelunasan piutang, penjualan tunai, tetapi ada pula
sumber penerimaan yang jarang terjadi,
seperti penjualan aktiva tetap.
Selain
sumber-sumber tersebut, penerimaan-penerimaan uang bisa juga berasal
dari adanya pinjaman baik dari bank maupun dari pinjaman wesel. Apabila terjadi setoran model baru, maka ini juga
merupakan sumber penerimaan kas.
Formulir-formulir yang
digunakan dalam prosedur penerimaan uang menurut Zaki Baridwan (2001 : 100) adalah
sebagai berikut
1.
Dokumen (bukti) asli pendukung setiap penerimaan uang yang terdiri dari :
- Pemberitahuan tentang pelunasan dari para langganan (remittance advice) atau amplop.
- Bukti penerimaan uang yang
diberi nomor urut yang di
cetak dan dibuat oleh kasir
untuk penerimaan uang langsung.
- Pita daftar penjualan tunai
- Pemberitahuan tentang pelunasan, daftar
penjualan salesman.
- Pemberitahuan dari bank tentang pinjaman,
penagihan oleh bank.
2. Data harian yang menunjukkan kumpulan ataukah ringkasan penerimaan kas yang terdiri dari :
-
Bukti setoran ke bank
- Daftar
penerimaan kas harian (dibuat oleh kasir) dan daftar penerimaan kas harian
(yang dibuat oleh bagian surat masuk).
-
Ringkasan cash register
-
Proof tapes
3. Buku jurnal (book of original entry)
- Jurnal penerimaan uang (terperinci)
- Kombinasi proof shhet dengan jurnal
penerimaan uang.
4. Buku pembantu piutang dan buku
besar"
Uang tunai/ kas adalah barang yang mudah menjadi sasaran pencurian dan penyelewengan, karena
uang itu mudah dibawa, maka mudah disimpang dan mudah digunakan untuk mengadakan
transaksi. Oleh karena itulah pengawasan yang baik sangat diperlukan, sejak
saat diterimannya sampai dimaksudkan ke
dalam basi peti atau ( brankas ), atau langsung disimpang kebank agar uang
tersebut dapat terhindar dari
beberapa bahaya (resiko) yang bisa melanda perusahaan.
Untuk bisa menyusun suatu
manual atau pedoman tentang sistem dan prosedur pencatatan kas, maka terlebih
dahulu harus diadakan analisa tentang fungsi daripada pengeluaran kas tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut,
Ruchiyat Kosasi, (2001 : 102) mengemukakan, sebagai berikut :
1.
Pengeluaran kas harus diperinci agar dapat disusun suatu ikhtisar
laporan dan pencatatan, dari kedalam jurnal pengeluaran kas.
2.
Dalam perusahaan kecil, pos-pos debet dapat berasal dari
"voucher register",
jurnal pembelian (buku pembelian), atau
dari perincian faktur-faktur terpisah dari prosedur jurnal ataukah catatan
harian. Jadi buku jurnal atau pencatatan
pengeluaran kas dipakai sebagai kontrol chek terhadap buku-buku tersebut
di atas.
3.
Sebagian besar pos-pos
debet sebagai lawan
pengeluaran kas adalah pos-pos harta, utang dan biaya tetapi juga bisa
berakibat pos debet pada kelompok rekening dalam neraca serta rugi laba. Catatlah
pengeluaran kas dengan baik dan posting ke pos debet. Suatu sistem efektif mengenai pengeluaran kas hal sangatlah penting sehingga tidak kalah
pentingnya dengan sistem yang ada pada penerimaan kas. Oleh karena pengurus dan
pimpinan suatu perusahaan harus mengirim
surat dan dapat
menjelaskan mengenai siapa yang
berwewenang untuk menandatangani chek.
Semua pembayaran/ pengeluaran kas,
sebaiknya dilakukan dengan chek atau nama perusahaan ataukah chek voucher,
merupakan suatu formulir yang dikirim kepada kreditur sebagai pemberitahuan
tentang pembayaran bersama dengan cheknya, tembusannya merupakan catatan utang
yang menunjukkan suatu persetujuan
pembayaran, sehingga bukti tanda terima dapat diperoleh secara otonomi.
Oleh karena penanda tanganan chek-chek yang cukup banyak ini yang memerlukan
suatu ketelitian dan keamanan sehingga mereka yang menandatangani chek harus
mempertanggung jawabkan setiap transaksi yang meragukan atau tidak dimengerti
sepenuhnya.
Meskipun sistem pengendalian interen
tidak dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi, tetapi
dalam hal ini perlu adanya pedoman dalam pembukuan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Adisapoetra dan Marwan, Asri, 1992, Anggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Penerbit
Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Hartanto, 1993, Sistem
Akuntansi, Cetakan Pertama, Edisi Kedua, Yogyakarta.
Horngen, Charles l992, Pengantar Akuntansi Manajemen, Alih Bahasa Mohammad Badjuri dan
Kusnaedi, Jilid Pertama Edisi Keenam, penerbit Erlangga, Yogyakarta.
Kotta, Tuana, 2002, Petunjuk
Pemeriksaan Umum, Cetakan Kedua, Andy, Yogyakarta.
Mulyono, Teguh, Pajo , 1999, Analisis dan Disain Sistem Informasi, Cetakan Pertama, Edisi
Kelima, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002, Otonomi
dan Manajemen Keuangan Daerah, Andy, Yogyakata.
Nupriyoni, 1998, Riset
Akuntansi, cetakan Kedua, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ray H. Garisson, 2000, Sistem Akuntansi dan Informasi,
Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Syafaruddin, 1998,
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakrta.
Subajah E. 2000, Sistem Akuntansi, Cetakan Ketiga, Edisi Ketiga, Penerbit
STIE-YKPN, Yogyakarta.
Syafaruddin, 1998,
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakrta.
Wilkson, Joseph W, 2000, Sistem Akuntansi dan Informasi, Cetakan keempat, penerbit Erlangga,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar