Powered By Blogger

Kamis, 13 Oktober 2016

Break Event Point (BEP) dan volume penjualan

A.  Pengertian Manajemen Keuangan
      Tinjauan manajemen keuangan suatu perusahaan dalam kegiatan hubungannya dengan profitabilitas adalah merupakan kebijaksanaan kinerja keuangan. Hal ini disebabkan karena profitabilitas muncul sebagai akibat dari kebijaksanaan kinerja keuangan dalam hal memperoleh dana atau modal untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam pencapaian tujuannya.
      Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2004 : 2) bahwa manajemen keuangan meliputi semua aktivitas yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
      Definsi manajemen keuangan yang dikemukakan di atas,maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan meliputi usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menarik dan mengumpulkan dana beserta modal dengan biaya yang rendah dan dengan syarat yang menguntungkan serta secara efisien dan efektif.
      Sebagai bagian dan ilmu ekonomi, sesungguhnya kinerja keuangan itu merupakan prinsip-prinsip ekonomi dalam pengambilan keputusan keuangan dan secara luas manajemen keuangan tersebut menyangkut berbagai aspek sehingga keputusan kinerja keuangan dapat mempengaruhi tingkat harga bahkan kelancaran jalannya perusahaan secara keseluruhan. 
      Jadi pengertian manajemen keuangan tersebut dapat disimpulkan manajemen keuangan bukan saja bagaimana mendapatkan laba akan tetapi juga bagaimana penggunaan dana sehingga efisien dan efektif. Efisien yang dimaksud adalah perbandingan terbaik antara input dengan output dan antara daya usaha dan hasil yang dicapai. Sedangkan efektif adalah usaha pencapaian prestasi yang sebesar-sebesarnya dari suatu kegiatan.
      Keuangan pada suatu perusahaan sebenarnya aktivitas dalam melakukan pekerjaan apapun sesuai tugas masing-masing karyawan, sehingga untuk memberikan gambaran mengenai kinerja oleh para ahli di bawah ini.
      Oleh Suad Husnan, Manajemen Keuanagan, (2001 : 236), menyatakan bahwa kinerja itu bagaimana memberdayakan sesuatu untuk dapat menghasilkan sesuatu barang dan jasa.
       Pada dasarnya manajemen keuangan artinya bagaimana memenaj suatu keuangan perusahaan dapat dipergunakan seefisien mungkin agar penggunaan terarah pada tujuan tertentu untuk efektif mungkin, sehingga perusahaan dapat pengetahui selama operasi perusahaan tingkat perputaran dana yang dikelola dapat mencapai keuntungan.   

B  Pengertian Penjualan dan Harga Jual
     1.  Pengertian Penjualan
      Sebenarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
      Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan.
      Stanton, Penetapan Harga Pokok, (1999 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem pemasaran.
      Pengertian penjualan berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/ penerima barang atau jasa.
      Menurut Soemarso, Analisa Pokok Penjualan (1999 : 178) menyatakan bahwa jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya  cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jua; beli tersebut.    
      Penjualan adalah suatu proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung  atau melalui wakil mereka. Soemarso, Analisa Pokok Penjualan (1999  113) fungsi penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1.    Fungsi perencanaan
2.    Fungsi memberi kontrak ( contractual function )
3.    Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
4.    Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5.    Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
      Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Soemarso, (1999 : 189)  pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Modal yang diperlukan
2.    Kemampuan merencanakan
3.    Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4.    Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5.    Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6.    Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan yaitu
1.    Mencapai tujuan tertentu
2.    Mendapatkan laba tertentu
3.    Menunjang pertumbuhan perusahaan.

2. Pengertian Harga Jual
        Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar nilai suatu barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran, karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu produk barang atau jasa. 
      Basu Swastha,  Penentuan Harga Jual, (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya.
      Perusahaan menginginkan harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi, sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
      Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual. Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga tersebut.
      Kemudian Nitisemito, Pembelanjaan Perusahaan, (2000 : 11) memberikan batasan mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
      Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dalam hal ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
      Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
      Menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan pengendalian harga oleh pemerintah dan lain  pertimbangan tentang biaya produksinya. 
           

C   Pengertian dan Jenis-Jenis Biaya
1.  Pengertian Biaya
      Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
      Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada setiap pengeluaran merupakan komponen biaya perusahaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
      Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, Kapita Selecta, (2000: 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
      Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, (1997: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk konstan atau  dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.                                 
      Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah  dikatakan  bahwa  pengertian biaya yang dikemukakan  di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
      Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka D. Hartanto, Analisa Laporan Keuangan, ( 2002 : 89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), sebagai berikut cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang dicantumkan dalam neraca. 

2.  Jenis-Jenis Biaya
      Sehubungan dengan jnis-jenis biaya tersebut, maka D. Hartanto, Analisa Laporan Keuangan, (2002 : 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut :      
      "1.  Biaya variabel dan biaya tetap
       2.  Biaya yang dapat dikendalikan".     
      Sedangkan menurut Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000 : 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa dihindari  menghubungkan tingkah laku biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi  secara langsung  sebanding dengan volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain.
      Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk  mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu utamanya dalam kapasitas biaya dalam proses produksi perusahaan.
      Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui  sebagai berikut :
1. Biaya variabel  adalah  sejumlah  biaya yang ikut berubah untuk mengikuti  volume produksi atau penjualan. Misalnya atau  bahan langsung hanya yang ikut dalam proses produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak  berubah walaupun ada  perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena akan didapatkan suatu gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.

D.  Unsur - Unsur Biaya      
      Untuk membicarakan unsur-unsur dalam proses produksi, pihak perusahaan telah memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang dikorbankan, sehingga proses produksi tidak mengalami hambatan yang berarti, maka  dalam dapat memperoleh hasil penjualan hasil produksi bisa memperoleh laba.
      Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000 : 159) dalam suatu proses produksi melibatkan suatu unsur- unsur biaya dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah segera dapat dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya, karena biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan.
      Unsur - unsur biaya menurut Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000 : 259) tersebut di atas, adalah sebagai berikut :
1. Manufacturing  cost, adalah  semua  biaya  yang  muncul  sejak  pembelian  bahan-bahan sampai berubah menjadi produk  selesai (final product)
 Manufacturing cost terbagi atas :
a.    Prime cost  (biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan secara langsung dan upah tenaga  kerja langsung dalam kegiatan pabrik.
           Prime cost terdiri dari :
1.    Direct  material, yaitu  semua bahan baku yang membentuk  keseluruhan  bahan yang dapat secara langsung dimasukkan dalam perhitungan kerja pokok.
2.    Direct  cost, yaitu setiap tenaga  kerja yang  ikut secara langsung pemberian  sumbangan dalam  proses produksi.

b.    Manufacturing  expenses,  dapat  juga disebut  factory over head  cost  atau biaya pabrikasi tidak langsung.
    Yang termasuk golongan biaya ini adalah

        1. Indirect  labour,  yaitu  tenaga  kerja  yang   tidak  terlibat   langsung  dalam proses produksi,  misalnya kepada bagian bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagai dasar untuk menyelesaian terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
  
4.    Other manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect material, seperti  biaya atas penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan

   c.   Commercial expenses, yang meliputi :
1.    Selling expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah selesainya proses produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos ini meliputi penyimpangan, pengangkutan  penagihan  dan ongkos  yang menyangkut  fungsi-fungsi penjualan.
2.    Administration  expenses,  adalah  ongkos-ongkos  yang  meliputi ongkos  perencanaan dan pengawasan.
                 Biasanya  semua  ongkos-ongkos yang  tidak  dibebankan  Pada bagian produksi  atau  penjualan  dipandang sebagai ongkos administrasi.

      Sedangkan  menurut  Charles  T. Horngren, Cost Accounting A. Managerial Emphasis, ( 1999 : 15 ) :            
     1. Kapan waktu berkompromi
         a. Biaya yang harus dikeluarkan
         b. Anggaran Biaya
                                                                                                          
     2. Kelakuan dihubungkan dengan adanya fluktuasi dalam aktivitas :

         a. Biaya variabel
         b. Biaya tetap
         c. Biaya lain-lain

      3. Resiko dalam pengeluaran biaya  :

         a. Total biaya
         b. Biaya per unit

      4. Fungsi manajemen  :

         a. Biaya pabrik
         b. Biaya pemasaran
         c. Biaya administrasi

      5. Mudah untuk mengubahnya  :

         a. Biaya langsung
         b. Biaya tak langsung

     6. Perubahan  biaya pajak tentang keuntungan  :

         a. Biaya produksi
         b. Biaya Industri

      Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya tersebut dijelaskan D. Hartanto, Akuntansi Untuk Usahawan (2000 : 112) adalah sebagai  berikut :
1.  Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi dimasa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang  diperkirakan terjadi pada masa yang akan datang.

2.   Variabel cost, adalah  biaya yang secara keseluruhan akan berubah-ubah  dengan berubahnya volume produksi atau penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang secara keseluruhan  tidak  akan  mengalami perubahan pada suatu tingkat produksi atau penjualan.                                                                                                            

3.  Total cost, adalah sejumlah biaya yang dibebnkan pada seluruh biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap unit dari obyektif.

4.  Manufacturing cost, adalah sejumlah biaya  yang diperlukan  untuk menghasilkan  barang (dengan menggunakan mesin, peralatan dan tenaga kerja).Manufacturing  cost terdiri  dari direct  cost,  material cost, direct labour cost dan inderect cost/overhead cost.
      Sedangkan administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan secara keseluruhan.

5.  Direct cost, adalah  biaya-biaya  yang  mudah  ditelusuri terhadap  suatu obyek  tertentu.
   
     Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya  yang tidak  ditelusuri  hubunganny dengan obyek tertentu.
     Sedangkan priod cost merupakan biaya-biaya yang timbul karena berjalannya waktu. Dengan kata lain, period cost adalah  setiap biaya  yang dialokasikan  berdasarkan waktu.


E.  Pengertian Break Event Point          
      Pengertian Break Event Point adalah suatu analisis titik yang menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan. 
      Sehubungan dengan itu, untuk lebih mengetahui tentang pengertian biaya, dibawah akan dikemukakan secara luas oleh Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Pengendalian Biaya, (2000 : 3) dibahas tentang penentuan harga pokok, dikemukakan bahwa di dalam arti luas break aven point adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang mana laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan.
      Pengertian yang telah dikemukakan oleh Suhardi Sigit, Akuntansi Biaya, (2001 : 24) menyatakan bahwa, dalam proses produksi memang mengeluarkan  sejumlah  biaya untuk menghasilkan barang dan jasa. Sehingga perusahaan biasanya menghitung sebelum menjalankan kegiatan apakah perusahaan itu dapat menguntungkan atau tidak, dalam teori mengenai titik pulang pokok (Break Even Point) pada suatu perusahaan yaitu tidak mengalami kerugian dan    keuntungan (Impas).        
      Perusahaan yang  mengalami hal yang demikian pasti memikirkan hal-hal tentang pengembangan diri akan adanya kelebihan, bagaimana pada masa yang akan datang Analisis titik pulang pokok adalah suatu analisis titik yang menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan. 
      Juga dapat dikatakan analisis ini menunjukkan keadaan di mana perusahaan tidak mengalami keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Pengertian break even ini oleh Suhardi Sigit,  Akuntansi Biaya, (2001: 2l7) dikemukakan bahwa suatu perusahaan dikatakan break even point apabila setelah dibuat perhitungan rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mendapatkan keuntungan.
      Dari pengertian yang dikemukakan oleh Suhardi Sigit di atas dapatlah dikatakan bahwa jumlah biaya yang dikeluarkan sama besarnya dengan jumlah  hasil penjualan yang diperoleh hanya dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan (tidak terjadi laba kerugian). Dari analisis pulang pokok (impas) ini kita dapat mengetahui atau dapat memberikan penjelasan tentang berapa jumlah barang yang harus diproduksi atau berapa banyak barang harus dijual dalam suatu periode tertentu di mana perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan.
      Selain istilah-istilah yang ada dalam analisis break even point juga sering digunakan istilah cost volume profit.  Analisis  ini menunjukkan hubungan antara biaya yang dikeluarkan  dengan volume produksi yang dihasilkan dan besarnya laba/keuntungan yang diperoleh. Jika pada volume tertentu terdapat perolehan penjualan sama besarnya dengan biaya yang dikeluarkan, maka pada titik ini disebut titik impas. Oleh Hartanto, Analisa Laporan Keuangan, (2002 : 217) beliau menekankan pada  penentuan biaya atau alokasi dikemukakan bahwa penyelidikan atas hubungan yang terdapat pada antara biaya, laba volume adalah sangat penting bagi manajement untuk dapat membuat suatu rencana yang baik. Selanjutnya dari penyelidikan ini kita dapat mendapat sesuatu klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan managerial planning dan strategi untuk dapat meningkatkan keuntungan.                                                                                                                   
      Definisi yang dikemukakan Hartanto diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mengadakan penyelidikan antara hubungan biaya, volume dan biaya itu akan sangat berguna manajement karena dalam hal ini penyelidikan tersebut akan memberikan informasi dalam perencanaan yang baik demi kelancaran usaha dalam penyampaian tujuan yang diinginkan.
      Walaupun  terdapat  berbagai kegunaan pada analisis pulang pokok, namun terdapat pula beberapa kelemahan. Perencanaan mempersiapkan sebuah break even membutuhkan banyak perkiraan dan asumsi yang dapat mengakibatkan ketidak tepatan hasil yang disajikan oleh bagan tersebut. Beberapa keterbatasan sistem pulang pokok oleh Moelyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Pengendalian Biaya, (2000 : 89) sebagai berikut :
a. Garis keseluruhan, yakni garis yang  menggambarkan jumlah   biaya  tetap dan  biaya variabel, seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus oleh karena dalam kenyataan biasanya biaya tersebut tidak berubah secara proposional.
b. Sistem break even menunjukkan gambaran statis, sedang jalannya perusahaan amat dinamis, oleh karena perubahan-perubahan setiap waktu dapat terjadi.
c. Pengklasifikasian biaya semi variabel dan semi tetap sering kali diabaikan, kemudian dimasukkan saja dalam golongan biaya variabel atau biaya tetap.
d. Bilamana  perusahaan menghasilkan berbagai jenis produksi maka  timbul  masalah lain disamping masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas misalnya bauran produk cenderung mengeluarkan biaya yang berbeda, sehingga tiap perusahaan bauran produk akan cenderung mengubah fakta yang terdapat dalam bagan break even.                                      

F  Kegunaan dan Tujuan Break Even
      Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian-uraian terdahulu bahwa tujuan titik pulang pokok sangat penting/ berguna bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat volume produksi/ penjualan berapa perusahaan dalam keadaan pulang pokok. Dan selanjutnya analisa tersebut dapat juga digunakan untuk mengetahui volume produksi/ penjualan berapakah perusahaan sudah mencapai laba tertentu atau kerugian tertentu selain dari pada itu tujuan pulang pokok dapat juga digunakan sebagai suatu cara atau tehnik untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume dan laba. Dengan diketahui titik break even, pimpinan akan dapat mengambil keputusan untuk menetapkan kebijaksanaan selanjutnya sehubungan  dengan kegiatan operasi perusahaan untuk mencapai tujuan.
      Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat dari para sarjana mengenai kegunaan dari pada analisis pulang pokok bagi management adalah sebagai berikut Farid Djahidin, Analisa Laporan Keuangan, (2000: 120) "Analisa Laporan Keuangan" dinyatakan bahwa analisa  break  even sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan. Atau dengan kata lain bahwa dengan mengetahui break even, dapat kita ketahui kaitan-kaitan antara penjualan, produksi, harga, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan pimpinan perusahaan untuk mengambil kebijaksanaann dalam peningkatam laba.
      Selanjutnya dikatakan pula bahwa selain dari kegunaan  tersebut    break even juga berguna bagi pimpinan oleh Soehardi Sigit, Akuntansi Biaya (2001 : 188) untuk :
1.  Dasar atau landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang akan di peroleh (profit planning).                                                        
2.  Dasar  untuk menentukan tingkat produksi yang  menguntung kan  dalam arti bahwa pada tingkat produksi tertentu perusahaan akan memperoleh laba (di atas titik break even)  dan mencegah tingkat produksi/penjualan yang lebih rendah dari titik break even.
3. Dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan (controlling).                                                                                                                              
      Sedangkan menurut R. Soemita, Pembelanjaan Perusahaan, (1999: 29) mengemukakan bahwa alat-alat lain untuk membantu manager keuangan proses pengendalian dan perencanaan, diantaranya ialah analisa break even point, yang terutama berguna untuk perluasan pabrik dan keputusan untuk memproduksi produk baru sebagai percontohan.
      Dengan bertitik tolak dari uraian beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa analisa pulang  pokok  tidaklah semata-mata berguna bagi pimpinan untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja akan tetapi lebih dari pada itu dapat digunakan sebagai suatu cara atau tehnik untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume, harga jual serta laba dan rugi atau dengan kata lain untuk menghadapi berbagai kemungkinan perubahan kondisi dan keadaan yang dapat mempengaruhi laba dan tingkat pencapaian tujuan perusahaan oleh R. Soemita, Pembelanjaan Perusahaan, (1999: 29), yaitu :
1.  Menghitung analisis pulang pokok  dengan cara coba - coba (trial and error). Dalam hal ini, kita menghitung keuntungan  netto  berdasarkan volume produksi/ penjualan tertentu. Apabila perhitungan masih menghasilkan keuntungan, maka dapat dapat diturunkan sampai pada tingkat produksi tertentu dan tingkat manakah kita mengalami break even. Sebaliknya bila dalam perhitungan kita mendapatkan rugi pada tingkat tertentu, untuk mendapatkan break even, maka tingkat produksi harus dinaikkan hingga mencapai break even pada tingkat tertentu.                                        
2. Perhitungan berdasarkan rumus Aljabar menurut Mulyadi Akuntansi Biaya (2000 : 119) dengan formulasi, sebagai berikut :
      a.   Atas dasar jumlah unit produksi
                                             FC
          Rumus BEP (Q)  =
                                           P - V
          dimana :
                        BEP =  Break even point
                        FC   =   Biaya tetap     
                        V     =   Biaya variabel 
                        P     =   Harga jual per unit
                        Q    =   Jumlah unit yang dihasilkan

      b.   Perhitungan  BEP  atas dasar sales, dalam rupiah   (Rp),    yaitu :
                                         
                                     FC
            BEP ( Rp )  =                                                                                     
                                   VC
                           1 - 
                                    S
dimana :
        
                        BEP   =  Break even point
                        FC     =  Biaya tetap          
                        VC     =  Biaya variabel        
                      S       =  Volume / nilai hasil penjualan
                      Q       =  Jumlah rupiah yang dihasilkan


G   Pengertian Margin Of Safety (Batas Keamanan)

      Margin of safety merupakan alat yang dapat memberikan informasi tentang berapa besar volume penjualan yang dianggarkan atau hasil penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian. Angka nargin of safety akan memberikan petunjuk mengenai jumlah maksimun penurunan volume penjualan yang direncanakan atau dianggarkan sekaligus tidak mengakibatkan kerugian.
      Analisis break even sangat penting bagi pimpinan perusahaan seperti dikemukakan Farid Djahidin, Analisa Laporan Keuangan, (2001 : 154), sebagai berikut :
1.    Dasar atau landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang di peroleh (profit planning)
2.    Dasar untuk menentukan tingkat produksi yang menguntungkan dalam arti bahwa pada tingkat produksi tertentu perusahaan akan memperoleh laba di atas BEP dan mencegah tingkat produksi/ penjualan yang lebih rendah dari titik BEP.
3.    Dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjualan (control).      
      Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis break even adalah suatu alat analisis yang sangat bermanfaat dan penting diketahui oleh manajer perusahaan, karena dengan demikian dapat menunjukkan sebab-sebab keadaan yang menguntungkan dan merugikan.

     Soehardi Sigit , Akuntansi Biaya (2001 : 29) tujuan analsis break even ini penting untuk diketahui keuntungan ataupun atau kerugian yang dialami perusahaan. Dalam hubugannya dengan penurunan omzet penjualan, titik impas sebenarnya adalah merupakan lampu tanda bahaya bagi perusahaan. Artinya pada penjualan sebesar titik impas perusahaan titik mengalami keuntungan. Dan bilamana omzet penjualannya terus menerus menurun sehingga dibawah titik impas maka perusahaan akan menderita kerugian. Selanjutnya bila pihak perusahaan tidak menaikkan omzet pejualannya di atas impas untuk jangka waktu yang lama, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami kegagalan. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan agar omzet penjualan tetap berada di atas titik impas.

DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 2000, Akuntansi Manajemen, Edisi Ketujuah, Cetakan Kedua,  Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta. 

Djahidin, Farid,  2001,  Analisa  Laporan  Keuangan,  Edisi Kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Hartanto, D, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.

 .........., 2000,  Akuntansi Untuk Usahawan, Lembaga    Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Horgren, Charles, T, 1999, Cost Accounting, A.Managerial  Emphasis, Fourth Edition, Prentice-Hall, of  India Private Limited, New Delhi.

Husnan, Suad, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Ketujuh, Ghalia  Indonesia, Jakarta.

Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Edisi Kelima, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.       

Nitisemoto, Alex, S, 2000,. Pembelanjaan Perusahaan, Second Edition, McGaraw – Hill, Book Company, New York.

Riyanto Bambang, 2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan,  Edisi ke Dua. Yayasan Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

R. Soemita, 1999, Pembemlanjaan Perusahaan, Edisi Revisi. Jakarta  Ghalia  Indonesia,  .

Sigit, Soehardi, 2001,  Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan Ke II, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Winardi, 2000, Kapita Selecta, Alumni, Bandung

Ikatan Akuntansi Indonesia, 1997, Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, LPFE, Universitas Indonesia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar