A. Pengertian
Manajemen Keuangan
Tinjauan manajemen keuangan suatu
perusahaan dalam kegiatan hubungannya dengan profitabilitas adalah merupakan
kebijaksanaan kinerja keuangan. Hal ini disebabkan karena profitabilitas muncul
sebagai akibat dari kebijaksanaan kinerja keuangan dalam hal memperoleh dana atau
modal untuk membiayai kegiatan perusahaan dalam pencapaian tujuannya.
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan (2004 : 2) bahwa manajemen keuangan meliputi semua aktivitas yang
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan
beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.
Definsi manajemen keuangan yang
dikemukakan di atas,maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan meliputi
usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menarik dan mengumpulkan dana
beserta modal dengan biaya yang rendah dan dengan syarat yang menguntungkan
serta secara efisien dan efektif.
Sebagai bagian dan ilmu ekonomi,
sesungguhnya kinerja keuangan itu merupakan prinsip-prinsip ekonomi dalam
pengambilan keputusan keuangan dan secara luas manajemen keuangan tersebut
menyangkut berbagai aspek sehingga keputusan kinerja keuangan dapat
mempengaruhi tingkat harga bahkan kelancaran jalannya perusahaan secara
keseluruhan.
Jadi pengertian manajemen keuangan
tersebut dapat disimpulkan manajemen keuangan bukan saja bagaimana mendapatkan
laba akan tetapi juga bagaimana penggunaan dana sehingga efisien dan efektif.
Efisien yang dimaksud adalah perbandingan terbaik antara input dengan output
dan antara daya usaha dan hasil yang dicapai. Sedangkan efektif adalah usaha
pencapaian prestasi yang sebesar-sebesarnya dari suatu kegiatan.
Keuangan pada suatu perusahaan sebenarnya
aktivitas dalam melakukan pekerjaan apapun sesuai tugas masing-masing karyawan,
sehingga untuk memberikan gambaran mengenai kinerja oleh para ahli di bawah
ini.
Oleh Suad Husnan, Manajemen Keuanagan,
(2001 : 236), menyatakan bahwa kinerja itu bagaimana memberdayakan sesuatu
untuk dapat menghasilkan sesuatu barang dan jasa.
Pada dasarnya
manajemen keuangan artinya bagaimana memenaj suatu keuangan perusahaan dapat
dipergunakan seefisien mungkin agar penggunaan terarah pada tujuan tertentu
untuk efektif mungkin, sehingga perusahaan dapat pengetahui selama operasi
perusahaan tingkat perputaran dana yang dikelola dapat mencapai
keuntungan.
B Pengertian
Penjualan dan Harga Jual
1. Pengertian Penjualan
Sebenarnya laba yang diperoleh suatu
perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan
kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan
dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga
yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang
layak.
Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit
usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber
pendapatan bagi perusahaan.
Stanton, Penetapan Harga Pokok, (1999 :
8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah
bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem
pemasaran.
Pengertian penjualan berarti bahwa
menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan
membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/
penerima barang atau jasa.
Menurut Soemarso, Analisa Pokok Penjualan
(1999 : 178) menyatakan bahwa jumlah transaksi penjualan yang terjadi
biasanya cukup besar dibandingkan dengan
jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara
tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi
menjual barangnya dengan kedua syarat jua; beli tersebut.
Penjualan adalah suatu proses pertukaran
barang dan/ atau jasa antara penjua;l dan pembeli. Tugas pokok adalah
mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka. Soemarso, Analisa
Pokok Penjualan (1999 113) fungsi
penjualan mencakup sejumlah fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi memberi
kontrak ( contractual function )
3. Fungsi menciptakan
permintaan (demand creation)
4. Fungsi ,mengadakan
perundingan (negotiation)
5. Fungsi kontraktual
(contractual fungtion)
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai
tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan
atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat
direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan.
Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan
menghasilkan laba. Soemarso, (1999 : 189)
pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1. Modal yang
diperlukan
2. Kemampuan
merencanakan
3. Kemampuan
menentukan tingkat harga yang tepat
4. Kemampuan memilih
penyalur yang tepat
5.
Kemampuan
menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6. Unsur penunjang
Perusahaan,
pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualan yaitu
1. Mencapai tujuan
tertentu
2. Mendapatkan laba
tertentu
3. Menunjang
pertumbuhan perusahaan.
2. Pengertian Harga Jual
Harga merupakan ukuran untuk dapat mengetahui berapa besar nilai suatu
barang dan jasa. Harga turut menentukan berhasil tidaknya akan laku dipasaran,
karena harga merupakan nilai dari suatu barang yang dinyatakan dalam satuan
uang. Selain itu juga harga dipakai sebagai patokan atau titik permulaan bagi
penentuan harga lainnya atau harga merupakan saran penghubung antara pembeli
dan penjual. Artinya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan suatu
produk barang atau jasa.
Basu Swastha, Penentuan Harga
Jual, (1999 : 147) memberikan definisi tentang harga, yaitu harga adalah
merupakan jumlah uang atau barang (ditambah beberapa barang kalau memungkinkan)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya.
Perusahaan menginginkan harga yangf lebih tinggi, akan tetapi masyarakat
sudah mengetahuiu situasi dan harga, pihak produsen perlu menjamin kualitas produksi,
sehingga tidak ada tanggapan lain dari konsumen atau kurang puas.
Harga sebagai suatu standar nilai barang dan jasa, sehingga harga itu
sangat penting ditentukan Cuma perlu ditekankan bahwa untuk ingin memiliki
suatu barang tersebut seseorang membayar dengan sejumlah uang untuk
mengumpulkan barang dan sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual.
Bahkan penjual juga mengharapkan keuntungan dari harga tersebut.
Kemudian Nitisemito, Pembelanjaan Perusahaan, (2000 : 11) memberikan batasan
mengenai harga yaitu harga adalah suatu barang dan jasa yang diakui dengan
sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut atau perusahaan bersedia
melepaskan barang atau jasa yang dimilikinya kepada orang lain.
Harga menunjukkan pula terlaksananya suatu transaksi pembelian yang
dapat terjadi, jika pembeli dan penjualtelah secara bversama-sama sepakat pada
suatu tingkat harga tertentu dari suatu produk yang dijual, sehingga dalam hal
ini melaksanakan kegiatan untuk pemasarannya tidak terlepas diri dari suatu
penentuan harga produk yang akan ditawarkan.
Dengan demikian, harga mempunyai peranan serta fungsi yang tidak dapat
dipisahkan dengan fungsi-fungsi lainnya seperti halnya produksi, pemasaran juga
pembelanjaan dan fungsi-fungsi lainnya.
Menjalankan aktivitasnya sesuai dengan obyek penelitian dalam hal
penetapan harga jual kepada langgan selalu memperhatikan berbagai pertimbangan
seperti harga pada perusahaan lain, daya belu masyarakat, pengawasan dan
pengendalian harga oleh pemerintah dan lain
pertimbangan tentang biaya produksinya.
C Pengertian dan
Jenis-Jenis Biaya
1. Pengertian Biaya
Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu
barang atau jasa maka perlulah dihitung dan diketahui besarnya biaya yang
dikeluarkan atau yang perlu dan kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin
diterima. Setiap pengorbanan biaya selalu diharapkan akan mendatangkan hasil
yang lebih besar dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan
datang.
Dengan demikian, seorang pengusaha
hendaknya dapat mengetahui bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi
pada setiap pengeluaran merupakan komponen biaya perusahaan. Dalam hal ini,
total biaya selalu dapat dihitung dan dapat dibandingkan dengan total
penerimaan yang mungkin dapat diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan
diperoleh.
Berbicara mengenai masalah biaya
merupakan suatu masalah yang cukup luas, oleh karena di dalamnya terlihat dua
pihak yang saling berhubungan. Oleh Winardi, Kapita Selecta, (2000: 147), menyatakan
bahwa bilamana kita memperhatikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
suatu proses produksi, maka dapat dibagi ke dalam dua sifat, yaitu merupakan
biaya bagi produsen adalah mendapat bagi pihak yang memberikan faktor produksi
yang terbaik pada perusahaan bersangkutan.
Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan
bagi pihak yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia, (1997: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah
jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam
bentuk konstan atau dalam bentuk
pemindahan kekayaan pengeluaran modal saham, jasa-jasa yang disertakan atau
kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya, dalam hubungannya dengan barang atau
jasa yang diperoleh atau yang akan diperoleh pada masa yang datang, karena
mengeluarkan biaya berarti mengharapkan pengembalian lebih banyak.
Dari definisi dan pengertian biaya di
atas, dapatlah dikatakan bahwa
pengertian biaya yang dikemukakan
di atas adalah suatu hal yang masih merupakan pengertian secara luas
oleh karena semua yang tergolong dalam pengeluaran secara nyata keseluruhannya
termasuk biaya.
Sejalan dengan definisi dan pengertian di
atas, maka D. Hartanto, Analisa Laporan Keuangan, ( 2002 : 89), memberikan
atasan tentang biaya (cost) dan
ongkos (expense), sebagai berikut
cost adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service
potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang
dicantumkan dalam neraca.
2. Jenis-Jenis Biaya
Sehubungan dengan jnis-jenis biaya
tersebut, maka D. Hartanto, Analisa Laporan Keuangan, (2002 : 37)
mengelompokkan biaya menurut tujuan perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut
:
"1. Biaya variabel dan biaya tetap
2. Biaya yang dapat dikendalikan".
Sedangkan
menurut Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya,
(2000 : 57) menetapkan biaya adalah sejumlah pengeluaran yang tidak bisa
dihindari menghubungkan tingkah laku
biaya dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah
sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi
secara langsung sebanding dengan
volume penjualan atau produksi, atau ukuran kegiatan yang lain.
Sedangkan
biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi
perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu utamanya dalam kapasitas biaya dalam
proses produksi perusahaan.
Dari gambaran
umum di atas, maka dapat diketahui
sebagai berikut :
1. Biaya
variabel adalah sejumlah
biaya yang ikut berubah untuk mengikuti
volume produksi atau penjualan. Misalnya atau bahan langsung hanya yang ikut dalam proses
produk, bahan baku langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga
kerja langsung.
2. Biaya tetap
adalah sejumlah biaya yang tidak berubah
walaupun ada perubahan volume produksi
atau penjualan. Misalnya gaji bulanan, asuransi, penyusutan, biaya umum dan
lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut sangat penting untuk dikethui seorang
manajer dalam perencanaan usaha pengembangan karena akan didapatkan suatu
gambaran klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta
pengawasan.
D. Unsur - Unsur Biaya
Untuk
membicarakan unsur-unsur dalam proses produksi, pihak perusahaan telah
memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang dikorbankan, sehingga proses produksi
tidak mengalami hambatan yang berarti, maka
dalam dapat memperoleh hasil penjualan hasil produksi bisa memperoleh
laba.
Mulyadi,
Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, (2000 : 159)
dalam suatu proses produksi melibatkan suatu unsur- unsur biaya dibebankan
menurut kelompok biaya tertentu guna menyusun harga pokok produksi dapat
digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya. Tetapi ini tidaklah segera dapat
dipandang sebagai biaya, karena itu harus sesuai dengan faktor biaya, karena
biaya itu harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut perusahaan.
Unsur - unsur
biaya menurut Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian
Biaya, (2000 : 259) tersebut di atas, adalah sebagai berikut :
1. Manufacturing cost, adalah
semua biaya yang
muncul sejak pembelian
bahan-bahan sampai berubah menjadi produk selesai (final product)
Manufacturing cost terbagi atas :
a.
Prime cost
(biaya utama), adalah biaya dari bahan-bahan secara langsung dan upah
tenaga kerja langsung dalam kegiatan
pabrik.
Prime cost terdiri dari :
1.
Direct
material,
yaitu semua bahan baku yang
membentuk keseluruhan bahan yang dapat secara langsung dimasukkan
dalam perhitungan kerja pokok.
2.
Direct
cost,
yaitu setiap tenaga kerja yang ikut secara langsung pemberian sumbangan dalam proses produksi.
b.
Manufacturing expenses, dapat juga disebut
factory over head cost atau biaya pabrikasi tidak langsung.
Yang termasuk golongan biaya ini adalah
1. Indirect labour,
yaitu tenaga kerja
yang tidak terlibat
langsung dalam proses
produksi, misalnya kepada bagian
bengkel, mandur, pembantu umum dan sebagai dasar untuk menyelesaian terhadap
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
4. Other
manufacturing expenses,
yaitu biaya - biaya tidak langsung selain dari indirect labour dan indirect
material, seperti biaya atas penggunaan
tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan
c. Commercial expenses, yang meliputi :
1.
Selling expenses, adalah semua ongkos yang dikeluarkan
setelah selesainya proses produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-ongkos
ini meliputi penyimpangan, pengangkutan
penagihan dan ongkos yang menyangkut fungsi-fungsi penjualan.
2.
Administration expenses, adalah ongkos-ongkos
yang meliputi ongkos perencanaan dan pengawasan.
Biasanya semua
ongkos-ongkos yang tidak dibebankan
Pada bagian produksi atau penjualan
dipandang sebagai ongkos administrasi.
Sedangkan
menurut Charles T. Horngren, Cost Accounting A. Managerial
Emphasis, ( 1999 : 15 ) :
1. Kapan waktu berkompromi
a. Biaya yang
harus dikeluarkan
b. Anggaran
Biaya
2. Kelakuan
dihubungkan dengan adanya fluktuasi dalam aktivitas :
a. Biaya variabel
b. Biaya tetap
c. Biaya lain-lain
3. Resiko dalam pengeluaran biaya
:
a. Total biaya
b. Biaya per unit
4. Fungsi manajemen :
a. Biaya pabrik
b. Biaya pemasaran
c. Biaya administrasi
5.
Mudah untuk mengubahnya :
a. Biaya
langsung
b. Biaya tak
langsung
6. Perubahan biaya pajak tentang keuntungan :
a. Biaya produksi
b. Biaya Industri
Adapun penjelasan dari
unsur-unsur biaya tersebut dijelaskan D. Hartanto, Akuntansi Untuk Usahawan
(2000 : 112) adalah sebagai berikut :
1. Historical cost, merupakan biaya yang
telah terjadi dimasa lalu, sedangkan budgeting cost adalah biaya yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan
datang.
2. Variabel cost, adalah biaya yang secara keseluruhan akan
berubah-ubah dengan berubahnya volume
produksi atau penjualan. Sedangkan fixed cost, adalah biaya yang secara
keseluruhan tidak akan
mengalami perubahan pada suatu tingkat produksi atau penjualan.
3. Total cost, adalah sejumlah biaya yang
dibebnkan pada seluruh biaya obyektif. Sedangkan unit cost, adalah biaya rata-rata dari setiap unit
dari obyektif.
4. Manufacturing
cost, adalah sejumlah biaya yang
diperlukan untuk menghasilkan barang (dengan menggunakan mesin, peralatan
dan tenaga kerja).Manufacturing cost terdiri dari direct cost,
material cost, direct labour cost dan inderect cost/overhead cost.
Sedangkan administratif cost adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk
pengelolaan perusahaan secara keseluruhan.
5. Direct cost, adalah biaya-biaya
yang mudah ditelusuri terhadap suatu obyek
tertentu.
Sedangkan indirect cost adalah biaya - biaya
yang tidak ditelusuri hubunganny dengan obyek tertentu.
Sedangkan priod cost merupakan biaya-biaya yang timbul karena berjalannya
waktu. Dengan kata lain, period cost
adalah setiap biaya yang dialokasikan berdasarkan waktu.
E. Pengertian Break
Event Point
Pengertian Break Event Point adalah suatu
analisis titik yang menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang
dikeluarkan dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
Sehubungan dengan itu, untuk lebih
mengetahui tentang pengertian biaya, dibawah akan dikemukakan secara luas oleh
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Pengendalian Biaya, (2000 : 3)
dibahas tentang penentuan harga pokok, dikemukakan bahwa di dalam arti luas
break aven point adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang mana laba dari suatu
periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan tidak memperoleh
laba tetapi juga tidak menderita kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan.
Pengertian yang telah dikemukakan oleh
Suhardi Sigit, Akuntansi Biaya, (2001 : 24) menyatakan bahwa, dalam proses
produksi memang mengeluarkan sejumlah biaya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Sehingga perusahaan biasanya menghitung sebelum menjalankan kegiatan apakah
perusahaan itu dapat menguntungkan atau tidak, dalam teori mengenai titik
pulang pokok (Break Even Point) pada suatu perusahaan yaitu tidak mengalami kerugian
dan keuntungan (Impas).
Perusahaan yang mengalami hal yang demikian pasti memikirkan
hal-hal tentang pengembangan diri akan adanya kelebihan, bagaimana pada masa
yang akan datang Analisis titik pulang pokok adalah suatu analisis titik yang
menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah
pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
Juga dapat dikatakan analisis ini
menunjukkan keadaan di mana perusahaan tidak mengalami keuntungan dan juga
tidak mengalami kerugian. Pengertian break even ini oleh Suhardi Sigit, Akuntansi Biaya, (2001: 2l7) dikemukakan
bahwa suatu perusahaan dikatakan break even point apabila setelah dibuat
perhitungan rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha
tertentu, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mendapatkan
keuntungan.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh
Suhardi Sigit di atas dapatlah dikatakan bahwa jumlah biaya yang dikeluarkan
sama besarnya dengan jumlah hasil
penjualan yang diperoleh hanya dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
(tidak terjadi laba kerugian). Dari analisis pulang pokok (impas) ini kita
dapat mengetahui atau dapat memberikan penjelasan tentang berapa jumlah barang
yang harus diproduksi atau berapa banyak barang harus dijual dalam suatu
periode tertentu di mana perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak
mendapatkan keuntungan.
Selain istilah-istilah yang ada dalam
analisis break even point juga sering digunakan istilah cost volume
profit. Analisis ini menunjukkan hubungan antara biaya yang
dikeluarkan dengan volume produksi yang
dihasilkan dan besarnya laba/keuntungan yang diperoleh. Jika pada volume
tertentu terdapat perolehan penjualan sama besarnya dengan biaya yang
dikeluarkan, maka pada titik ini disebut titik impas. Oleh Hartanto, Analisa
Laporan Keuangan, (2002 : 217) beliau menekankan pada penentuan biaya atau alokasi dikemukakan
bahwa penyelidikan atas hubungan yang terdapat pada antara biaya, laba volume
adalah sangat penting bagi manajement untuk dapat membuat suatu rencana yang
baik. Selanjutnya dari penyelidikan ini kita dapat mendapat sesuatu klasifikasi
biaya yang baik untuk tujuan managerial planning dan strategi untuk dapat
meningkatkan keuntungan.
Definisi yang dikemukakan Hartanto diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan mengadakan penyelidikan antara hubungan
biaya, volume dan biaya itu akan sangat berguna manajement karena dalam hal ini
penyelidikan tersebut akan memberikan informasi dalam perencanaan yang baik
demi kelancaran usaha dalam penyampaian tujuan yang diinginkan.
Walaupun
terdapat berbagai kegunaan pada
analisis pulang pokok, namun terdapat pula beberapa kelemahan. Perencanaan
mempersiapkan sebuah break even membutuhkan banyak perkiraan dan asumsi yang
dapat mengakibatkan ketidak tepatan hasil yang disajikan oleh bagan tersebut.
Beberapa keterbatasan sistem pulang pokok oleh Moelyadi, Akuntansi Biaya,
Penentuan Harga Pokok, Pengendalian Biaya, (2000 : 89) sebagai berikut :
a. Garis keseluruhan, yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya
tetap dan biaya variabel, seharusnya
tidak digambarkan sebagai garis lurus oleh karena dalam kenyataan biasanya
biaya tersebut tidak berubah secara proposional.
b. Sistem break even menunjukkan gambaran statis, sedang
jalannya perusahaan amat dinamis, oleh karena perubahan-perubahan setiap waktu
dapat terjadi.
c. Pengklasifikasian biaya semi variabel dan semi tetap
sering kali diabaikan, kemudian dimasukkan saja dalam golongan biaya variabel
atau biaya tetap.
d. Bilamana
perusahaan menghasilkan berbagai jenis produksi maka timbul
masalah lain disamping masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas
misalnya bauran produk cenderung mengeluarkan biaya yang berbeda, sehingga tiap
perusahaan bauran produk akan cenderung mengubah fakta yang terdapat dalam
bagan break even.
F Kegunaan dan Tujuan
Break Even
Sebagaimana telah dikemukakan pada
uraian-uraian terdahulu bahwa tujuan titik pulang pokok sangat penting/ berguna
bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat volume produksi/
penjualan berapa perusahaan dalam keadaan pulang pokok. Dan selanjutnya analisa
tersebut dapat juga digunakan untuk mengetahui volume produksi/ penjualan
berapakah perusahaan sudah mencapai laba tertentu atau kerugian tertentu selain
dari pada itu tujuan pulang pokok dapat juga digunakan sebagai suatu cara atau
tehnik untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume dan laba. Dengan
diketahui titik break even, pimpinan akan dapat mengambil keputusan untuk
menetapkan kebijaksanaan selanjutnya sehubungan
dengan kegiatan operasi perusahaan untuk mencapai tujuan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan
dikemukakan beberapa pendapat dari para sarjana mengenai kegunaan dari pada
analisis pulang pokok bagi management adalah sebagai berikut Farid Djahidin,
Analisa Laporan Keuangan, (2000: 120) "Analisa Laporan Keuangan"
dinyatakan bahwa analisa break even sangat penting bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan
jumlah penjualan. Atau dengan kata lain bahwa dengan mengetahui break even,
dapat kita ketahui kaitan-kaitan antara penjualan, produksi, harga, biaya, rugi
atau laba, sehingga memudahkan pimpinan perusahaan untuk mengambil
kebijaksanaann dalam peningkatam laba.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa selain
dari kegunaan tersebut break even juga berguna bagi pimpinan oleh
Soehardi Sigit, Akuntansi Biaya (2001 : 188) untuk :
1. Dasar atau
landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang akan di peroleh (profit planning).
2. Dasar untuk menentukan tingkat produksi yang menguntung kan dalam arti bahwa pada tingkat produksi
tertentu perusahaan akan memperoleh laba (di atas titik break even) dan mencegah tingkat produksi/penjualan yang
lebih rendah dari titik break even.
3. Dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang
berjalan (controlling).
Sedangkan menurut R. Soemita,
Pembelanjaan Perusahaan, (1999: 29) mengemukakan bahwa alat-alat lain untuk
membantu manager keuangan proses pengendalian dan perencanaan, diantaranya
ialah analisa break even point, yang terutama berguna untuk perluasan pabrik
dan keputusan untuk memproduksi produk baru sebagai percontohan.
Dengan bertitik tolak dari uraian
beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa analisa
pulang pokok tidaklah semata-mata berguna bagi pimpinan
untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja akan tetapi lebih dari
pada itu dapat digunakan sebagai suatu cara atau tehnik untuk mengetahui
hubungan antara biaya, volume, harga jual serta laba dan rugi atau dengan kata
lain untuk menghadapi berbagai kemungkinan perubahan kondisi dan keadaan yang
dapat mempengaruhi laba dan tingkat pencapaian tujuan perusahaan oleh R.
Soemita, Pembelanjaan Perusahaan, (1999: 29), yaitu :
1.
Menghitung analisis pulang pokok
dengan cara coba - coba (trial and error). Dalam hal ini, kita menghitung keuntungan
netto berdasarkan volume
produksi/ penjualan tertentu. Apabila perhitungan masih menghasilkan
keuntungan, maka dapat dapat diturunkan sampai pada tingkat produksi tertentu
dan tingkat manakah kita mengalami break even. Sebaliknya bila dalam
perhitungan kita mendapatkan rugi pada tingkat tertentu, untuk mendapatkan
break even, maka tingkat produksi harus dinaikkan hingga mencapai break even
pada tingkat tertentu.
2. Perhitungan berdasarkan rumus
Aljabar menurut Mulyadi Akuntansi Biaya (2000 : 119) dengan formulasi, sebagai
berikut :
a.
Atas dasar jumlah unit produksi
FC
Rumus BEP
(Q) =
P -
V
dimana :
BEP = Break even point
FC =
Biaya tetap
V =
Biaya variabel
P =
Harga jual per unit
Q =
Jumlah unit yang dihasilkan
b.
Perhitungan BEP atas dasar sales, dalam rupiah (Rp),
yaitu :
FC
BEP ( Rp
) =
VC
1 -
S
dimana :
BEP =
Break even point
FC =
Biaya tetap
VC =
Biaya variabel
S =
Volume / nilai hasil penjualan
Q =
Jumlah rupiah yang dihasilkan
G Pengertian Margin Of Safety (Batas Keamanan)
Margin of safety
merupakan alat yang dapat memberikan informasi tentang berapa besar volume
penjualan yang dianggarkan atau hasil penjualan tertentu boleh turun agar
perusahaan tidak menderita kerugian. Angka nargin of safety akan memberikan
petunjuk mengenai jumlah maksimun penurunan volume penjualan yang direncanakan
atau dianggarkan sekaligus tidak mengakibatkan kerugian.
Analisis break even sangat penting bagi
pimpinan perusahaan seperti dikemukakan Farid Djahidin, Analisa Laporan
Keuangan, (2001 : 154), sebagai berikut :
1. Dasar atau
landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang di peroleh (profit planning)
2. Dasar untuk
menentukan tingkat produksi yang menguntungkan dalam arti bahwa pada tingkat
produksi tertentu perusahaan akan memperoleh laba di atas BEP dan mencegah
tingkat produksi/ penjualan yang lebih rendah dari titik BEP.
3. Dasar untuk
mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjualan (control).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
analisis break even adalah suatu alat analisis yang sangat bermanfaat dan
penting diketahui oleh manajer perusahaan, karena dengan demikian dapat
menunjukkan sebab-sebab keadaan yang menguntungkan dan merugikan.
Soehardi Sigit , Akuntansi Biaya (2001 : 29) tujuan
analsis break even ini penting untuk diketahui keuntungan ataupun atau kerugian
yang dialami perusahaan. Dalam hubugannya dengan penurunan omzet penjualan,
titik impas sebenarnya adalah merupakan lampu tanda bahaya bagi perusahaan.
Artinya pada penjualan sebesar titik impas perusahaan titik mengalami
keuntungan. Dan bilamana omzet penjualannya terus menerus menurun sehingga
dibawah titik impas maka perusahaan akan menderita kerugian. Selanjutnya bila
pihak perusahaan tidak menaikkan omzet pejualannya di atas impas untuk jangka
waktu yang lama, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami kegagalan. Oleh
karena itu, perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan agar omzet penjualan
tetap berada di atas titik impas.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki,
2000, Akuntansi Manajemen, Edisi
Ketujuah, Cetakan Kedua, Fakultas
Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Djahidin, Farid,
2001, Analisa Laporan Keuangan,
Edisi Kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Hartanto, D, 2002, Analisa
Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM,
Yogyakarta.
.........., 2000, Akuntansi
Untuk Usahawan, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Horgren, Charles,
T, 1999, Cost Accounting,
A.Managerial Emphasis, Fourth
Edition, Prentice-Hall, of India Private
Limited, New Delhi.
Husnan, Suad,
2001, Manajemen Keuangan, Edisi
Ketujuh, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok,
Edisi Kelima, Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Nitisemoto, Alex,
S, 2000,. Pembelanjaan Perusahaan,
Second Edition, McGaraw – Hill, Book Company, New York.
Riyanto Bambang,
2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi ke Dua. Yayasan
Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
R. Soemita, 1999, Pembemlanjaan Perusahaan, Edisi Revisi.
Jakarta Ghalia Indonesia,
.
Sigit, Soehardi,
2001, Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan Ke II, Bagian Penerbit
Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Winardi, 2000, Kapita
Selecta, Alumni, Bandung
Ikatan Akuntansi Indonesia, 1997, Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, LPFE, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar