A.
Pengertian Pembelanjaan
Perkembangan
Pembelanjaan dalam perusahaan dapat berubah-ubah setiap saat harus mengikuti sesuai
dengan perkembangan perusahaan dalam dunia bisniss. Dalam mempelajari keadaan
pembelanjaan pada saat ini, kita harus melihat latar belakang untuk mengetahui
sejarah pemikiran dan praktek pembelanjaan. Perspektif sejarah sejaumana untuk
mengerti mengapa praktek-praktek pembelanjaan yang sekarang terjadi seperti
yang kita lihat. Pengkajian sejarah juga akan membantu kita untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya perkembangan di masa yang akan datang.
Salah satu fungsi
pembelanjaan perusahaan yaitu bagaimana usaha untuk mendapatkan dana yang
dibutuhkan oleh perusahaan dengan cara yang menguntungkan dan juga bagaimana
menggunakan dana yang ada secara efektif dan efisien di dalam perusahaan.
Untuk memperoleh pengertian yang lebih
jelas mengenai pembelanjaan perusahaan, sdebaiknya terlebih dahulu kita
menelaah tentang pengertian pembelanjaan sebagaimana yang diperhadapkan kepada berbagai persoalan yang menyangkut
masalah keputusan di bidang keuangan.
Mengenai fungsi fungsi pembelanjaan perusahaan
menurut James Van Horne (2003 : 11)
mengemukakan bahwa the function of
finance can be broken down into the three major decisions the firm must make
the investment decision, the financing decision and the devidend decision. Each
mush beconsidered in relation to objective of the firm.
Definisi tersebut dimaksudkan bahwa
fungsi pembelanjaan perusahaan mencakup tiga jenis pengambilan keputusan, yaitu
pengambilan keputusan investasi (investment
decision), keputusan pembelanjaan (financing
decision) dan keputusan mengenai kebijaksanaan deviden (dividend decision).
Selanjutnya Pearson Hunt, (2000 : 3) juga
membahas tentang fungsi pembelanjaan perusahaan dengan menitik beratkan pada
hubungannya dengan pengambilan keputusan mereka berpendapat bahwa pengambilan
keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan tentu mempunyai analisa dan
pertimbangan-pertimbangan berdasarkan dari laporan keuangan perusahaan.
Dengan demikian, dari pengertian tersebut
bahwa fungsi pembelanjaan perusahaan
adalah masalah yang utama perusahaan dalam usahanya untuk mencapai
sasaran/ tujuan yang diharapkan.
B. Sumber-Sumber
Pembelanjaan
Dengan diterimanya suatu keputusan
investasi, maka timbullah suatu masalah bagaimana caranya untuk mendapatkan
pembelanjaan yang paling menguntungkan mengingat para pemilik uang yang
mengharapkan beberapa hasil dari metode pemakaiannya.
Menurut James Van Horne (2000 : 15) dapat
dikatakan bahwa sumber pembelanjaan ditinjau dari sudut asalnya berdiri atas :
- Sumber intern (Internal Sources)
- Sumber eksteren (eksternal sources)
Dalam membedakan modal pinjaman
dan modal sendiri dapat diuraikan sebagai berikut :
- Modal pinjaman
Modal pinjaman yaitu modal yang di dapat dari pihak
ketiga yang berupa pinjaman. Atas modal ini perusahaan harus membayar balas jasa berupa
bunga.
a. Modal pinjaman
jangka panjang (short term debt), yaitu modal yang jangka waktunya kurang dari
satu tahun tingkat perputarannya.
a. Modal pinjaman
jangka menengah (intermediate term debt),
yaitu modal pinjaman yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun.
b. Modal pinjaman
jangka panjang (long term debt) yaitu
modal pinjaman yang mempunyai jangka waktunya lebih dari tiga tahun.
- Modal sendiri
Modal sendiri
yaitu modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan pengambil bagian dalam
perusahaan dan merupakan modal yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan,
dapat digolongkan modal ini dipergunakan selama perusahaan yang bersangkutan
berjalan.
Modal sendiri ini dapat terdiri dari :
a.
Modal yang berasal
dari pemilik perusahaan ditambah dengan modal yang berasal dari sekutu
komanditer.
b.
Saldo keuntungan
yang ditanam kembali dalam perusahaan. Saldo ini adalah bagian keuntungan yang
tidak diambil oleh pemilik perusahaan
atau dibagi kepada persero komanditer.
c.
Surplus modal dan
akumulasi penyusutan atau yang disebut sebagai cadangan modal. Modal terddiri
atas selisih nilai buku dan nilai pasar dari harta yang dimiliki perusahaan.
Sehubungan dengan uraian, maka
perbedaan keduanya menurut Bambang Riyanto, (2004 : 163) memberikan gambaran
tentang modal asing, sebagai berikut :
a. Modal yang
terutama memperlihatkan kepada kepentingan sendiri, yaitu kepentingan kreditur.
b. Modal pinjaman
yang tidak mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan perusahaan.
c. Modal dengan
beban bunga yang tetap tanpa memandang
adanya keuntungan atau kerugian.
d.
Modal yang hanya
sementara turut bekerja sama di dalam perusahaan.
e. Modal yang
dijamin, modal yang mempunyai hak didahulukan (hak preferent) sebelum modal
sendiri.
Sedangkan Bambang
Riyanto, (2004 : 173) memberikan gambaran tentang modal sendiri, sebagai
berikut :
a.
Modal terutama
tertarik dan berkepentingan terhadap kontinuitas, kelancaran dan keselamatan
perusahaan (berkesinambungan).
b.
Modal yang dengan
kekuasaannya dapat mempengaruhi politik perusahaan.
c. Modal yang
mempunyai hak atas laba sesudah pembayaran bunga kepada modal asing.
d. Modal yang
digunakan di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu.
e. Modal yang menjadi
jaminan, dan haknya adalah sesudah modal asing di dalam likuiditas.
Jadi dengan demikian, untuk mendapatkan
dana dari kreditur diperlukan hubungan yang baik dengan pihak yang
bersangkutan. Dalam hal ini, sangat perlu diperhatikan usaha untuk menjaga
hubungan yang telah selesai agar supaya jangan menjadi rusak bahkan harus ditingkatkan.
Di samping itu diperlukan usaha-usaha perluasan, perbaikan pengaturan
perusahaan dan peningkatan relasi/ langganan yang kesemuanya tujuannya untuk
lebih meningkatkan kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.
C. Pengertian Investasi
Keputusan untuk menanamkan dana dalam
suatu investasi bagi suatu perusahaan
atau investor dalam memainkan perannya haruslah dipertimbangkan dengan matang.
Kegagalan dalam menentukan jenis investasi akan menimbulkan kerugian yang besar
bagi perusahaan atau investor.
Lebih jelasnya mengenai pengertian
investasi akan diberikan gambaran oleh para ahli atau sarjana menyangkut teori
tentang investasi atau berinvestasi pada perusahaan..
James Van Horne (2002 : 76) mengemukakan
bahwa capital investment is current cash
outlay in the anticipation benefits to be in the future.
Sementara itu lebih jauh Abbas
Kartadinata (2003 : 42) menyatakan bahwa investasi adalah konversi uang pada
saat sekarang dengan perhitungan untuk memperoleh arus dana atau penghematan
atus dana di masa yang akan dating.
Kedua definisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa penanaman dana dalam suatu investasi bertujuan untuk
memperoleh manfaat yang menguntungkan di masa yang akan datang.
Dengan demikian,
suatu perusahaan penanamkan investasi dapat dibedakan atas investasi dalam
aktiva lancar dan investasi dalam aktiva tetap. Pada aktiva lancar, dan investasi yang ditanamkan pada persediaan,
piutang dan aktiva lancar lainnya.
Pengambilan keputusan yang
diharapkan dapat diterima dalam waktu singkat yaitu kurung atau sama dengan
satu tahun (satu periode), sedangkan dalam aktiva tetap, pengembaliannhya
diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau sesuai
dengan umur investasi.
Investasi dalam aktiva tetap
meliputi tanah, bangunan, mesin-mesin/ peralatan, inventaris dan gedung. Oleh
beberapa ilmuawan diberikan pengertian mengenai investasi tetap itu sendiri, oleh
Bambang Riyanto (2004 : 10) menyatakan bahwa aktiva tetap ialah aktiva yang
tahan lama yang tidak atau yang secara berangsur-angsur habis turut dalam
proses produksi.
Berbicara terhadap aktiva
tetap artinya aktiva yang cukup lama dipergunakan dalam hal berangsur-angsur
dapat diartikan sebagai harta dipergunakan dalam jangka waktu cukup lama atau
mempunyai jangka waktu satu tahun sampai dengan lima tahun.
Jadi aktiva adalah aktiva yang
sifatnya relatif tetap atau tahan lama (yang tidak atau secara berangsur-angsur
habis turut serta dalam proses produksi) dan mengalami proses produksi jangka
waktu lama.
Bambang Riyanto (2004 : 10) menyatakan
bahwa aktiva tetap ialah aktiva yang tahan lama yang tidak atau yang secara
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.
Jadi aktiva adalah aktiva yang
sifatnya relatif tetap, tahan lama (yang tidak atau secara berangsur-angsur
habis turut serta dalam proses produksi) dan mengalami prose perputaran dalam
jangka waktu yang lama. Untuk memberikan pengertian yang lebih detail mengenai
investasi dalam aktiva tetap, menurut M. Manullang (2003 : 110) menyatakan
bahwa investasi dalam bentuk aktiva tetap adalah penanaman modal dalam aktiva
dengan harapan perusahaan dapat menghasilkan keuntungan melalui operasinya.
Berdasarkan dari beberapa definisi
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa para investor yang menanamkan
investasinya dalam aktiva tetap merupakan pengorbanan sejumlah kas pada waktu
sekarang untuk memperoleh penghasilan di masa yang akan datang. Oleh karena
itu, dapatlah pula dikatakan bahwa dengan pertimbangan di atas, perlu diadakan
suatu penilaian atau rangking atas usul investasi, agar dapat diambil suatu
keputusan apakah investasi yang akan dikelola itu menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
Agar dapat merealisasikan makusud
tersebut, maka dapat digunakan alat evaluasi, yaitu Capital Budgeting Analysis. Untuk menggunakan alat analisis ini
berbagai informasi diperlukan antara lain :
- Besarnya pendapatan yang diharapkan akan diperoleh atau
diterima pada setiap periode atau tahun.
- Umur ekonomis (economic
life ) proyek.
- Besarnya capital budgeting.
Sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, bahwa perusahaan mengadakan investasi dalam bentuk aktiva tetap
adalah dengan harapan bahwa perusahaan tersebut, seperti halnya pada investasi
dalam aktiva lancar. Letak perbedaan antara investasi aktiva tetap dan
investasi lancar, hanya terletak pada jangka waktu dan cara pengembalian dana
yang diinvestasikan dalam kedua golongan aktiva tersebut.
Untuk mengembalikan dana yang diinvestasikan
pada waktu dan jumlah sebagaimana yang diharapkan oleh perusahaan, maka
tentunya dibutuhkan suatu perencanaan perhitungan tentang dana yang harus di
keluarkan guna keperluan investasi tersebut, maka dalam hal ini diperlukan Capital Budgeting.
Bambang Riyanto (2004 : 112) memberikan
gambaran umum tentang capital budgeting
menyatakan bahwa keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan
mengenai pengeluaran dan dimana jangka waktu pengembalian dana tersebut melebihi
waktu satu tahun.
Selanjutnya Matz dan Uzry (2003 : 37)
menyatakan bahwa anggaran pengeluaran aktiva modal (Capital Expenditures Budget) merupakan komitmen jangka panjang dari
sumber-sumber dana untuk merealisir keuntungan-keuntungan di masa akan datang.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa capital budgeting merupakan alat analisis yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi dan sebagai dasar pemilihan atau seleksi
dalam menentukan apakah investasi yang dilaksanakan itu menguntungkan atau
tidak.
Dengan dasar inilah untuk melihat
kegunaan dan fungsi dari capital bugteing mempunyai peranan penting dalam
memainkan peranannya capital budgeting, yaitu :
1. Pengeluaran dana
untuk keperluan investasi biasanya melibatkan jumlah dana yang sangat besar.
Dengan jumlah dana yang sangat besar itu mungkin tidak dapat diperoleh dalam
jangka waktu yang pendek atau mungkin tidak dapat diperoleh secara sekaligus,
oleh karena itu harus disusun terlebih dahulu rencana yang teliti dan
dipertimbangkan dengan matang.
2. Dana yang
dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang. Ini berarti bahwa
perusahaan harus selalu menunggu selama waktu yang panjang atau lama, sampai ke
seluruhan dana yang tertanam dapat diperoleh kembali oleh perusahaan dan ini
akan terpengaruh bagian penyediaan dan untuk keperluan-keperluan lain.
3. Kesalahan dalam
pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana tersebut akan mempunyai akibat
yang panjang dan berat, oleh karena itu apabila terjadi kesalahan dalam
pengambilan keputusan di bidang ini, maka tidak dapat diperbaiki tanpa suatu
pengorbanan atau kerugian.
4. Investasi dalam
aktiva tetap menyangkut harapan untuk memperoleh pendapatan penjualan di masa
yang akan datang. Oleh karena mengakibatkan kesalahan dalam mengadakan ramalan
akan dapat mengakibatkan adanya over atau under investmen dalam aktiva tetap.
Apabila investasi dalam aktiva tetap melebihi dari pada diperlukan maka akan
memberikan beban yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya, apabila jumlah investasi
dalam aktiva tetap terlalu kecil, maka akan dapat mengakibatkan perusahaan
beroperasi yang tinggi, sehingga akan mengurangi daya saingnya atau kemungkinan
besar hilangnya sebagian pasar (konsumen akan lari untuk mencari produk yang
harganya agak murah).
Pertimbangan-pertimbangan dalam
pengambilan keputusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa capital budgeting merupakan dasar dalam pemilihan yang dapat
memberikan informasi kepada pihak yang berwenang, dalam hal ini pihak pengambil
keputusan untuk dilaksanakan atau ditolaknya suatu rencana investasi atas suatu
proyek dapat menanam modal pada perusahaan.
D.
Kriteria Penilaian
Investasi
Abdul
Choliq (2004 : 33) dalam penilaian criteria investasi yang biasa digunakan
dalam evaluasi proyek penanaman investasi jangka panjang, antara lain :
1. Pengertian Net
Present Value
Net Present Value Method merupakan salah
satu metode penilaian investasi dengan memperhatikan time value of money. Pengertian time
value of money dapat diamati melalui uraian dari Charles T Horngren (1999 :
379), menyatakan bahwa A Dollar in the
hand to day is worth more than a dollar to be received (or spent) five years
today.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa sejumlah uang yang kita miliki sekarang
nilainya lebih rendah dari jumlah uang yang sama, yang akan dating kita terima
di masa yang akan dating.
Untuk
dapat menyamakan nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima di masa
yang akan dating maka diperlukan suatu rate of return tertentu. Hal ini
dijelaskan oleh Charles T Horngren (1999 : 382) menyatakan bahwa sehubungan
dengan penilaian investasi dengan menggunakan Metode Net Value, maka proceeds atau
cash flow diskontokan atas dasar biaya modal atau rate of return yang diinginkan. Sebelum menguraikan lebih lanjt
tenyang Methode Present Value, maka
perlu juga dikemukakan tentang pengertian biaya modal pada perusahaan.
Biaya
modal atau cost of capital adalah
biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan karena adanya penggunaan
modal. Karena sumber modal perusahaan yang permanent, maka dapat dibagi aatas
modal dan modal pinjaman, maka cost of
capitalnya diperhitungkan dari masing-masing sumber dana untuk kemudian
ditentukan biaya modal rata-rata (Average
Cost of Captal). Jika kita menghubungkan
antara cost of capital dengan
metode-metode penilaian investasi, yaitu Net
Present Value, maka cost of capital berfungsi sebagai discount rate yang
digunakan untuk menghitung nilai sekarang
Apabila
nilai sekarang dari proceeds atas dasar discount rate tersebut (yaitu sebesar cost of capital) lebih besar dari pada
nilai sekarang dari pengeluaran investasinya sehingga nilai sekarang netto atas
net present valuenya positif, maka usul investasi tersebut diterima.
Menurut
Charles T Horngren (1999 : 382) dengan formula, sebagai berikut :
n At
NPV =
Σ - Io
t
= 0 (1
+ k)t
di
mana :
NPV = Net Present Value
k = Discount rate
At = Net Cash Flow pada periode t
n = Periode yang
terakhir
t = Periode yang
diperhitungkan.
Dalam
periode ini yang pertama-tama harus dihitung adalah nilai sekarang dari
pendapatan yang diharapkan atas dasar discount rate tertentu dan kemudian
jumlah present value dari pengeluaran modal (capital outlays) atau nilai
initial investment yang juga dinamakan nilai tunai bersih.
Bilaman
jumlah dari keseluruhan pendapatan yang diharapkan lebih besar dari pada
present value investasinya, maka hasil investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya
bilamana jumlah present value dari seluruh pendapatan lebih kecil dari present
value dari investasinya, ini berarti bahwa net present valuenya negatif, maka
usul investasinya tersebut ditolak.
2. Pengertian
Internal Rate of Return
Metode
lain yang dapat dipakai dalam menilai usul dari suatu investasi adalah “Internal Rate of Return” metode ini
menghitung rate of return yang akan menyamakan nilai sekarang dari suatu
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang
akan dating. Jika rate of return
adalah lebih besar dari pada cost of
capital yang diperhitungkan, maka investasi dikatakan layak untuk
menguntungkan.
Selanujtnya,
Abbas Kartadinata (2003 : 112) menyatakan bahwa internal rate of return sebagai berikut, tingkay diskonto yang akan
menyamakan nilai tunai arus dana di masa yang akan datang dari suatu proyek
dengan jumlah investasi semula.
Sedangkan
Charles T Horngren (1999 : 379) menyatakan bahwa metode internal rate of return ini didasarkan atas usaha untuk mendapatkan
suatu rate of return yang dapat menjadikan present
value dari proceeds sama besarnya
dengan net present value dari outlays.
Dengan
kata lain bahwa, bilamana kita menggunakan metode internal rate of return, maka fungsi cost of capital sama dengan cut
– off rate dalam hal kita mengadakan
evaluasi terhadap usul-usul investasi. Untuk mencari internal rate of return dapat dilakukan melalui trial and error system coba-coba.
Selanjutnya,
untuk mencari atau mendapatkan discount
rate, diraci dengan jalan rate secara random untuk menghitung net present
value. Bilamana net present value yang diperoleh adalah positif, maka langkah
selanjutnya adalah memilih kembali rate yang lebih tinggi sampai mendapatkan
net present value yang negative.
3. Profitability
Ratio (PR)
Menurut
Abdul Haliq (2004 : 41) profitability ratio adalah untuk menghitung perbandingan
present value dari net benefit (PV
benefit di luar investasi) dengan present value dari investasi (PV
investasi) atau secara jelas formulasinya dapat dilihat sebagai berikut :
PV Net
benefit
Profitability ratio =
PV
Investasi
Keterangan :
- PV net benefit
= Present Value dari Net Benefit
-
PV investasi = Present value dari investasi
E. Pengertian Cash
Flow
Pada dasarnya setiap penanaman
investasi mengandung dua macam aliran kas. Bambang Riyanto (2004 : 114) mengemukakan
bahwa aliran kas terdiri dari :
1. Aliran kas keluar
netto (net out flow cash) yaitu yang
diperlukan untuk investasi baru, dan
2. Aliran kas masuk
netto tahunan (net annual in flow of cash) yaitu sebagai hasil dari investasi
baru tersebut, yang sering pula disebut “net
cash proceeds” atau cukup dengan istilah proceeds”
Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa
yang dianggap sebagai aliran keluar kas adalah sejumlah dana yang dikeluarkan
untuk keperluan investasi, sedangkan aliran kas masuk netto tahunan adalah
hasil dari investasi yang ditanamkan tersebut.
Perbedaan definisi antara cash flow atau
proceeds dengan laba yang dilaporkan dari laporan keuangan yang telah dibuat
perusahaan. Laporan keuangan akan
menunjukkan data tentang laba yang belum tentu menunjukkan kas perusahaan,
karena ada pos yang dianggap pengeluaran menurut laporan rugi laba, sementara
itu konsep cash flow mwnganggap bukan pengeluaran. Pos yang dianggap
pengeluaran menurut laporan rugi laba adalah depresiasi. Oleh karena itu pada
konsep cash flow dapatlah dihitung dengan menggunakan rumus menurut Suad Husnan
dan Suwarsono (2004 : 241), sebagai berikut :
1. Kas masuk kotor =
laba setelah pajak + penyusutan, kalau
kita menganggap bahwa proyek tersebut dibelanjai dengan modal mandiri
sluruhnya.
2. Kas masuk bersih Charles
T Horngren (1999 : 382)= laba setelah pajak + penyusutan + bunga ( I – tax),
kalau proyek tersebut dibelanjai sebagian dengan modal pinjaman.
F Pengertian Payback
Periods
Menurut Abdul Choliq dkk (2004 : 59)
payback periods dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang
telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang
telah direncanakan.
Semakin cepat waktu pengembalian, semakin
baik untuk diusahakan resiko yang mungkin terjadi. Akan tetapi payback periods
ini telah mengabaikan nilai uang pada saat sekarang ini (present value).
Kelemahan-kelemahan lain dari payback
periods ini, sebagai berikut :
1. Payback periods
digunakan untuk mengukur kecapatan kemblinya dana, dan tidak mengukur
keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.
2. Payback periods
mengabaikan benefit yang diperoleh sesudah dana investasi itu kembali.
Perangkat untuk mengukur payback periods
diantaranya, dapat dibagi menjadi :
- Dengan net benefit kumulatif
- Dengan menggunakan net benefit rata-rata tiap tahun.
Untuk selanjutnya, dalam menghitung
jangka waktu pengembalian investasi, maka digunakan peralatan analisis net benefit
dengan formula sebagai berikut :
Investasi
Payback periods =
Net
benefit rata-rata tiap tahun
Sedangkan menurut
Bambang Riyanto (2004 : 124) memberikan definisi payback period menyatakan
bahwa payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net
cash flows).
Selanjutnua menurut Djarwanto Ps (2003 :
51) menyatakan bahwa payback period dapat didefinisikan sebagai berikut, payback period adalah lamanya waktu yang
diperlukan untuk menutup kembali original cash
outlay. Pada umumnya dikatakan lebih pendek jangka waktunya adalah lebih
baik.
Berdasarkan
uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback
periode period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan
agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali
seluruhnya. Apabila proceeds setiap tahunnya sama jumlahnya, maka payback dari
suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan
proceeds tahunan.
Selanjutnya, apabila kita harus memilih
salah satu dari beberapa usul investasi atas dasar metode payback periode ini,
maka kita akan memilih usul investasi yang mempunyai payback period yang lebih
pendek. Apabila proceeds sesuatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke
tahun, dengan sendirinya cara perhitungan di atas tidak memungkinkan. Oleh
karena itu perlu menghitung proceeds tahun per tahun, sehingga keseluruhan investasi dapat diperoleh kembali
DAFTAR PUSTAKA
Choliq, Abdul, Rivai Wirasasita, 2004, Evaluasi Proyek, Suatu Pengantar, Cetakan Ke Empat, Cetakan kedua,
Bandung.
Djarwanto, 2003, Pokok-Pokok
Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Jakarta.
Horngren,
Charles T, 1999, Cost Accounting A
Managerial Emphasis, Fourth Edition, New Delhi
Prentice-Hall of India .
Husnan,
Suad, 2004, Analisa Ratio Keuangan,
Edisi Kelima, Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia ,
Jakarta .
Kartinata,
Abbas, 2003, Analisa Belanja, Edisi
Ketujuh, PT Bina Aksara, Jakarta .
Manullang,
M, 2003, Pokok-Pokok Pembelanjaan,
Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Liberty ,
Jakarta
Matz,
Adolp and Usry, 2003, Cost Accounting,
Planning, and Control, Terjemahan Taufik Salim dkk, Edisi Ke Tujuh, Jilid
Dua, Erlangga, Jakarta .
Riyanto,
Bambang, 2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Ketujuh, Cetakan Kedelapan, Fakultas Ekonomi Gajah Mada, Yogyakarta .
Van
Horne, James C. 2000, Manajemen dan
Kebijakan Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuh, Penerbit Intermedia, Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar