Perkembangan Industri jasa angkutan
udara di Indonesia
meningkat dengan sangat pesat, hal ini mengakibatkan persaingan antar perusahaan penyedia jasa
angkutan udara dalam menjual produknyapun semakin ketat. Produk utama Airline
adalah berupa jasa transportasi udara dari suatu kota
keberangkatan ke kota
kedatangan dalam periode tertentu. Produk Airline juga dibagi menjadi dua yaitu
pertama adalah jasa transportasi penumpang. ruang lingkup jenis produk ini
berkaitan dengan proses pemindahan penumpang berikut bagasi atau barang
bawaannya dari suatu kota keberangkatan ke kota tujuan. Jenis produk
Airline yang kedua yaitu jasa transportasi barang. Selanjutnya dalam tulisan
ini, penulis akan membahas khususnya pada produk pertama Airline yaitu jasa
transportasi penumpang.
Secara umum tujuan perusahaan adalah
mendapatkan sejumlah laba demi mempertahankan kelanjutan usahanya untuk
pengembangan dan pertumbuhannya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka semua
kegiatan yang berlangsung dalam perusahaan serta fungsi yang ada haruslah
berjalan secara baik dan terkontrol, promosi merupakan salah satu fungsi yang
turut menentukan keberhasilan perusahaan dalam mengahadapi situasi persaingan
yang semakin tajam dalam dunia usaha dewasa ini dan semua itu erat kaitannya
dengan biaya promosi (promotion fee)
itu sendiri.
Perusahaan baik yang bergerak dalam industri
barang maupun jasa, dalam melakukan pencapaian laba yang optimal, tentunya
terlebih dahulu harus mampu merebut pangsa pasar (market share) lebih besar dan ini hanya mungkin tercapai bila
perusahaan cukup jeli melihat kebutuhan dan keinginan (needs and wants) dari calon konsumen, selain jangkauan tingkat
ekonomi masyarakat yang juga perlu diperhatikan.
Untuk
mencapai maksud dan tujuan dari perusahaan tersebut, dibutuhkan beberapa
strategi pemasaran dalam menunjang pencapaian tersebut diantaranya strategi marketing mix yang salah satu dari
unsurnya adalah promosi penjualan, promosi penjualan sebagai suatu strategi dalam
memasarkan jasa-jasa yang akan ditawarkan atau dijual. Karena adanya strategi
ini akan membawa pengaruh yang sangat besar dalam penjualan di masa yang akan
datang. Tanpa promosi, tentu akan berakibat semakin kecil volume penjualan yang
dapat dicapai perusahaan bersangkutan. Promosi sebagai bagian dari kegiatan
pemasaran merupakan salah satu aspek yang dapat menunjang keberhasilan
perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan juga mendapatkan pangsa pasar.
Tahun
2008 telah dicanangkan pemerintah sebagai tahun kunjungan wisata. Pariwisata
sebagai suatu industri sangat luas cakupannya. Terdapat beberapa sektor-sektor
yang terkait dengan kegiatan pariwisata sebagai suatu industri. Salah satu yang
paling penting adalah jasa transportasi udara.
Perusahaan penerbangan yang bergerak
dalam bidang pemasaran jasa transportasi udara, menggunakan promosi guna
meningkatkan penjualan setiap waktunya. Jenis promosi yang digunakan perusahaan
adalah periklanan melalui media elektronik, media cetak dan promosi secara
langsung yang tentunya didukung dengan adanya pengeluaran yang diukur secara
terus menerus dalam uang atau potensial oleh perusahaan, mencakup biaya tenaga
kerja yang mempromosikan secara langsung, biaya publikasi, biaya transportasi
dan biaya iklan dengan tujuan memaksimalkan kegiatan produksi itu sendiri dalam
meningkatkan nilai penjualan pada perusahaan.
Kegagalan
suatu perusahaan untuk memasarkan produknya seringkali disebabkan oleh
kurangnya perhatian perusahaan terhadap biaya promosi (promotion fee) yang mendukung kelancaran dan kualitas kegiatan
promosi itu sendiri, sehingga menyebabkan kurangnya masyarakat yang mengenal
produk tersebut. Perlu disadari bahwa perusahaan tidak hanya dihadapkan pada
penciptaan dan penjualan produk saja melainkan juga harus memperkenalkan dan
memasyarakatkan produknya kepada calon konsumen.
Dengan mengeluarkan sejumlah biaya
promosi (promotion fee) pada produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan (needs and wants) para calon penumpang maka diharapkan dapat memberikan pengaruh positif
bagi perusahaan sehubungan dengan arus pergerakan penumpang (traffic movement report).
A.
Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
1. Pemasaran
Dalam
memberikan pengertian pemasaran, banyak di antara para ahli ekonomi yang
memberikan pendapat yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian
pemasaran, maka berikut penulis memaparkan pengertian pemasaran dari kutipan
buku.
Menurut
Indriyo Gitusodarmo dalam buku manajemen pemasaran (2000;1) mengemukakan
pengertian pemasaran sebagai suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang
dipasarkan itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar. Sedangkan menurut
Chandra Gregorius yang berpendapat lain mengenai pemasaran dalam buku strategi
dan program pemasaran (2001 ; 1) bahwa pemasaran adalah proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran barang dan jasa yang
bernilai satu sama lain.
Selanjutnya menurut Marius P. Angipora
dalam buku dasar-dasar pemasaran (2002;5) berpendapat lain mengenai pemasaran.
Menurutnya pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan suatu
proses integral yang menyeluruh dan bukan gabungan aneka fungsi dan pranata
yang terurai.
Dunia pemasaran yang pada awalnya
hanya dikenal bagi dunia usaha dan peranannya yang sederhana bagi suatu
perusahaan yang mencari keuntungan pada akhirnya telah merasuk dalam kehidupan
kita sehari-hari baik sebagai individu, kelompok organisasi non laba maupun
organisasi laba bahkan Negara.
Berdasarkan defenisi tersebut,
disimpulkan bahwa semua kegiatan pemasaran ditujukan agar produknya dapat
diterima dan kemudian disenangi oleh pasar. Tidak semua produk dapat diterima
oleh pasar, banyak produk yang tidak laku dijual. Agar supaya suatu produk
dapat diterima oleh pasar haruslah dilakukan berbagai kegiatan, tanpa
kegiatan-kegiatan tertentu produk tidak dapat diterima oleh pasar. Sebelum
produk itu dapat diterima terlebih dahulu harus ada upaya agar produk tersebut
dapat dikenal pasar terutama yang menjadi segmen. Kegiatan untuk membuat agar
suatu produk itu dapat dikenal saja tidaklah mudah. Banyak produk dipasarkan
pada saat ini yang kita sendiripun tidak ketahui atau belum pernah mengenalnya.
Keadaan ini merupakan bukti bahwa kegiatan pemasarannya kurang baik.
Kegiatan yang dilakukan untuk memasarkan
produk merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha setelah produk itu
selesai diproduksi atau siap dijual. Hal ini tidaklah demikian karena kegiatan untuk
membuat agar produk itu dapat diterima, sebenarnya haruslah direncanakan
sebelumnya sehingga produk itu betul-betul dapat sesuai dengan kebutuhan serta
keinginan pasar. Apabila produk itu tidak cocok dengan kebutuhan atau selera
pasar maka produk tersebut tidak akan dapat diterima oleh pasar. Agar kegiatan
pemasaran dapat berjalan sesuai tujuannya maka diperlukan adanya kegiatan
manajerial, karena kegiatan pemasaran yang direncanakan dengan baik,
diorganisasikan, dikoordinasikan, serta diawasi akan membuahkan hasil yang
memuaskan. Selain itu, pemasaran juga dapat diartikan sebagai proses
perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi
gagasan, barang dan jasa dalam rangka memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Dari beberapa defenisi defenisi yang
telah dikemukakan, dapat dijelaskan bahwa arti pemasaran adalah jauh lebih luas
daripada penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dinilai dengan
mengidentisir kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang
hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara-
promosi dan penyaluran/penjualan produk tersebut. Jadi kegiatan pemasaran
adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem.
Dengan memperhatikan beberapa
defenisi pemasaran di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan pemasaran mengandung arti yang cukup luas, yaitu mencakup segala
aktifitas yang berhubungan dengan pelaksanaan yang mengumpulkan dan menyalurkan
barang-barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen.
2. Manajemen
Pemasaran
Adapun
pengertian manajemen pemasaran menurut Philip Khotler dalam bukunya Marketing
(2001:11) manajemen pemasaran merupakan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan program-program yang dirancang untuk menciptakan, membuat dan
menangani pertukaran yang menguntungkan dengan para pembeli, dengan maksud agar
meraih tujuan perusahaan, seperti keuntungan, laju penjualan, dan sebagainya.
Selain
itu, Oka A. Yuti dalam bukunya Tour and
Travel Marketing (2006;19) mengungkapkan bahwa pemasaran dapat dilihat
sebagai alat (tool) manajemen yang
diharapkan dapat membantu agar perusahaan mampu tumbuh dan berkembang secara
profesional. Pada dasarnya pemasaran sangat erat kaitannya dengan kegiatan
dalam memindahkan barang dan jasa (goods
and services), dari produsen yang mengasilkannya ke tangan konsumen yang
membutuhkannya, menguntungkan dalam persaingan yang wajar.
Sehubungan dengan hal ini
maka Sofyan Assauri, dalam bukunya Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan
Analisis (2001 : 17) mengemukakan bahwa dengan mengkaji manajemen pemasaran
tersebut, perusahaan dapat mengetahui diagnosa tentang siap dan apa serta
bagaimana kebenaran mengenai pemakaian suatu produk. Beberapa
definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut
1.
Manajemen pemasaran bagaimana produk itu
memberikan tingkat kepuasan konsumen
2.
Dapat sesuaikan dengan selera konsumen,
dengan merasa puas terhadap hasil produk
3.
Mutu dan kualitas dijamin yang diprioritaskan
produk barang
4.
Bagaimana memberikan konsumen adalah tetap
menjadi pilihan tetap para konsumen.
5.
Diagnosa tentang siap dan kebenaran mengenai
pemakaian produk
Hasil pengkajian tentang perilaku konsumen tersebut digunakan oleh
perusahaan untuk menentukan perlu tidaknya perusahaan merubah strategi
pemasaran produknya. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa aspek perilaku
konsumen perlu mendapatkan perhatian dari manajemen perusahaan, saat mana
perusahaan yang bersangkutan merencanakan untuk mempertahankan posisinya di
pasar. Meskipun terdapat banyak faktor yang memungkinkan suatu perusahaan untuk
mempertahankan posisinya dipasar,namun masalah perilaku konsumen ini perlu
mendapatkan perhatian yang cukup serius, khususnya bagi barang-barang industri
yang pangsa pasarnya berada pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan
relatif tinggi. Secara lebih konkret dapat dikemukakan bahwa unsur manajemen
yang dijalankan bagian pemasaran barang, pada dasarnya mencerminkan tanggapan
atau respon mereka terhadap berbagai rangsangan pemasaran. Tanggapan atau
respon tersebut terutama terlihat melalui berbagai bentuk pewadahan produk,
harga, daya tank advertensi dan unsur lainnya yang berdampak secara psikologi
bagi konsumen.
Mengenai perlunya perusahaan menelaah mengenai periku konsumen tersebut,
maka perlu adanya perincian mengenai dimensi penting dari unsur prilaku
konsumen. Sehubungan dengan konteks ini, maka Yanti B. Sugarda dalam bukunya
Kerangka Strategi Perusahaan (2001: 119) membedakan adanya tiga dimensi
perilaku konsumen dalam konteks pembelian suatu produk perusahaan, dimana
dimensi-dimensi yaitu pikiran, perasaan dan perbuatan untuk memenuhi permintaan
konsumen.
Komponen cognitive merupakan elemen rasional yang dipergunakan dalam proses
penelaahan secara mental mengenai adanya perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
barang. Komponen efective merupakan elemen emosional serta adanya unsur
perasaan yang secara alamiah berada pada setiap individu yang akan mengkonsumsi
barang. Komponen conative merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan atau perbuatan sehingga konsumen akan melakukan pembelian terhadap
produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar.
Menurut Sofjan Assauri (2004 : 12) Manajemen Pemasaran merupakan kegiatan
penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program - program
yang dibuat untuk membentuk, membangun dan memelihara, keuntungan dari
pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan perusahaan dalam jangka
panjang.
Sedangkan Mahmud Machfoedz (2005 : 11) Manajemen Pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dipolakan untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran manfaat dengan pembeli
dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan.
Definisi lain dikemukakan oleh Buchari Alma dalam Philip Kotler (2004 : 86)
Manajemen Pemasaran adalah kegiatan menganalisa, mengawasi segala kegiatan,
guna mencapai tingkat pemasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Seperti yang dikatakan Buchari Alma dalam Ben M. Enis (2000 : 86)
Manajemen Pemasaran proses untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau perusahaan.
Apabila seseorang atau perusahaan, ingin memperbaiki pemasarannya, maka
harus melakukan kegiatan pemasaran sebaik mungkin. Untuk keberhasilan kegiatan manajemen
pemasaran pada perusahaan, maka diperlukan masukan misalnya berasal dari
informasi kegiatan yang berjalan dilapangan.
B.
Pengertian Biaya (fee) dan Promosi (promotion)
1. Pengertian Biaya (fee)
Biaya
merupakan bagian terbesar dari pengorbanan-pengorbanan perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Karenanya diupayakan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya atau menekan biaya seefisien mungkin untuk menghindari
pemborosan yang dapat merugikan perusahaan. Dalam suatu perusahaan, biaya
merupakan pengeluaran suatu aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam
rangka kegiatan operasional perusahaan. Memberikan pengertian yang lebih jelas
tentang biaya, maka berikut ini akan diberikan beberapa pendapat.
Abas
Kartadinata (2000 ; 124) dalam buku Akuntansi dan Analisa Biaya, menyatakan
bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang yang dikeluarkan
untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan
defenisi di atas maka dapat diasumsikan bahwa biaya merupakan
pengorbanan-pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang untuk
memperoleh barang atau jasa agar tercapai tujuan tertentu. Biaya sangat perlu
dipertimbangkan oleh para manajer dalam mengelola perusahaan. Karena biaya
merupakan sumber informasi bagi pengelola perusahaan.
2. Promosi (promotion)
Oka
A. Yuti dalam buku Tour and Travel
Service (2006 ; 34) menulis bahwa promosi (promotion) adalah suatu proses bagaimana suatu perusahaan
menyampaikan informasi kepada target pasar tentang hal-hal yang menyangkut
produk, harga, tempat di mana produk dijual dengan melakukan persuasif supaya
target pasar mau melakukan pembelian.
Promosi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti pemasangan iklan (advertising),
promosi penjualan (sales promotion),
melakukan persuasif melalui personal
selling dan dibantu dengan Public
Relation, sehingga promosi yang dilakukan dapat menjadi efektif. Suatu promosi dikatakan baik kalau komunikasi
dilakukan secara baik pula. Artinya informasi yang disampaikan hendaknya
sejalan dengan kualitas produk yang ditawarkan.
C. Pengertian Biaya Promosi (Promotion Fee)
Menurut Sutoyo Siswanto dalam buku Kerangka Dasar
Manajemen Pemasaran (2001 ; 181) biaya
promosi adalah pengeluaran dalam satuan uang dan potensial dalam rangka
kegiatan memperkenalkan produk, meyakinkan dan mengingatkan kembali manfaat
produk kepada pembeli dengan sasaran dan harapan agar mereka tergerak hatinya
dan secara sukarela membeli produk.
Biaya promosi dalam hal
biaya yang dikeluarkan untuk memperkenalkan barang dagangan dari produsen ke
konsumen, maka salah satu faktor yang penting adalah penatapan biaya promosi,
akan tetapi sebelum ditetapkan biaya yang akan dikeluarkan terlebih dahulu
berapa besarnya biaya promosi dalam memasarkan barang. Biaya promosi menurut
Philip Kotler, dalam bukunya Manajemen Pemasaran, (2002 : 28), menyatakan bahwa
biaya promosi sebagai alat yang digunakan untuk sarana penghubung terjadinya
transaksi jual beli barang dan jasa. Biaya promosi merupakan salah satu
alternatif bagi perusahaan bagaimana untuk memperlancar barang dan jasa hasil
produk, karena bermunculan produk yang sama, peranan biaya promosi dalam
memerangi saingan dan tantangan perlu diatasi serta harus dilewati, kecermatan
dan kelihaian pengelola perusahaan ditentukan oleh keunggulan menghadapi
pesaing muncul dengan sendirinya.
Bilamana terjadi suatu
kesalahan dalam pemlihan dalam penetapan biaya promosi akan memberikan pengaruh
yang dapat memperlambat atau menghambat usaha penyaluran barang dan jasa.
Produk yang sudah memenuhi Standar Industri Indonesia (Sll) dan sudah memenuhi
selera konsumen namun jika ternyata harga tinggi dibandingkan dengan produk
perusahaan lain, maka produk tidak mempunyai kemampuan dan inisiatif atau
kurang bertanggung jawab, maka usaha penyaluran akan mengalami hamabatan.
Secara umum biaya promosi
oleh Sofyan Assauri dalam bukunya manajemen pemasaran, dasar konsep dan
strategi (2001 : 112) dapat dibedakan dalam beberapa macam rangkaiannya,
sebagai berikut:
1. Biaya promosi, ialah
sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperkenalkan produk barang dan jasa,
sehingga barang yang belum dinelkan oleh masyarakat umum dapat diketahui karena
perusahaan telah mengeluarkan biaya hanya dalam bentuk jasa pada salah satu
media penerbit untuk dipromosikan.
2. Promosi dalam istilah
memunculkan barang yang belum populer di masyarakat umum agar dapat diketahui
khayalak ramai dan dapat dipengaruhi oleh konsumen atau pengecer secara
langsung untuk melakukan penjualan kepada konsumen. Adapun beberapa kriteria
produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga secara langsung melayani
konsumen, mempunyai pengaruh kepada masyarakat, bekepribadian tinggi, dikenal
oleh masyarakat.
3. Banyaknya produk yang
belum dikenal oleh masyarakat, yang berarti bahwa hasil produk barang biasanya
langsung ke konsumen untuk memperlancar arus barang pada pasar tradisional.
Produsen disini hanya berhubungan kepada pedagang besar (pengusaha besar) tidak
melayani pengecer dan penjual. Produsen disini khususnya melayani dalam partai
besar tanpa menghiraukan pengecer dan penjual.
4. Berfungsinya promosi dalam
meningkatklan arus barang produsen ke agen ke pengecer ke konsumen, dalam
melaksanakan saluran distribusi produsen memilih agen (agen penjualan atau
pabrik) sebagai penyalurannya. Produsen menjalankan kegiatan perdagangannya
besar dalam saluran distribusi yang ada dan sasaran penjualannya terutama
diajukan kepada pengecer.
5.
Biaya promosi telah diperhitungkan untuk
mencapai tujuan, maka produsen ke agen ke pedagangan besar ke pengecer ke
konsumen, yang berarti saluran distribusi ini berfungsi untuk saling
menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang
besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil agen yang terlihat dalam
saluran distribusi ini terutama agen penjualan.
Definisi di atas menitikberatkan
pada pentingnya biaya dalam mendukung kegiatan promosi produk untuk dikenal
oleh konsumen atau pembeli, juga manfaat dari produk sehingga pembeli meyakini
akan keunggulan produk yang ditawarkan yang nantinya diharapkan setelah
membeli, konsumen secara sukarela kembali membeli produk yang telah
dikenalinya.
Tujuan promotion fee adalah agar dapat memperkenalkan
produk, mempromosikan secara langsung, publikasi dan iklan dengan baik, benar
dan lancar dengan didukung oleh biaya yang memadai agar meyakinkan dan
mengingatkan kembali manfaat produk kepada calon pembeli dengan sasaran dan
harapan agar mereka tergerak hatinya dan secara sukarela membeli produk.
Adapun
menurut Sofyan Assauri dalam bukunya manajemen
pemasaran, dasar konsep dan strategi (2001 : 112) alat-alat yang dapat
digunakan untuk mempromosikan suatu produk yang tidak lepas dari peranan biaya
promosi, dapat dipilih beberapa cara yaitu:
- Iklan atau publikas
Advertensi
merupakan alat utama bagi perusahaan untuk mempengaruhi konsumennya. Advertensi
ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat
kabar, radio, majalah, bioskop, televisi ataupun dalam bentuk poster-poster
yang dipasang di pinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis. Dengan
membaca atau melihat advertensi itu diharapkan para konsumen atau calon
konsumen akan terpengaruh lalu tertarik untuk membeli produk yang di
advertensikan tersebut.
Oleh
karena itu, advertensi ini haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga menarik
perhatian para pembaca. Pemilihan media atau massa
media yang akan dipergunakan dalam periklanan haruslah sesuai dengan kebiasaan
para konsumen, misalnya dengan memasang iklan di surat kabar ataupun majalh yang menjadi
langganannya. Masing-masing media memiliki penggemar atau pelanggan
sendiri-sendiri. Ada
majalah-majalah khusus yang digemari oleh kalangan tertentu (eksklusif) dan ada
majalah yang hanya digemari oleh para remaja, bahkan ada majalah khusus yang
banyak dibaca oleh para petani di pedesaan misalnya. Oleh karena itu maka dalam
memilih media iklan ini haruslah diperhatikan target audiensi atau sasaran
pasar yang akan dituju.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi
penjualan adalah kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkannya
sedemikian rupa sehingga konsumen akan mudah melihatnya dan bahkan dengan cara
penempatan dan pengaturan tertentu maka produk tersebut akan menarik perhatian
konsumen. Dalam sebuah toko sepeda yang menggantungkan sepeda yang dijualnya
tinggi, diharapkan akan menarik perhatian para calon pembelinya. Cara lain agar
dapat dilihat dengan memasang produk tersebut di etalase toko yang mudah
dilihat orang lewat bahkan dilengkapi pula dengan dekorasi tertentu sehingga
akan menarik perhatian para calon pembelinya. Bentuk lain yang termasuk pula
dalam sales promotion ini adalah dengan memberikan sampel produk kepada calon
konsumen. Contoh atau sampel produk yang diberikan kepada pengunjung secara
gratis dengan harapan mereka akan tertarik dan senang menggunakan produk
tersebut.
3. Publikasi (Publication)
Publisitas
merupakan cara yang biasa digunakan oleh pengusaha untuk secara tidak langsung
kepada konsumen agar mereka menjadi tahu dan menyenangi produk yang dipasarkan.
Cara ini dibuat dengan membuat berita tentang produk atau perusahaan yang
menghasilkan produk etrsebut di media massa ,
misalnya saja berita di majalah, berita di radio atau televisi dan sebagainya.
Dengan berita itu, maka para pembaca secara tidak sadar telah terpengaruh oleh
berita tersebut. Berita macam ini akan lebih efektif karena bersifat bebas yang
pada umumnya oleh konsumen lebih dapat dipercaya kebenarannya daripada
informasi yang datanya dari para pengusaha sendiri dalam bentuk iklan ataupun
cara promosi yang lain.
4. Personal
Selling
Personal
selling merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung
dengan konsumennya. Dengan kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan
atau interaksi positif antara pengusaha dengan calon konsumennya. Kontak
langsung akan dapat mempengaruhi secara lebih intensif para konsumen karena
dalam hal ini pengusaha dapat mengetahui keinginan dan selera konsumen serta gaya hidupnya dan dengan
demikian maka pengusaha dapat menyesuaikan cara pendekatan atau komunikasinya
dengan konsumen secara lebih tepat yang sesuai dengan selera konsumen yang
bersangkutan. Yang termasuk kategori personal
selling ini adalah:
1. Door
to door selling
2. Mail
order
3.
Telephone selling
4. Direct
selling
Keempat bentuk promosi tersebut yaitu
iklan, promosi penjualan, publisitas dan personal selling itu, oleh pengusaha
haruslah diberi perhatian secara cermat dalam bentuk pengeluaran biaya promosi
sehingga akan mampu secara efektif untuk mempengaruhi para konsumen agar
menjadi lebih tertarik untuk membeli produk yang dipasarkan itu.
Sebuah perusahaan modern harus
mengelola sistem komunikasi pemasaran yang kompleks. Perusahaan itu
berkomunikasi dengan perantara, konsumen dan berbagai lapisan masyarakat.
Sedangkan konsumen ikut serta dalam komunikasi dari mulut ke mulut dengan
komunikasi yang lainnya.
Bauran
promosi (promotional mix) dibuat
untuk memberikan informasi dan mempengaruhi para pembeli dan calon pembeli yang
potensial sehubungan kebaikan-kebaikan produk atau servis dari suatu
perusahaan.
D.
Pengertian Traffic Movement Report
Menurut Oka, Yoeti dalam bukunya Tours
and Travel Marketing (2006:12), menjelaskan bahwa traffic movement report
adalah arus pergerakan penumpang (passenger)
dalam suatu airlines dari boarding point
(kota atau airport tempat penumpang
dijadwalkan berangkat) ke deplaning point
(kota atau airport tempat penumpang
dijadwalkan mengakhiri perjalanannya dalam suatu penerbangan tertentu), yang
dipantau dan didata serta dilaporkan secara terus menerus setiap hari dan
secara periodik.
Laporan tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui tinggi rendahnya arus penumpang atau sedikit banyaknya penumpang
yang dapat diangkut atau memilih menggunakan jasa penerbangan yang dimaksud ke
semua tujuan, termasuk didalamnya juga adalah laporan tentang data dari pesaing
(competitor) pangsa pasar (market share).
Selanjutnya
seperti yang telah dikemukakan Edi Wardojo dalam bukunya Airline Passenger Reservation (2006 ; 1) berpendapat bahwa
karakteristik produk Airline berbeda
dengan produk manufaktur seperti furniture, kendaraan bermotor, barang
elektronik dan sebagainya. Produk manufaktur merupakan produk yang berupa
barang sehingga dapat diraba dengan panca indra, dapat dicoba sebelum dilakukan
transaksi pembelian dan dapat disimpan digudang untuk dijual pada kesempatan
lain apabila tidak terjual dalam waktu tertentu. Sedangkan produk Airline merupakan produk yang berupa
jasa sehingga mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
Intangible (tidak nampak, tidak dapat disentuh)
Produk
Airline merupakan produk jasa
sehingga tidak tampak dan tidak dapat diraba dengan panca indra. Produk Airline juga tidak dapat di uji coba
terlebih dahulu oleh calon penumpang sebelum melakukan transaksi pembelian,
melainkan hanya dapat dirasakan oleh pembelinya pada saat proses produksi
berlangsung.
2. Perishable
(mudah rusak)
Produk
Airline sangat tergantung pada waktu
karena pertama produk Airline hanya dapat dinikmati oleh penumpang pada saat
dilakukan produksi yaitu pada saat keberangkatan pesawat sampai tiba di tempat
tujuan. Kedua, apabila sampai pada saat keberangkatan pesawat produk tersebut
tidak terjual, maka sisa produknya tidak dapat disimpan atau dijual pada
kesempatan lainnya. Artinya apabila pada saat keberangkatan pesawat jumlah seat
yang terjual sebanyak 70% dari kapasitas yang tersedia dan seat yang tidak
terjual sebanyak 30%, maka sisa seat yang tidak terjual tesebut yaitu 30%
merupakan kerugian bagi Airline
karena tetap harus diterbangkan dan tidak dapat disimpan untuk dijual pada
kesempatan lain.
3. High
Cost (biaya tinggi)
Airline
merupakan perusahaan yang syarat dengan teknologi tinggi dengan nilai investasi
yang sangat mahal. Hal ini dapat kita lihat dari setiap tahapan proses produksi
seperti dalam penyediaan armada pesawat berikut perawatannya, penanganan schedule planning, crew planning, reservasi,
sampai penyediaan alat pendukung pelayanan sebelum pelayanan, selama
penerbangan, setelah penerbangan dan lain-lain. Karena tingginya biaya produksi
tersebut maka mengakibatkan harga produk Airline
juga relatif mahal.
4. High
Risk
Dalam
melakukan proses produksi, Airline juga
mempunyai resiko yang sangat tinggi seperti dalam perawatan armada pesawat,
dalam operasional penerbangan, dalam pengelolaan proses distribusi dan
lain-lain. Walaupun demikian dalam proses produksinya, Airline tetap menggunakan faktor keselamatan dan kenyamanan
penerbangan. Dalam melaksanakan proses produksi Airline harus mengikuti standar
yang telah ditentukan secara internasional seperti yang dikeluarkan oleh Federal Aviation Authorities (FAA), International Air Transport Association (IATA), International Civil
Aviation Organization (ICAO) dan
sebagainya. Dengan demikian walaupun mempunyai resiko yang sangat tinggi,
kualitas produk terutama dalam hal keselamatan dan kenyamanan penerbangan tetap
terjamin.
Melihat karakteristik produk Airline tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa laporan data traffic
movement report sebagai pengelolaan hasil pendistribusian produk Airline wajib dijadikan acuan bagi
perusahaan penerbangan dalam upaya untuk mencapai tujuan dari perusahaan.
E. Pengertian dan Karakteristik jasa
1. Pengertian Jasa
Pada
dasarnya tidak ada definisi secara luas tentang jasa yang digunakan oleh
pemasar. Kenyataannya memang sulit diketahui tentang batas-batas yang jelas
antara organisasi dan unit usaha yang menjadi bagian bagi penyalur barang
dengan organisasi yang menawarkan jasa. Namun dalam penulisan ini penulis
mengangkat masalah jasa yang dibeli dan ditukar dipasar, yang disebut juga jasa
pertukaran.
Menurut
Basu Swasta dalam bukunya asas-asas marketing (1997:318) dikatakan bahwa :Jasa
pertukaran adalah barang yang tidak kelihatan (intangible Product) yang dibeli
dan dijual dipasar melalui transaksi pertukaran yang saling memuaskan”
Dari
defenisi diatas jelas terlihat salah satu unsur penting adalah bahwa jasa
merupakan produk yang tidak kelihatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa (1)
jasa merupakan produk yang tidak kelihatan yang dilaksanakan dan tidak
diproduksi, (2) Nilai dan keuntungan dari suatu jasa dapat dibeda-bedakan
diantara pemakaiannya karena sebagian sumber untuk melaksanakan jasa berasal
dari pembeli, sedangkan pengertian jasa
yang dikemukakan oleh Philip Kotler dan Paul N. Bloom dalam bukunya Teknik dan
strategi pemasaran jasa Profesional (1999:152) yang mengataka secara jelas
bahwa :
“Jasa adalah
kegiatan atau masalah yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak
lainnya, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan seseorang
memiliki sesuatu “.
Dari
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada terdapat tiga unsur yang
pokok yaitu: (1) Terjadi proses tukar menukar, (2) yang dipertukarkan itu tidak
berwujud, (3) hasil dari pertukaran tersebut tidak membawa pemilikan (dalam
bentuk fisik).
2. Karakteristik
Jasa
Didalam
literatur pemasaran secara umum diuraikan bahwa jasa itu dapat digolongkan
dalam dua golongan besar antara lain jasa industri dan jasa konsumen. Namun
disini penulis hanya menitik beratkan pada jasa konsumen saja. Dimana jasa itu
sendiri banyak digunakan secara meluas dalam masyarakat.
Seperti
halnya dengan barang, menurut Basu Swasta dan Irawan dalam bukunya manajemen
pemasaran modern (1997:167), maka jasa konsumen ini dapat dibagi dalam tiga
golongan yakni : (a) Jasa konvenien, (b) Jasa shopping, (c) Jasa spesial.
Penggolongan jasa ini sangat relatif karena suatu jasa bagi seseorang merupakan
jasa konvenien tetapi bagi orang lain merupakan jasa shopping atau jasa spesial
dan sebaliknya, dengan penggolongan ini hanya didasarkan pada prilaku dari pada
konsumen dalam mencari atau membelinya.
1. Pemasaran jasa konvenien (Convenience Goods)
Jasa konvenien adalah jasa konsumsi yang pembelinya sering dan masyarakat
membeli dengan melakukan usaha yang minimal.
Dengan demikian istilah konvenien dapat diartikan sebagai : dekat dengan
rumah pembeli, mudah dicapai dengan alat-alat transportasi, atau dekat dengan
tempat dimana pembeli bekerja. Oleh sebab itu pertimbangan yang paling efektif
untuk jasa konvenien adalah lokasi. Itulah sebabnya lokasi merupakan variable
pemasaran yang penting dalam jasa konvenien. Dalam artian bahwa harga tidaklah
merupakan faktor penting dalam pembelian jasa-jasa konvenien.
2. Pemasaran
jasa shopping (Shopping Goods)
Jasa shopping adalah jasa
konsumsi yang dipilih atau dibeli oleh masyarakat sesudah mengadakan
pertimbangan terhadap kualitas, harga, dan reputasi.
Jelaslah bahwa konsumen
membutuhkan informasi untuk membandingkan jasa shopping, komunikasi merupakan
faktor yang sangat mendukung. Oleh sebab itu perusahaan yang ingin berhasil
dalam pemasaran jasa shopping diharuskan untuk menyediakan informasi yang
lengkap dan menarik buat konsumen. Sehingga promosi merupakan kunci sukses apabila
jasa tersebut mau dibeli oleh konsumen.
3. Pemasaran jasa spesial (Specialty
Goods)
Jasa special adalah jasa
konsumsi dimana dalam pembeliannya pembeli harus melakukan usaha pembelian
khusus dengan cara tertentu atau dengan pembayaran yang lebih besar. Upaya
pengembangan ini harus difokuskan pada kepuasan konsumen. Sehingga lokasi hanya
merupakan faktor sekunder dalam pemasaran jasa special. Walaupun lokasinya jauh
dan harganya tinggi, namun konsumen tetap mencarinya.
Menurut Zeithaml et.Al. dalam Scoot Dru dalam bukunya custumer satisfaction (2003:38)
mengemukakan lima
dimensi dalam menentukan kualitas jasa, yaitu :
1. Reliability (Keterandalan)
Yaitu kemampuan untuk
memberikan pelayanan sesuai dengan janji yang ditawarkan.
2. Responsiveness (Kesigapan)
Yaitu respon atau
kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan cepat dan
tanggap, yang meliputi : kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan
karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.
3. Assurance (Jaminan)
Meliputi kemampuan
karyawan atas : pengetahuan terhadap prodak secara cepat, kualitas
keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan,
keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan
didalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
4. Emphaty (Empati)
Yaitu perhatian secara
individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk
menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan
pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan
pelanggan.
5. Tangibles (Nyata)
Meliputi
penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front Office, tersedia
tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan
peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.
Alma,
Buchari, 2004. Manajemen Pemasaran dan
Pemasaran Jasa. Cetakan Ketujuh, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Anton
Dajan, 2000. Statistika, edisi, kedua
Cetakan Pertama,
BPFE, Yogyakarta
Assauri,
Sofjan, 2004. Manajemen Pemasaran, Dasar,
Konsep dan Startegi. PT. Raja Grafindo, Jakarta .
Cravens, David, 2002, Pemasaran Strategis, edisi 4, Jilid 2 Erlangga, Jakarta
Edi, Wardojo,
2006, Airline Passenger Reservation,
Cetakan I (Pertama)
Eviexena Mediatama, Bekasi
Gitosudarmo, Indriyo, 2000, Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta
Irianti, Yosal, 2004, Manajemen Strategis, Ghalia Indonesia Jakarta
Kotler,
Philip. 2002. Manajemen Pemasaran.
Edisi Milenium,Jakarta
Bagian Penerbit Prenhallindo.
Machfoedz, Mahmud, 2005. Pengantar Pemasaran Modern. YKPN, Yogyakarta .
Oka, Yoeti, 2006, Tours and Travel Marketing, Cetakan Kedua, Pradnya Paramita, Jakarta
Rismiati,
Catur E, dan Suratno Bondan, 2001, Pemasaran
Barang dan Jasa, Kanisius, Bandung
Scoot Dru, Ph.D. 2003. Customer Satisfaction. Jakarta : Bagian Penerbit Lembaga PPM.
Swastha Basu, Irawan. 1997. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi II, Liberti Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar