A Pengertian Piutang
Piutang (Recevables) yang merupakan elemen modal
kerja yang juga selalu dalam keadaan perputaran secara terus menerus dalam mata
rantai perputaran dan penggunaan modal kerja untuk meninghkatkan laba yaitu Kas, Inventory, Piutang dan Kas.
Dalam keadaan yang normal dan dimana
penjualan pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat
likuiditas yang lebih tinggi dari pada inventori, karena perputaran dari
piutang ke kas membuktikan satu langkah saja. Manajemen piutang merupakan hal
yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak, sehingga muncul yang namanya kredit.
Menurut Gunawan Adisaputro dalam bukunya
Anggaran Perusahaan (1999 : 38) bahwa adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya investasi dalam piutang adalah :
1. Volume
penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan
memperbesar investasi piutang. Dengan makin besar volume penjualan kredit
setiap tahunnya berarti perusahaan itu menyediakan investasi yang lebih besar
lagi dalam piutang.
2. Syarat
pembayaran kredit
Syarat pembayaran
kredit bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat
pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan kredit daripada
pertimbangan profitabilitasnya.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit
Dalam penjualan
kredit perusahaan menetapkan batas maksimal atau plafon dari kredit yang
diberikan kepada para langganan.
4. Kebijaksanaan
dalam pengumpulan piutang
Perusahaan dalam
menjelaskan kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang secara aktif atau pasif.
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam mengumpulkan
piutang akan mempunyai pengeluaran yang lebih besar untuk membiayai aktivitas
mengumpulkan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang
menjalankan kebijaksanaan secara pasif.
5. Kebiasaan
membayar dari pada langganan
a. Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar
dengan menggunakan mendapatkan cash/discount dan adapula yang tidak menggunakan
kesempatan tersebut.
b.
Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada penilaian mereka terhadap mana
yang lebih menguntungkan antara kedua alternatif tersebut.
- Alternatif pertama ialah apabila mereka akan
membayar pada hari ke 30 yang ini berarti mereka membelanjai pembelian
sepenuhnya dengan kredit penjualan (kredit leveransir).
- Alternatif kedua ialah kalau mereka membayar
pada hari ke 10 dengan mendapatkan cash discount, dengan meminjam uang dari
bank yang pada umumnya dengan tingkat bunga yang tlebih rendah dari pada bunga
kredit dari leveransir.
Dalam
rangka upaya untuk memperbesar volume penjualan perusahaan pada umumnya,
khususnya perusahaan yang berskala besar menjual produknya dengan kredit.
Penjualan kredit ini tidak segera menghasilkan uang kas, melainkan menimbulkan
piutang langganan akan piutang dagang. Pada saatnya nanti akan jatuh tempo yang menimbulkan aliran kas
masuk yang biasa disebut cash inflow yang berasal dari pengumpulan piutang yang
tertagih.
Untuk lebih jelasnya tentang pahaman
piutang, maka akan dikemukakan beberapa pengertian. Menurut Zaki Baridwan dalam
bukunya Akuntansi, Penyusutan dan Metode, (2001 : 94), pengertian piutang
dagang adalah Piutang dagang menujukkan piutang yang timbul dari penjualan
barang-barang atau jasa-jasa yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi
dalam jangka waktu satu tahun dan dikelompokkan ke dalam aktiva lancar.
Selanjutnya Mulyadi, dalam bukunya
Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Harga Pokok, (2000 :
418) mendefinisikan piutang yaitu yang dimaksud dengan piutang (recevable)
bukan hanya piutang para langganan, tetapi meliputi piutang para pegawai, wesel
tagih, piutang klaim, biaya transpor, piutang klaim asuransi, saldo debet
perkiraan lain. Namun piutang para langganan merupakan yang terpenting dalam
totalnya.
Dari pengertian di atas, termasuk
kemponen piutang dagang adalah tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang.
Oleh karena itu mengirim (penitipan) atau penjualan barang
dalam bentuk konsinyasi tidak dapat dicatat sebagai piutang sampai pada saat
barang tersebut terjual.
Sedangkan piutang yang timbul dari
angsuran akan dipisahkan menjadi aktiva lancar, dan hal ini tergantung pada
jangka waktu angsuran tersebut. Piutang yang terjadi akibat penjualan barang
atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan tidak termasuk dalam kelompom
piutang dagang, melainkan dikelompokkan sendiri dengan sebutan piutang bukan
dagang.
Sebagaimana
disebutkan dalam uraian di atas bahwa, piutang terjadi akibat transaksi
penjualan barang dan jasa secara kredit, atau terjadi karena kegiatan lain
seperti memberian pinjaman. Dalam hubungan ini, Soemarsono SR, dalam bukunya
Analisa Laporan Keuangan, (2001 : 331) menyatakan, sebagai berikut :
1. Piutang dagang atau piutang usaha, yaitu piutang yang berasal dari penjualan kredit barang-barang
dan jasa-jasa yang merupakan kegiatan
utama perusahaan.
2. Piutang yang
selain piutang dagang atau piutang usaha seperti piutang pegawai, piutang bunga,
piutang dari perusahaan afiliasi dan piutang persero dan lain-lain".
Mengenai piutang dagang, Al Haryono Yusuf, dalam bukunya
Dasar-Dasar Akuntansi, (1998 : 72) memberikan pengertian yaitu Piutang dagang
adalah tagihan-tagihan kepada
perorarangan atau organisasi timbul dari penjualan barang-barang dan jasa-jasa
secara kredit tanpa disertai dengan suatu perjanjian secara tertulis yang
formil.
Apabila pengertian terakhir ini diperhatikan dengan
saksama, menujukkan bahwa piutang pada dasarnya adalah suatu tuntutan keuangan
kepada pihak lain. Dalam pengertian piutang
ini. Ikatan Akuntansi Indonesia (1994 : 32) memberipandangan sebagai berikut
:
"1. Menurut
sumber terjadinya, piutang digolongkan
dalam dua katagori, yaitu piutang piutang usaha yang meliputi
piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan normal
perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi dikatagorikan usaha tersebut
digolongkan dalam katagori piutang lain-lain.
2.
Piutang yang diperkuat dengan promes
disebut wesel tagih".
Dari beberapa pengertian piutang tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan aktiva lancar
perusahaan yang meliputi hal-hal, sebagai berikut :
1)
Penjualan barang dan jasa secara kredit
2)
Wessel tagih
3)
Piutang klaim biaya transfer
4)
Pinjaman kepada pegawai
5)
Pinjaman kepada perusahaan lain.
6)
Lain-lain pinjaman.
Penjualan barang dan jasa banyak
dilakukan dengan cara kredit, sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan
barang dan jasa diterimanya uang (hasil penjualan). Dalam tenggang waktu
tersebut penjual mempunyai tagihan kepada pembeli. Salin tagihan dapat tercipta
dari penjualan barang dan jasa, tagihan dapat juga terjadi dari berbagai kegiatan
lain seperti memberikan pinjaman kepada karyawan, membayar uang muka kepada
akan perusahaan atau dapat terjadi dari penjualan
aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi dalam perusahaan serta pengakuan
akuntansi karena dasar waktu (acrrual basis).
Sebagai akibat diberikannya pinjaman, adalah
timbulnya tuntutan kepada pihak lain,
sebagaimana dikemukakan oleh Zaki
Baridwan, dalam bukunya Sistem Akuntansi, Penyusutan dan Metode, (2001: 931),
yaitu tagihan disini dimaksudkan dengan klaim perusahaan atau uang, barang -
barang dan jasa jasa kepada pihak-pihak lain.
Piutang sesungguhnya merupakan elemen modal
kerja yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam siklus
perputaran modal kerja yang berawal dari keinventory, piutang dan kembali
menjadi kas.Dalam keadaan yang normal, penjualan pada umumnya dilakukan dengan
cara kredit, piutang mempunyai tingkat likwiditas kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajibannya yang segera harus dipenuhi.
B
Pengertian Piutang Dagang
Salah
satu faktor yang menunjang suksesnya perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah
menyangkut penjualan suatu produk dari suatu produsen ke konsumen. Selanjutnya
Gunawan Adisaputra, dalam bukunya Analisa Neraca, (1997: 61), mengemukakan
piutang dagang adalah salah satu bentuk investasi, dia tidak berbeda dengan
investasi lain seperti investasi yang berwujud dana kas dan bank.
Menurut
Farid Jahidin, dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan, (1998: 29) piutang adalah juga disebut piutang
dagang adalah tagihan pada pihak lain (pada
kreditur atau pelanggan) sebagai akibat dari penjualan barang kredit (on
Account) atau karena memberikan pinjaman kepada pengawai, kepada pejabat
perusahaan, atau anak perusahaan dan lain-lain sebagainya.
Dari
definisi tersebut di atad dapat dijelaskan bahwa piutang adalah tagihan kepada
pihak lain (para kreditur) atau pihak lain sebagai akibat dari penjualan barang
secara kredit, atau karena pemberian pinjaman kepada pihak lain. Sebagai salah satu bentuk investasi, maka
dapat disebut piutang dagang :
a. Menyerap sejumlah dana modal kerja
b.
Mempunyai usia tertentu sesuai dengan keterkaitannya
c. Perlu
dimotori tingkat efisiensi
pengolahannya dari waktu ke
waktu.
d. Mempengaruhi
tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan.
Sebagai salah satu bentuk kekayaan piutang dagang masuk
sebagai unsur aktiva lancar. Dengan demikian piutang memiliki waktu perputaran
yang cepat dan kurang dari satu tahun. Piutang dagang sebagai investasi akan
memberikan manfaat tertentu bagi perusahaan.
Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh untuk dapat melakukan penjualan kredit antara lain
:
1. Merupakan upaya untuk meningkatkan omzet
penjualan
2. Dengan
meningkatkan volume penjualan,
maka keuntungan diharapkan akan meningkat. Dengan demikian, kredit ini mempunyai akibat yang positif dari
segi penilaian investasi.
3. Dengan adanya hubungan hutang piutang,
maka hubungan dagangan antara perusahaan dengan para pembeli menjadi lebih
erat, sehingga kredit menjamin kontinutas hubungannya.
4. Pada
usaha jenis usaha tertentu, seperti produsen rumah murah dan perdagangan
kendaraan bagi penjual.
Kalau
Gunawan Adisaputro, dalam bukunya Anggaran Perusahaan, (1999 : 25) berbagai
jenis benan biaya yang timbul karena perusahaan menjual dengan kredit antara
lain :
1. Beban
biaya modal piutang
sebagai salah satu bentuk investasi
yang menyerap sebagai dari modal perusahaan yang tersedia.
2. Selain benan biaya maka piutang juga akan
menimbulkan jenis biaya lain yaitu-biaya administrasi piutang terdiri dari
:
a. Biaya
organisasi atau unit kerja yang diserahi tugas mengelola piutang yaitu gajianm
dan jaminan sosial lain bagi petugas penagihan dan pengadministrasian piutang.
b. Biaya
penagihan piutang. Piutang agar dibayar pada waktunya perlu dilakukan usaha untuk menagih berupa biaya telpon, surat menyurat, telegram
atau biaya perjalanan.
3. Piutang tidak seluruhnya dapat ditagih, karena debitur
lari atau bangkrut. Terdapat piutang
macet atau tak dapat
tertagih sama sekali. Sehingga mengakibatkan tak tertagih (beddebets)
sehingga
1. Dibentuknya unit
kerja atau seksi yang khusus ditugaskan untuk mengurusi piutang. Tugas pokok
dari unit ini meluputi :
a. Mencari langganan
potensial yang dapat diberikan kredit.
b. Menyeleksi
para calon debitur
c. Membukukan
transaksi kredit yang terjadi.
d. Melakukan
penagihan piutang
e. Membuka
mutasi/ kredit atau piutang.
f. Menyusun dan
mengklasifikasikan piutang out standing menurut usianya masing-masing.
g. Menyusun dan
memperkirakan arus masuk dari piutang
h. Membuat laporan tentang pengelolaan piutang
bagi pengambilan kebijaksanaan tentang
piutang.
2. Digariskan
kebijaksanaan piutang yang jelas untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi
unit kerja yang mengurusi piutang kebijaksanaan itu meliputi :
a. Penentuan flafon
kredit untuk berbagai jenis atau
tingkatan debitur langganan yang harus dibatasi dalam pengambilannya.
b.
Penentuan jangka waktu kredit.
c.
Pedoman melakukan seleksi calon debitur
berdasarkan ketentuan
d. Penentuan
jumlah piutang ragu - ragu maksimal yang dapat dibenarkan sebagai
dasar penentuan besarnya
cadangan piutang ragu – ragu untuk pencatatan.
e. Penentuan besarnya jumlah anggaran yang
digunakan untuk mengadministrasikan piutang.
3. Penentuan
kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang. Berdasarkan kriteria
yang dapat digunakan sebagai indikasi.
a. Tingkat
penjualan piutang yang rumusnya, adalah
Penjualan Kredit
Netto (setahun)
Piutang ragu-ragu (Awal
dan akhir tahun)
Prosentase piutang yang tak tertagih sebenarnya. Tingkat
ini perlu dibandingkan dengan rata-rata piutang tak tertagih untuk industri
ataupun usaha lain yang sejenis. Selama tingkat prosentase ini relatif
sebanding maka efisiensi pengelolaan piutang oleh perusahaan masih dapat dianggap
dalam batas kewajaran. Bilamana prosentase ini melebihi industri atau usaha
lain yang sejenis, maka perlu dilakukan penganalisaan khusus untuk mengetahui
sebab-sebabnya secara jelas, usia piutang rata-rata. Dalam pencatatan piutang ragu-ragu pada perusahaan memang
susah untuk mengukur karena piutang ragu-ragu penafsirannya biasanya meleset.
Piutang rata-rata 360
b.
Average Collection Period =
Penjualan kredit
C Pengendalian dan Manajemen Piutang
1 Pengendalian
Piutang
Sebagaimana
diketahui, piutang merupakan salah satu bagian penting dalam harta lancar
perusahaan. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa pengendalian piutang merupakan
suatu perangkat alat yang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena
piutang yang tidak dapat ditagih merupakan faktor yang akan merugikan
perusahaan. Dengan kata lain resiko tidak tertagihnya piutang dari para
langganan tetap, adalah tanggung jawab bersama di antara fungsionaris
perusahaan.
Untuk mengantisipasi timbulnya piutang akibat
tidak tertagihnya piutang, maka sebelum perusahaan memberikan pijaman atau
menambah pinjaman sebelumnya, pihak
perusahaan terlebih dahulu mengadakan evaluasi tentang keadaan atau kemampuan
ekonomis calon pembeli.
Kerugian piutang yang tidak tertagih,
merupakan persoalan timbul setelah terjadinya transaksi penjualan barang dan
jasa, dan hal ini sering diketahui dalam jangka waktu yang relatif lama.
Besar
kecilnya piutang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan kebijakan penjualan
kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan menurunkan
standar pemberian pinjamannya, maka penjualan akan meingkat yang berarti pula
meningkatnya piutang. Meningkatnya piutang perusahaan
selain dapat meningkatkan keuntungan, juga
perusahaan harus menanggung beban investasi piutag yang besar.Dalam hubungan
ini Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan (2003: 76) lebih lanjut mengemukakan
5 hal yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang, yaitu :
1.
Syarat pembayaran penjualan kredit
2.
Volume penjualan kredit
3.
Ketentuan tentang pembatasan kredit
4.
Kebijaksanaan dalam mengumpulkan modal
5.
Kebijaksanaan membayar dari langganan.
1 Syarat pembayaran penjualan kredit
Syarat
pembayaran penjualan kredit bersifat tidak tetap (sewaktu-waktu ketat dan
sewaktu-waktu lunak). Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang
ketat, berarti perusahaan lebih mementingkan kredit dari pada pertimbangan
profitabilitas.
2 Volume penjualan kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari
keseluruhan penjualan akan memperbesar investasi dalam piutang. Dengan demikian
untuk memperbesar penjualan kredit dalam setiap tahun, berarti perusahaan
menyediakan investasi piutang yang lebih besar pula, dan demikian halnya
dengan masalah profitabilitas. Akan tetapi perusahaan juga diharapkan dengan masalah
resiko, dalam arti bahwa makin besar piutang, juga makin besar resiko kerugian
akibat tidak tertagihnya piutang tersebut.
3 Ketentuan tentang pembatasn kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat
menetapkan batas maksimal atau plafon kredit yang diberikan kepada para pelanggan.
makin besar plafon
pinjaman yang ditetapkan untuk setiap pelanggan berarti makin besar pula
dana yang diinvestasikan dalam piutang, demikian pula ketentuan mengenai siapa
yang diberikan pinjaman. Makin selektif
langganan yang dapat
diberikan kredit atau pinjaman
akan dapat memperbaiki besarnya investasi dalam piutang. Dengan demikian maka
pembatasan pinjaman disini adalah bersifat kuantitatif dan kualitatif.
4 Kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang
Perusahaan
dapat menjalankan kebijaksanaan di dalam hal pengumpulan piutangnya secara
aktif dan pasif. Perusahaan yang secara aktif menagih piutang memilikipengeluaran
uang untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan pasif.
5 Kebijaksanaan membayar dari pelanggan
2 Manajemen Piutang
Piutang disini adalah timbul karena adamya
transaksi penjualan secara kredit oleh perusahaan kepada para langganannya. Penjualan
kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada
langganan sangat erat hubungannya dengan persyaratan kredit yang diberikan.
Sekaligus pengumpulan piutang tidak tepat pada waktu yang sudah ditetapkan
namun sebagian besar dari piutang tersebut akan
terkumpul dalam jangka
waktu yang kurang dan satu tahun. Dengan atasan itulah maka piutang
dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancar perusahaan.
Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan
bagian cukup besar dari
aktiva besar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar
perkiraan piutang ini dapat dihitung dengan cara yang seefisien mungkin. Karena
piutang yang tidak dapat ditagih merupakan faktor yang akan merugikan
perusahaan.
Dengan kata lain
tidak tertagihnya piutang dari langganan, adalah tanggung jawab bersama di
antara fungsionaris perusahaan. Untuk mengantisipasi timbulnya kerugian akibat
tidak tertagih piutang, maka sebelum perusahaan memberikan pinjaman atau
menambah pinjaman sebelumnya, pihak perusahaan terlebih dahulu mengadakan
evaluasi tentang keadaan atau kemampuan ekonomis calon pembeli.
Dengan demikian,
untuk mengantisipasi akan adanya pencatatan yang dapat menimbulkan kerugian
perusahaan perusahaan biasanya kurang tepatnya pencatatan yang dilaksanakan
pada bagian pembukuan, sehingga ada kekeliruan yang bisa terjadi menimbulkan
kerugian perusahaan, di samping itu karena koordinasi yang kurang bagian
pemasaran dan pembelian artinya kros cek antara pemasukan dengan pengeluaran
barang kurang akurat. Pencatatan yang di haruskan akurat yang tidak boleh
diabaikan oleh pihak perusahaan, agar segala kekeliruan dapat berkurang akan
berdampak pada perusahaan yang bisa terhindar dari segala kerugian yang
dialami.
Kerugian piutang
yang tidak tertagih, merupakan persoalan yang timbul setelah terjadinya
transaksi penjualan barang dan jasa dan hal ini sering diketahui dalam jangka
waktu yang relatif lama.
Untuk
mengantisipasi terjadinya resiko kerugian seperti diterangkan di atas, maka
perlu menentukan standar besar kecilnya pemberian pinjaman kepada langganan.
Dalam menentukan standar ini, kalau Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan (2003: 73) menyatakan bahwa perusahaan perlu
memperhatikan kriteria yang dikenal dengan istilah sebagai berikuty :
1) Lokasi/tempat
2) Posisi
3) J a r a k
4) Kapasitas
5) Pengukuran
D Proses Terjadinya Piutang
Pada hakekatnya piutang yang terjadi
sebagian akibat adanya transaksi jual beli, sehingga dapat
terjadi piutang, hal ini diperlukan persetujuan antara penjualan dengan pembeli
untuk merinci kewajiban yang resmi dan mengatur prosedur yang akan dijalankan.
Apabila
perusahaan menerima pesanan, maka dibuat suatu catatan yang segera dikirim
kepada bagian penjualan untuk mencek kredit. Jika bagian penjualan menolak
mengisi pesanan atau menolak penjualan, maka pada umumnya pegawai yang bersangkutan
tidak menerima pesanan
atau menolak mengisinya. Prosedur
ini memberikan informasi kepada bagian penjualan sebelum penjualan
dilaksanakan, tentang kelayakan kredit pembeli dan apakah dapat diterima
pembeli. Jika penjualan telah disetujui, maka segera akan dilaksanakan pengiriman dan
faktor dicap stempel untuk memberitahukan kepada pembeli, supaya membayar pada
kasir jika penjualan kredit tersebut disyaratkan adanya uang muka sebagai pembayaran angsuran pertama dari rangkaian
pembayaran kredit.
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham,
dalam bukunya Cost Accountung A Manajerial Emphasis, (1998 : 406), fungsi yang
dilaksanakan oleh bagian penjualan adalah menyelesaikan persoalan adalah
sebagai berikut :
1. Mencek kredit
2.
Memberi pinjaman
3.
Menanggung resiko.
Dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, J.
Fred Weston dan Eugene F. Brigham, dalam bukunya Cost Accountung A Manajerial
Emphasis, (1998, 406), menyatakan bahwa Penjualan dapat memilih berbagai
kombinasi fungsi dengan merubah peraturan dalam persetujuan, misalnya
perusahaan berukuran kecil atau menengah dapat menghindari dibentuknya
departemen kredit. Pelayanan penjualan mungkin sekali lebih murah daripada
departemen yang mempunyai kelebihan kapasitas untuk melayani volume kredit
perusahaan. Demikian juga jika perusahaan menggunakan ahli bukan kredit sebagai
partime untuk melaksanakan
Sebenarnya laba yang diperoleh suatu
perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan
kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan
dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga
yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang
layak.
Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit
usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber
pendapatan bagi perusahaan.
Pengertian penjualan berarti bahwa
menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan
membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/
penerima barang atau jasa.
Penjualan barang dagangan oleh sebuah
perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” diberikan definisi oleh D
Hartanto, dalam bukunya Akuntansi Manajemen, (1999 : 178) jumlah transaksi
penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi
yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan
yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya
dengan kedua syarat jual beli tersebut.
Penjualan adalah suatu proses pertukaran
barang dan/ atau jasa antara penjual dan pembeli. Tugas pokok adalah
mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka sebagai distrbutor.
Fungsi penjualan mencakup sejumlah
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi memberi kontrak
( contractual function )
3. Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
4. Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5. Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai
tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan
atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat
direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan.
Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan
menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Modal yang
diperlukan
2. Kemampuan
merencanakan
3. Kemampuan
menentukan tingkat harga yang tepat
4. Kemampuan memilih
penyalur yang tepat
5.
Kemampuan
menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6. Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga
tujuan dalam penjualan yaitu
1. Mencapai tujuan tertentu
2. Mendapatkan laba tertentu
3.
Menunjang pertumbuhan perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Adisaputra, Gunawan, 1997, Analisa Neraca, Edisi
Kedua, Cetakan Kelima, Penerbit PD. Aksara Baru, Jakarta ,
……………………., 1999, Anggaran Perusahaan,
Edisi Kedua, Cetakan Kelima, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta .
Baridwan,
Zaki, 2001, Sistem Akuntansi, Penyusutan
dan Metode, Edisi Kedua,
Cetakan Ketiga, Bagian Penerbit Akademi Akuntansi, YKPN, Jakarta.
Djahidin, Farid, 1998, Analisa
Laporan Keuangan, Cetakan
Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hartanto, D, 1999, Akuntansi
Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Ghalia Indonesia, Jakarta,
Yusuf, Al-Haryono, 1998, Dasar-Dasar Akuntansi,
Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Penerbt Liberty, Yogyakarta.
Mulyadi,
2000, Akuntansi Biaya, Pernentuan Harga
Pokok dan Pengendalian Harga Pokok, Fkultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta .
J
Fred Weston dan Eugene F, Brigham, 1998, Cost
Accounting A. Managerial Emphasis, Fourth Edition Prencil-Hall, Of India,
Private Limited New Delhi .
Riyanto
Bambant, 2003, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Ketujuh, Cetkan Kedelapan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Soemarsono, SR, 2001, Analisa
Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit Liberty, Jakarata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar