Powered By Blogger

Kamis, 13 Oktober 2016

Pengendalian Kualitas dan Penjualan

A   Pengertian Produksi                             
      Produksi adalah merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu perusahaan. Dalam menguraikan pengertian produksi sesuai dengan pandangan dan perkembangan dunia usaha oleh Sofyan Assauri, Management Produksi (2002 : 7) menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi.
      Definisi tersebut di atas, bahwa setiap  hasil produksi mempunyai kegunaan tertentu dan dibutuhkan faktor-faktor produksi yang mendukung kelancaran produksi tersebut.
      Sedangkan Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian (2003 : 62),  sebagai berikut produksi pertanian adalah suatu hasil yang diperoleh sebagai akibat pekerjaannya faktor-faktor produksi sekaligus  yakni tanah, tenaga kerja, dan modal.
      Dari definisi di atas, memberikan pengertian bahwa produksi adalah untuk menambah nilai guna suatu barang, dengan dasar itulah barang perlu diperhatikan terhadap mutu produk sehingga mempunyai jaminan tersendiri.
      Selanjutnya oleh Sofyan Assauri, membatasi diri untuk memberikan definisi Management Produksi (2002 : 221), sebagai berikut mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dibutuhkan.
      Sesuai dengan definisi di atas, bahwa barang dan jasa yang dihasilkan mempunyai tujuan terentu, sehingga setiap perusahaan akan mengadakan produksi telah mengadakan pengumpulan bahan baku secukupnya. Di samping itu juga telah mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam   pengembangan produksi.

B. Pengertian Kualitas
      Sumitro Djoyohadikusumo, Ekonomi Umum dan Teori Kebijaksanaan, (1999 : 136) mengemukakan, sebagai berikut kualitas adalah sebagai proses penggunaan unsur-unsur dengan maksud untuk menciptakan faedah atau untuk memenuhi kebutuhan.
      Dari pengertian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa mengenai fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara input dan output. Dengan kata lain bahwa faktor produksi adalah hubungan antara jasa dalam berbagai faktor produksi yang digunakan sebagai masukan ke dalam proses produksi dan banyaknya dengan menggunakan input dalam pengembangan produksi yaitu dengan penggunaan sarana lain sebagai intensifikasi yang akan menambah hasil produksi. Karena produksi ini memerlukan beberapa produk lainnya sehingga tidak satupun bahan digunakan.
      Jadi setiap pabrik/ pengolahan sebaiknya menentukan suatu kebijaksanaan tentang mutu dengan menetapkan suatu standard. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembentukan suatu standar dikemukakan oleh Harding Management Produksi (2003, 58) membagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu :
1) Memenuhi syarat kegunaan yang ditetapkan 
2) Memenuhi standar kualitas perusahaan
3) Dapat diproduksi dengan peralatan yang ada  sekarang.
      Berdasarkan dari ketiga dalam pengelolaan mutu yang memerlukan pertimbangan dan kebijaksanaan atas dasar kehati-hatian dalam menentukan sikap untuk produksi,perlunya standar kualitas dipertahankan dan menggunakan peralatan secukupnya dan menekan biaya seefektif mungkin.

C  Pengertian Pengendalian
      Sebelum memberikan pengertian mengenai pengendalian kualitas itu, terlebih dahulu akan mengemukakan apa sebenarnya pengendalian kualitas itu, kalau menurut H.A. Harding, Management Produksi (2003 : 58) mengemukakan bahwa dalam pengendalian kualitas harus pula diperhatikan barang itu dari asalanya dan mau dikemanakan, sehingga  dalam pengendalian kualitas daat terjamin sesuai apa yang diharapkan oleh konsumen.
      Menurut definisi tersebut di atas, mengkhususkan arti control dalam bidang perusahaan adalah control yang menyangkut pemeriksaan menegenai apakah segala sesuatunya telah berjalan sesuai dengan semestinya atau belum dan bilamana belum, maka perlu diadakan pengarahan.
      Jadi kontrol adalah sebagai proses untuk mendeterminir apa-apa yang akan dilaksanakan, mengevaluasi pelaksanaan dan bilamana untuk melaksanakan tindakan-tindakan korektif sedemi- kian rupa. Hal ini berarti fungsi control meliputi segala aktivitas yang dimaksudkan untuk memaksakan kejadian-kejadian agar sesuai perencanaan semula. Sehubungan dengan itu Mubyarto Teori Ekonomi dan Penerapannya, (2003 : 84), sebagai berikut apa yang harus ditanam, metode produksi apa yang harus dipakai, berapa banyak yang akan diproduksi, bila akan membeli dan menjual dimana akan membeli dan menjual.
      Disini dimaksudkan dengan adanya proses pemeriksaan atau pengecekan hasil selama proses produksi berlangsung untuk menghindari adanya penyimpangan hasil yang tidak sesuai dengan sfesifikasi produk yang telah ditentukan.   
      Untuk lebih memperjelas pengertian pengendalian kualitas, maka dibawah ini akan dikemukakan definisi menurut Harold T. Amrine,  Manufacturing Manajemen dan organisasi, (2001 : 278) mengemukakan bahwa pengendalian kualitas pada sesuatu barang memerlukan ketelitian secara saksama dalam mensortir yang akan dijadikan barang sebagai percontohan.
      Kalau Marting Kenneth, Production Management System and Synthesis (2002 : 395), sebagai berikut sistem yang digunakan adalah sintethys menemukan bahwa pengendalian kualitas atau kualtas barang andalan utamanya sortir barang rusak.
      Menurut Harold T. Amrine, Manufacturing Manajemen dan organisasi, (2001 : 178) pengendalian kualitas berhubungan dengan pencegahan dari adanya rusak dalam produksi barang sehingga produk itu dapat dibuat dengan keadaan yang sesuai. Pendapat ini berarti dalam menghasilkan produk diusahakan tidak terjadi penyimpangan hasil. Bila terjadi peyimpangan/ kerusakan, maka pada bagian yang menjadi penyebab kerusakan tersebut, segera diadakan perbaikan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth bahwa pengendalian kualitas adalah prosedur pemeriksaan yang mengetahui proses secara terus menerus. Kesimpulan yang dapat ditarik mengenai pengendian kualitas yang menunjukkan keseluruhan aktivitas yang harus dilakukan dalam suatu proses produksi untuk mencapai sasaran mutu yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu menentukan komponen-komponen mana yang rusak juga merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan. Mempertimbangkan kualitas yang lebih tinggi dan mengurangi bahan baku yang rusak.
      Suatu hal yang paling penting dalam pengendalian kualitas adalah pemeriksaan (inspection). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai alat seperti mikro meter, panca indra dan lain-lain untuk ketepatannya.

D  Pentingnya Pengendalian Kualitas 
      Dalam usaha pengembangan perusahaan dan untuk menjamin kontinutas perusahaan, maka perlu adanya sejumlah keuntungan yang diharapkan dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Untuk merealisir hal tersebut maka perlu diciptakan antara lain peningkatan volume penjualan hasil pengolahan, penekanan biaya produksi, peningkatan kwalitas, perluasan seluruh distribusi. Oleh karena tanpa adanya peningkatan perubahan dalam suatu perubahan termasuk dalam hal ini kebijaksanaan peningkatan kualitas produksi, maka akibatnya perusahaan akan mengalami dan menghadapi tantangan atau persaingan yang semaking tajam utamanya dalam hal pencapaian tujuan perusahaan.
      Kini disadari bahwa dalam usaha pengembangan mutu produksi, pada tahap tersebut mungkin terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana semula dimana hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keterbatasan tenaga manusia di dalam proses produksi, keadaan/ kerusakan peralatan yang digunakan atau mungkin disebabkan faktor-faktor lain.
      Untuk menjamin agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, maka perlu ada bahagian tersendiri yaitu bahagian pengawasan mutu, karena tanpa adanya pengawasan mutu, maka besar kemungkinan hasil akhir tidak sesuai dengan sasaran semula (standar).
      Secara terperinci menurut Sofyan Assauri, Manajemen Produksi, (2001 : 281)  mengatakan bawa :
     1. Agar hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang  telah ditetapkan.
     2. Mengusahakan agar biaya inspection dapat menjadi serendah mungkin.
     3. Mengusahakan  agar  biaya  desain  dalam   produk  dan   proses  dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
     4. Mengusahakan agar biaya  produksi menjadi  serendah mungkin.
      Kalau menurut Harold, Principle Of Management (2001, 6), sebagai berikut :
a. Kualitas produksi  
b. Biaya per unit rendah      
c. Pengembangan produk
d. Kualitas terjamin .      
      Berikut ini dalam pengendalian kualitas mempunyai 3 (tiga) tahap pelaksanaan, yaitu :
1. Pengendalian bahan mentah
2. Pengendalian selama proses produksi
3. Pengendalian hasil produksi akhir.
      Dari ketiga tahap pengendalian ini juga digambarkan oleh Elwood S. Buffa, Modern Production Management, (2000 : 643), membagi 4 (empat) fase umum dari pengendalian kualitas, yaitu :
1.    Kebijaksanaan dalam penentuan levels, sehingga kualitas produksi bisa bersaing .
2.    Produk yang bersaing adalah adanya standar kualitas terhadap levels spesifik dapat bersaing dipasar
3.    Produk yang terkontrol, dengan bahan baku terjamin, maka hasil yang diharapkan dapat memuaskan.
4.    Kualitas produksi dan mempunyai garansi atau masa jangka waktu sebagai kebijaksanaan dari perusahaan.
      Dari keempat tingkatan ini dapat digambarkan secara skematik bersama-sama dengan beberapa hubungannya yang ada skhema tersebut dapat dilihat pada gambar halaman berikut.
      Sesuai dengan gambar skhema Buffa, menunjukkan empat tahap dalam pengendalian mutu melalui perencanaan, produksi dan distribusi. Jadi yang digambarkan oleh Buffa ini adalah pengendalian mutu secara keseluruhan dalam perusahaan.
      Tahap pertama, yaitu menunjukkan pimpinan perusahaan seharusnya mengadakan kebijaksanaan mutu terlebih dahulu dalam hubungannya dengan tinjauan pasar, biaya investasi, retularen on invesmen (pengambilan investasi) yang potensial serta faktor-faktor saingan.
      Tahap kedua, diadakan penentuan mutu yang akan diproduksikan yang ditentukan oleh designer. Disini dipertimbangkan mengenai bahan baku, cara memprosessing dan jasa-jasa yang diproduksikan.
      Pada tahap ketiga, barulah diadakan pengendalian mutu dalam proses produksi yaitu ada tiga, sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pengendalian mutu dan bahan baku
2. Pemeriksaan dan pengendalian mutu bahan baku
3. Pemeriksaan dalam pengujian produk yang dihasilkan.
      Perusahaan yang melaksanakan pengendalian produksi untuk mengarah pada sfesifikasi yang akan ditentukan oleh mutu produk, maka diperlukan suatu ketelitian dalam quality control dan pemeriksaan yang lebih cermat.
      Perlu juga diketahui bahwa dalam usaha untuk menghasilkan produk, tentu memerlukan sejumlah tenaga kerja. Demikian pula halnya dalam usaha produksi quality control khususnya udang. Oleh karena itu dalam analisis pengendalian mutu memerlukan tenaga kerja quafied untuk ditempatkan dalam pembekuan udang segar supaya terjamin dari kontinutas perusahaan mengenai mutu produk.
      Dalam melaksanakan usaha pengendalian produksi khususnya pada udang segar merupakan sumber pembahasan, sehingga proses kegiatan dari berbagai produksi yang dirubah bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan dalam bentuk barang/ jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa yang disebabkan hasil yang diinginkan perusahaan dapat terjamin dari kontinutas.
      Setiap pimpinan memiliki manajemen tersendiri dalam penentuan sikap, sehingga kepemimpinan pada bawahannya terarah dan efisiensi. Artinya walaupun faktor-faktor tertentu harus dimilik, tapi manajemen penting untuk dimiliki.
      Oleh karena itu faktor produksi terdapat kesenjangan produktivitas yang dihasilkan oleh para pelaksana antara produktivitas sekarang dengan produktivitas yang lalu. Pada kenyataannya produksi yang dikaitkan dengan pengendalian memang agak sulit dipisahkan, antara satu dengan yang lainnya.
      Dengan demikian, pemeriksaan dikaitkan dengan produksi berati harus menggunakan tenaga kerja yang pernah mengadakan pelatihan, atau minimal mempunyai pengalaman kerja pada perusahaan lain.
      Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hanya ada 3 (tiga) tahap pelaksanaan quality control dalam proses yaitu :
1. Sebelum produksi dimulai
2. Sebelum proses dimulai
3. Sesudah produksi dilaksanakan
      Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan quality control menurut Hoffman Production Management and Manufacturing System, (1998 : 209), menyatakan bahwa :
1. Panca indra, misalnya  mengetahui mutu  udang yang baik, dapat dilihat dengan mata.                   
2. Mempergunakan alat, umpamanya diukur dengan  mistar dan alat pengukur melli dan timbangan         
3. Menggunakan metode statistik, yang lazim  disebut statistical quality control".                      

E   Standar Quality Berdasarkan Iso 
      Standar quality berdasarkan iso sebagai suatu metode dalam meyakinkan bahwa produk barang dapat diterima konsumen dengan mempunyai ukuran tertentu atau mengindikasikan bahwa pengendalian mutu bila dijamin oleh standar internasional.
      Bila pelaksanaan pengendalian dengan alat tradisi dalam penentuan iso dalam penggunaan alat sudah dikenal oleh perusahaan pada pada mulanya perhatian orang terhadap metode tertentu masih kurang, namun setelah adanya perubahan yang drastis dalam dunia bisnis yaitu terhadap produksi, penggunaan bahan baku yang efisien dan fase-fase penelitian perusahaan yang bermacam-macam, mulai merancang suatu metode pengendalian kualitas dalam bentuk bagan.
      Menurut Elwood S Buffa, (2000 : 148) model dan kriteria yang ditetapkan manajemen kualitas standar mengklasifikasikan sebagai berikut :
1.    Kritikal dikatakan kritikal jika sifatnya mungkin menolak lokasi suatu pabrik di suatu tempat tertentu, tanpa memandang kondisi-kondisi yang mungkin ada.
2.    Obyektif kriteria yang dapat dievaluasi berdasarkan nilai moneter senilai tenaga kerja, bahan baku, utilitas, dan pajak, dipandang sebagai kriteria obyektif.
3.    Subyektif, adalah kriteria yang ukurannya bersifat kualitatif untuk dukungan masyarakat mungkin dapat dievaluasi, tetapi nilai moneter tidak dapat diukur.
Elwood S Buffa, (2000 : 152), menyatakan bahwa standar iso adalah kumpulan dari cara-cara dan aturan-aturan mengenai pengumpulan analisa serta interprestasi data serta penarikan kesimpulan data berupa angka-angka.
      Dengan memperhatikan standar kualitas ini kelihatannya sangat menekankan pada data kwantitatif. Sebagaimana kita ketahui bahwa bukan yang siap untuk dipasarkan, karena hal tersebut tidak efektif dan efisien lagi yang paling efisien bagi perusahaan dengan menarik sampel untuk kemudian diselidiki, hasil penyelidikan itu dapat menjadi petunjuk apakah produk yang siap untuk dipasarkan atau di ekspor telah memenuhi standard atau belum.
      Selanjutnya untuk menerangkan peranan standar kualitas  dan quality control, maka dibawah ini kami kemukakan pendapat Harold, Principle Of Management (2001 : 116), mengemukakan bahwa kualitas kontrol berskala dapat bersaing dipasar.
      Maksud dari tulisan Harold ini yaitu bahwa statitiscal quality control memungkinkan penentuan secara awal kemampuan-kemampuan dan proses pembuatan dan juga menetapkan control yang diperlukan sehingga kegiatan operasi dapat dikoreksi mengenai pemakaian peralatan yang memlampaui batas, variasi bahan baku yang kelihatan berkelebihan, malahan Harold menambahkan adanya  keuntungan pengendalian mutu dengan metode statistik yaitu aplikasi pengendalaian kualitas dengan ukuran standar kualitas dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
1.   Standar produksi yang berkualitas
2.   Penyediaan bahan baku yang terjamin
5.    Pengujian uji material
6.    Bahan baku yang masuk digudang harus dinomor, agar dalam produksi bahan baku masuk pertama dikerjakan.
7.    Kualitas kontrol dapat diapliasikan 

      Dapat pula ditambahkan mengenai keuntungan adanya penggunaan metode statistik dalam pengendalian mutu dalam suatu perusahaan yang dikemukakan oleh Sofyan Assauri,  (2001 : 134) seperti berikut ini :
1.    Pengawasan produksi, ialah penyelidikan yang diperlukan dapat menerapkan standar kualitas yang mengharuskan syarat-syarat mutu pada saat itu dan kemajuan prosesnya telah dipelajari sehingga mendetail.
2.    Dengan dijalankannya pengontrolan maka dapat dicegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam proses sebelum terjadi hal-hal yang serius.
3.  Biaya-biaya pemeriksaan. Karena statistical quality control dilakukan dengan mengambil sampel dan menggunakan sampling techniques, maka hanya sebahagian saja dari hasil produksi yang perlu diperiksa, sehingga hal ini akan menurunkan biaya-biaya pemeriksaan.
      Dari kedua pandangan tersebut di atas, maka dengan cara akan memanfaatkan dari cara pengendalian dengan menggunakan statistik yang dalam hal ini adalah statistical quality control.
Standar kualitas dengan peralatan statistik pengendalian mutu sebagai berikut :
                                   X
                P - Chart  = ---                                      
                                   N
Dimana :                                       
P - Chart = yaitu peralatan pengendalian mutu     
                    X   = yaitu jumlah yang cacad               
                    N  = yaitu jumlah yang diamati atau jumlah sampel dikali dengan banyaknya sampel.
                                             P (1 - P)
SP =   
                  n

      Pelaksanaan internal control pada dasarnya adalah merupakan suatu sistem daripada pelaksanaan pengawasan secara keseluruhan, dimana berdasarkan rumusan-rumusan tentang internal control dapatlah dikemukakan bahwa unsur-unsur internal control, yang dilaksanakan perusahaan sebagai berikut :
    1.  Rencana organisasi                                                          
    2. Methode  dan  ketentuan - ketentuan  yang  terkoordinir  untuk  melindungi harta milik perusahaan.
    3.  Personalia.
    4.  Kebiasaan-kebiasaan (praktek) yang sehat.
      Sehubungan dengan tersebut, maka rekening yang baik harus dapat memenuhi hal-hal, sebagai berikut :  
1.    Membantu mempermudah penyusunan laporan-laporan  keuangan dan laporan-laporan lainnya dengan ekonomis.
2. Meliputi rekening-rekening  yang dapat  diperlukan untuk dapat menggambarkan dengan baik dan teliti harta-harta milik, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan, harga pokok dan biaya-biaya yang harus diperinci sehingga hasil memuaskan dan berguna bagi manajemen didalam melakukan pengawasan operasional perusahaan.
     3. Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat didalam setiap rekening.

F   Pengertian Penjualan

 Sebenarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu, perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
      Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber pendapatan bagi perusahaan.
      Stanton, Strategi Pemasaran, (1999 : 8) memberikan definisi sederhana tentang penjualan, bahwa penjualan adalah bagian pemasaran itu sendiri adalah salah satu bagian dari keseluruhan sistem pemasaran.
      Pengertian penjualan berarti bahwa menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/ penerima barang atau jasa.
      Penjualan barang dagangan oleh sebuah perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” diberikan definisi oleh Soemarso,  Akuntansi Manajemen, (1999 : 178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jual beli tersebut.    
      Penjualan adalah suatu proses pertukaran barang dan/ atau jasa antara penjual dan pembeli. Tugas pokok adalah mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka sebagai distributor.
      Pada umumnya, para pengusaha mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan. Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa faktor-faktor sebagai berikut :
1.   Modal yang diperlukan
2.    Kemampuan merencanakan
3.   Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
4.   Kemampuan memilih penyalur yang tepat
5.   Kemampuan menggunakan cara-casra promosi yang tepat
8.    Unsur penunjang
      Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan dalam penjualan   yaitu
       1.  Mencapai tujuan tertentu
       2.  Mendapatkan laba tertentu

3.   Menunjang pertumbuhan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA


Amrine, H,T, 2001, Manufacturing Organization and Management, Second Edition, New Delhi : Prentice-Hall of India, Private Limited.

                     , 2001, Principles Of Management, Third Edition, New Delhi : Prentice-Hall of India, Private Limited.

Assouri, S, 2002, Manajemen Produksi, Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Buffa, E, S, 2000, Modern Production Management, Fourth Editon, New York, London, Sydney, Toronto, John Wiley and Sons.

Djoyohadikusoemo, S, 1999, Ekonomi dan Teori Kebijaksanaan, Edisi Ketujuh, Fakultas Ekonomi, IPB, Bogor.

Harding, H.A, 2003, Production Management, Second Edition, London, McDonald and Evans Limited.

Hoffman, 1998, Production Management and Manufacturi System, New York, McGraw-Hill Book Company.

Kenneth, M, 2002, Production Management, System and Synthesis, Second Edition, New Delhi; Prentice-Hall of India Private Limited.

Martoyo, Susilo, 2000,  Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Cetakan Kedua, Mandar Maju, Bandung

Mubyarto,  2003, Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi, Pertama, Yayasan Agro Ekonomika, Jakarata.

               , 2003, Teori Ekonomi dan Penerapannya, Edisi Kedua, Cetakan Ketiga, Yayasan Agro Ekonomika, Jakarta.

Magee, J, F. and Boodman, David M, 1998, Production Planning and Inventory Control,  Cambrige, Masschussets Arthur D. Limited.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar