A Pengertian dan
Jenis-Jenis Persediaan
Pada dasarnya setiap perusahaan dalam
melaksanakan kegiatan organisasionalnya perlu mengadakan persediaan untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup usahanya. Di dalam rangka mengadakan persediaan
maka dibutuhkan sejumlah dana yang akan digunakan untuk mebiayai persediaan tersebut.
Oleh karena barang-barang yang dibutuhkan tidak selamanya dapat diperoleh
setiap saat, tetapi melalui proses yang memerlukan tenggang waktu tertentu
untuk pengadaannya, maka setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu
jumlah persediaan yang optimum.
Adapun pengertian tentang persediaan oleh
Sofyan Assauri dalam bukunya Management Production, (1998: 7) menyatakan bahwa
produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) suatu barang atau jasa yang dibutuhkan faktor-faktor produksi.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas,
maka setiap hasil produksi mempunyai kegunaan tertentu dan dibutuhkan
faktor-faktor produksi yang mendukung kelancaran produksi tersebut.
Sedangkan menurut Mubyarto, dalam bukunya
Metodologi Penelitian, (1999: 62) menyatakan bahwa produksi itu adalah suatu
hasil yang diperoleh sebagai akibat pekerjaannya yang dapat mendukung dalam
peningkatan faktor-faktor produksi yaitu tanah, tenaga kerja dan modal.
Dari pengertian tersebut dijelaskan
sebelumnya, maka persediaan dapat diartikan sebagai barang yang diperlukan
dalam proses produksi dan yang digunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan atau
bahan yang diperoleh atau diperlukan untuk diolah kedalam rangkaian proses
produksi dan menjadi barang jadi yang dihasilkan.
Di samping hal di atas timbul masalah
lain yaitu jika perusahaan penyediaan persediaan bahan baku dalam jumlah yang
banyak lebih dari yang dibutuhkan, tentu perusahaan akan mengeluarkan sejumlah
dana untuk penyimpangan dan biaya pemeliharaan persediaan bahan baku. Oleh
karena itu perusahaan perlu menetapkan persediaan bahan baku dalam jumlah yang
optimal untuk mencapai kuantitas produk dengan biaya seminimal mungkin.
H.A. Harding dalam bukunya Production
Management (2000: 151) menyatakan bahwa persediaan meliputi semua barang dan
jasa yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan dalam proses produksi atau
memberikan jasanya.
Sedangkan Assauri dalam bukunya
Management Production, (1998: 219) memberikan definisi bahwa persediaan adalah
sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud
untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan
barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi atau pun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pengertian persediaan yang tidak
dijelaskan sebelumnya, yaitu persediaan dapat diartikan sebagai semua bahan
yang dimiliki oleh perusahaan yang menunggu penggunaannya untuk digunakan atau
untuk memperlancar kegiatan proses produksi.
Pengertian persediaan yang dimaksud
diklasifikasikan menurut jenis dan posisi bahan baku dalam urutan pekerjaan
produk, menurut Sofyan Assauri dalam bukunya Production Management, (1998: 222)
bahan baku atau barang-barang yang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan
dalam urutan proses produksi meliputi :
4
Persediaan bahan baku
(Row Material Stock)
2.
Persediaan bagian produk atau parts dibeli (Purchased Parts)
3. Persediaan bahan pembantu atau
barang-barang perlengkapan (Surplus
Stock)
5
Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work In Process/Progress Stock)
6 Persediaan barang
jadi (Finished Goods Stock)
Jadi secara umum persediaan dapat
diartikan sebagai sejumlah harta kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat
berupa sejumlah bahan baku, parts yang disediakan untuk diolah kedalam
urutan-urutan rangkaian proses produksi dan jumlah barang yang terdapat dalam
masing-masing proses yang masih memerlukan proses pengolahan lebih lanjut
pengerjaan dalam kegiatan pengerjaan bahan tersebut atau sejumlah barang jadi
disiapkan untuk memenuhi permintaan langganan setiap waktu.
Maksudnya bahwa dengan adanya persediaan
maka akan menjamin kelancaran proses produksi serta kebutuhan konsumen dapat
dipenuhi tepat pada waktunya.
Di samping itu persediaan dapat juga
mengurangi tingkat ketergantungan perusahaan terhadap supplier dan konsumen,
maksudnya bahwa pabrik dapat matang yang
berkaitan dengan perkembangan atau pemesanan kembali persediaan.
Adapun pertimbangan-pertimbangan dalam
pemesanan kebambaki bahan baku, sebagai berikut :
1.
Berapa jumlah bahan yang harus dipesan
7 Berapa besarnya
jumlah persediaan pengaman
8
Pada tingkat
persediaan berapa harus dilakukan pemesanan ulang
Chase Aquilano,
System Planning, (2000: 315) ada dua sistem pemesanan, sebagai berikut :
1.
The Fixed Order Quantity System
Sistem
ini pemesanan dilakukan jika tingkat pemesanan telah mencapai suatu batas
tertentu dengan ketentuan bahwa persediaan bahan baku cukup untuk diproduksi
dan telah diperhitungan order yang telah diterima, dimana perusahaan harus
melakukan pemesanan ulang (reorder point). Tingkat persediaan yang dimaksud
adalah sisa persediaan yang dapat menempuh kebutuhan produksi atau permintaan
selama tenggang waktu pemesanan (lead time) yaitu jangka waktu pemesanan sampai
barang diterima.
2. The
Fixed Order Period System
System pemesanan ini didasarkan pada suatu batas waktu yang telah
ditetapkan (menggunakan tenggang waktu) dengan menghitung persediaan yang ada.
Jika persediaan jumlahnya yang sangat menipis atau dengan istikah dibawah
jumlah tertentu maka,
dibutuhkan pemesanan ulang, sedang jumlah pemesanan setiap kali
pesan tidak sama volumenya karena harus disesuaikan dengan jumlah persediaan
masih tersisa.
B Pengertian
Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan mengandung
beberapa istilah yang perlu diketahui mengenai pengertian persediaan yang telah
diuraikan pada penjelasan sebelumnya. Selanjutnya akan diuraikan mengenai
pengertian sistem, pengendalian dan pengendalian persediaan.
a. Pengertian Sistem
Berikut
ini akan dikutip beberapa pendapat ahli mengenai pengertian sistem menurut H.A.
Harding, dalam bukunya Productiin Management, (1999: 26) sistem adalah
sekumpulan bagian yang mempunyai kaitan satu sama lain yang bersama-sama
beraksi menurut pola tertentu terhadap masukan dengan tujuan untuk menghasilkan
pola keikhlasan.
b. Pengertian
Pengendalian
Menurut
Sofyan Assauri, Management Production, (1998: 159) dalam hal ini pengawasan
adalah kegiatan pemeriksaan dan dasar pengendalian atas kegiatan yang telah dan
sedang dilakukan agar kegiatan dapat disesuailan apa yang diharapkan atau
direncanakan.
Dari
pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu
tehnik dan untuk mengatur pemeriksaan, pengawasan dan tindakan pencegahan serta
memperhatikan pelaksanaan kegiatan kerja untuk kemudian disesuaikan dengan
rencana realisasi pelaksanaan kerja. jadi pengendalian berfungsi untuk mencegah
mengurangi kemungkinan timbulnya penyimpangan dari apa yang telah direncanakan.
c. Pengertian
Pengendalian Persediaan
Untuk
dapat mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimun dapat memenuhi
kebutuhan bahan baku dalam jumlah yang cukup, mutu dan pada waktu yang cepat
serta jumlah biaya rendah seperti g diharapkan diperlukan suatu sistem
pengawasan persediaan.
Pengertian pengendalian
persediaan menurut Sofyan
Asssauri, dalam bukunya,
Manajemen Produksi, ( 1998 : 229
) menyatakan bahwa pengawasan persediaan merupakan salah
satu kegiatan dan urutan kegiatan-kegiatan yang berkaitan erat satu sama lain
dari seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuatu dengan apa yang telah
direncanakan terlebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya.
Untuk dapat mencapai persediaan yang
optimun, harus memenuhi beberapa syarat pengendalian persediaan, syarat-syarat
tersedianya persediaan yang optimun menurut Sofyan Assauri. Dalam bukunya
Management Production, (1998: 229), sebagai berikut :
1. Terdapatnya gudang
yang cukup luas dan teratur dengan
pengaturan tempat/barang yang tetap dan identifikasi bahan/barang tertentu.
2. Sentralisasi kekuasaan dan
tanggung jawab pada satu orang yang dapat dipercaya terutama penjaga gudang.
3. Suatu sistem
pencatatan dan pemeriksaan
atas penerimaan barang.
4.
Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang.
5. Pencatatan yang cukup teliti
yang menunjukkan jumlah yang dipesan dibagikan atau dikeluarkan dari yang
tersedia di dalam gudang.
6. Pemeriksaan
fisik bahan/barang yang ada dalam persediaan secara langsung.
9
Perencanaan untuk
menggunakan barang-barang yang lebih dikeluarkan, barang-barang yang telah lama
dalam gudang dan barang-barang yang sudah usang dari keunggulan zaman.
10 Pengecekan untuk
manajemen dapat efektifitasnya kegiatan rutin.
Persediaan atau inventory merupakan
bagian dan aktiva perusahaan yang membutuhkan investasi yang cukup besar dan
merupakan salah satu elemen utama dari modal kerja yang selalu berputar. Oleh
karena itu pihak manajemen dituntut untuk mengelola secara wajar mengenai
bagian dari aktiva tersebut.
Persediaan optimun merupakan batas jumlah
persediaan yang ekonomis yang sebaiknya dapat diadakan oleh perusahaan. Batas
persediaan optimun ini kadang-kadang tidak didasarkan pertimbangan efektivitas
dan efisiensi kegiatan perusahaan, melainkan atas dasar kemampuan perusahaan
terutama kemampuan keuangan serta kemampuan gudang yang dimiliki perusahaan
sehingga sering diadakan jumlah yang besar. Keadaan seperti ini tidak ekonomis
sehingga merugikan perusahaan karena akan terjadi penumpukan beban dan biaya
penyimpanan atas biaya pemeliharaan menjadi besar.
Untuk mencapai persediaan optimun, hal
tertentu tidak terlepas dari besar kecilnya biaya-biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan investasi yang ditanamkan dalam persediaan bahan/barang.
Pada semua situasi
ada suatu “tenggang waktu” antara menempatkan pesanan untuk penggantian persediaan
dan penerimaan dari pada barang yang masuk ke dalam persediaan. Oleh Sofyan
Assauri, Management Production, (1998: 25) tenggang waktu ini biasanya disebut
dengan delivery lead time. Setelah mengadakan pesanan untuk penggantian,
pemenuhan pesanan dari langganan harus dapat dipenuhi persediaan yang ada. Permintaan dari langganan biasanya berfluktuasi dan tidak
dapat diramalkan dengan tepat.
Maka dengan sendirinya akan ada
resiko yang tidak dapat dihindari bahwa persediaan yang ada akan habis sama
sekali sebelum penggantian datang sehingga pelayanan kepada langganan tidak
dapat dipenuhi dengan baik. Karena itu tingkat pelayanan ini harus
dipertahankan dengan menciptakan suatu safety stock yang akan menampung setiap
penyimpanan selama lead time.
Menurut Sofyan Assauri,
Management Production,(1998: 114) dalam hubungan dengan persediaan pengamanan,
yang dimaksud dengan persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan
tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (stock-out).
Berdasarkan pengertian
persediaan pengaman, maka sehubungan dengan kebijaksanaan pengendalian
persediaan bahan mentah yang dilakukan oleh PT Katingan Timber Company Makassa,
maka persediaan pengaman (safety stock) ini perlu diperhatikan oleh karena :
4
Kemungkinan
terjadinya kekurangan bahan mentah, karena pemakaian yang lebih besar dari
perkiraan semula.
5 Keterlambatan
dalam penerimaan bahan mentah yang dipesan
C Metode
Pengendalian Persediaan
Biaya-biaya
persediaan yang dikeluarkan sehubungan dengan pengadaan persediaan untuk
memenuhi permintaan konsumen sesuai dengan pesanan menurut Chase Aquilano dalam
bukunya Management Production, (2000: 314) membagi dalam beberapa bagian, yaitu
:
1. Holding costs (carrying costs) atau biaya penyimpanan yaitu biaya-biaya yang
timbul sehubungan dengan adanya penyimpanan persediaan. Besarnya biaya ini
berubah-ubah adakalanya berubah-ubah disebabkan kegiatan pada perusahaan yang
dapat disesuaikan dengan besar kecilnya persediaan yang disimpan.
Penentuan besarnya biaya ini didasarkan
kepada presentase nilai rupiah dari persediaan, yang termasuk dalam biaya ini
adalah biaya perdagangan (biaya sewa gudang atau biaya penyimpanan), biaya
fasilitas pergudangan, biaya pemeliharaan (manitenance), biaya asuransi
kerugian atas pencurian, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya penyusutan
serta biaya pajak yang dianggap pengeluaran.
2. Production changer cost (setup costs), yaitu biaya-biaya yang timbul karena terjadinya
penambahan, pengurangan fasilitas produksi sebagai akibat persediaan yang ada
tidak sesuai dengan kebutuhan produksi dan penjualan pada suatu saat yang
termasuk dalam production change costs seperti biaya lembur, biaya
pemberhentian, biaya pelatihan/training serta biaya pengangguran. Umumnya
biaya-biaya pengadaan persediaan ini sulit ditentukan jumlahnya untuk satu
periode produksi sehingga dimasukkan ke dalam setup costs.
3. Ordering costs, yaitu biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan adanya pemesanan bahan baku hingga sampai ke dalam gudang
perusahaan. Biaya ini besarnya tergantung pada frekuensi pemesanan, yang
termasuk dalam biaya ini adalah biaya administrasi, biaya pembelian dan
pemesanan biaya pengangkutan dan bongkar muat biaya penerimaan serta biaya
pemeriksaan.
4. Shortage costs, yaitu biaya yang dikeluarkan
sebagai akibat dari jumlah persediaan yang lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah kebutuhan untuk proses produksi sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan konsumen. Dalam keadaan demikian akan melakukan pemesanan mendadak
yang mengandung banyak resiko seperti kerusakan bahan sehingga harus dikirim
kembali enggan mengeluarkan biaya tambahan.
Kebijaksanaan permintaan pengadaan bahan
baku material merupakan bagian dari kepentingan beberapa manager dalam suatu
perusahaan. Manajemen investasi atau persediaan tidak hanya berhubungan dengan
manager pembelian melainkan juga berhubungan dengan manager keuangan
Manager pembelian cenderung untuk
berorientasi pada pembelian dalam jumlah yang besar untuk memperoleh discount
atau potongan dari supplier. Begitu pula manager produksi ingin mempertahankan
jumlah persediaan yang besar untuk menjamin kelancaran proses produksi.
Sedangkan manager financial, mempertahankan pembelian dalam jumlah yang kecil
demi efisiensi penggunaan dana.
Untuk lebih jelasnya pengertian Economic
Order Quantity oleh Sofyan Assauri, Management Production, (1998: 176)
menyatakan bahwa dalam menentukan kebutuhan untuk menghasilkan sejumlah barang
jadi yang direncanakan untuk suatu periode tertentu.
Pengendalian bahan baku merupakan bagian
dari pada kepentingan beberapa manager dalam suatu perusahaan. Hal ini penting
untuk menjaga agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan karena dapat memenuhi para langganan atau konsumen.
Demikian pada terlalu banyaknya
persediaan walaupun hal ini mempunyai kebaikan terhadap kelancaran proses
produksi, akan tetapi menimbulkan biaya penyimpanan yang terlalu besar dan
dapat menimbulkan kerugian karena kemungkinan kerusakan persediaan yang
berlebihan tersebut.
Aktiva keseluruhan dan kekurangan inilah
diperlukan yaitu tersedianya jumlah persediaan yang ekonomis. Hal ini dapat
terlaksanan bila dalam melakukan sistem pemesanan yang ekonomis disebut
“Economic Order Quantity”, dalam menghitung economic order quantity ini
dipertimbangkan 2 (dua) jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu :
1. Biaya pemesanan, yaitu biaya-biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan baku. Biaya ini
berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi
pemesanan semakin tinggi pula biayanya, sebaliknya biaya ini berbanding
terbalik dengan jumlah/kuantitas setiap kali pesanan berarti akan semakin
rendah tingkat frekuensi pemesanan.
2.
Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
kegiatan penyimpanan bahan baku yang telah dibeli. Biaya ini berubah-ubah
sesuai dengan jumlah bahan baku yang dipesan. Makin besar bahan baku yang
dipesan akan semakin besar pula biaya penyimpanannya dengan biaya pemesanan.
D Pengertian Reorder
Point
Reorder point pada suatu perusahaan
memang sangat penting, karena reorder berarti memperhatikan kembali, lebih
jelasnya Suad Husnan, dalam bukunya Pembelanjaan Perusahaan, (2001 : 69)
mengatakan reorder point adalah saat yang tepat dimana persediaan dilakukan
kembali.
Apabila tenggang waktu antara saat
perusahaan memesan dan barang tersebut datang biasanya disebut lead time sama
dengan nol, maka pada saat jumlah persediaan sama dengan nol pada saat itulah
dilakukan pemesanan.
Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan (2004 : 73) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan reorder point
adalah saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan serupa, sehingga
kedatangan atau penerimaan material yang
dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan atas safety stock sama dengan
nol.
Dengan demikian, diharapkan datangnya
material yang dipesan tidak akan
melewati waktu sehingga akan melanggar
safety stock. Apabila pesanan dilakukan sesudah melewati reorder point,
maka material yang dipesan akan diterima setelah perusahaan terpaksa mengambil
material dari safety stock.
Dengan penentuan/penetapan reorder point
diperhatikan faktor-faktor, sebagai berikut :
1. Procurement lead time, yaitu penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang.
2. Besarnya safety
stock, dimaksudkan dengan
pengertian "procurement lead
time" adalah waktu dimana meliputi saat dimulainya usaha-usaha yang
diperlukan untuk memesan barang sampai barang/material diterima dan ditempatkan
dalam gudang penugasan.
Reorder point dapat ditetapkan dengan
berbagai cara antara lain :
4 Menetapkan jumlah
penggunaan selama "lead time" ditambah prosentase tertentu, misalnya
ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama "lead
time"-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan material setiap minggunya
adalah 40 Unit, maka Reorder point = (5 x 40) + 50 % (5 x 40) = (200 + 100) =
300 unit.
5 Dengan menetapkan
penggunaan selama "lead time" dan ditambah dengan penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock
misalnya kebutuhan selama 4 minggu, maka Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40) =
200 + 160 = 360 unit.
Apabila
pesanan baru dilakukan
sesudah persediaan tinggi 300
unit ini berarti bahwa pada saat barang yang dipesan darang, perusahaan
terpaksa sudah mengambil material dari safety stock sebesar Rp. 60 unit. Pada
waktu barang yang dipesan datang persediaan dalam gudang tinggal 100 unit
(yaitu 300 - 200) padahal safety stock sudah ditetapkan sebesar 100 unit.
E Persediaan Pengaman
(Safety Stock)
Persediaan pengaman pada semua situasi
ada suatu "safety stock" antara menempatkan pesanan untuk penggantian
persediaan, penerimaan dari pada barang yang masuk kedalam persediaan. Oleh
Sofyan Assauri, Management Production (2000: 25) Tenggag waktu ini biasanya
disebut dengan delivery lead time. Setelah mengadakan pesanan untuk
penggantian, pemenuhan pesanan dari langganan harus dipenuhi persediaan yang
ada. Permintaan dari langganan biasanya berfluktuasi dan tidak dapat diramalkan
dengan tepat kecuali jika ada kesepakatan sebelumnya dan tidak melebihi
permintaan yang telah disepakati bersama.
Safety stock disini sudah tertanggar.
Apabila pesanan dilakukan pada waktu persediaan sebesar 300 unit maka pada
waktu barang yang dipesan datang persediaan gudang masih 160 unit (yaitu 360 -
200), persis sama besar nya dengan besarnya safety stock, yang berarti safety
stock tidak tertanggar.
Persediaan pengaman dengan sendirinya
akan ada resiko yang tidak dapat di hindari bahwa persediaan yang ada akan
habis sama sekali sebelum penggantian datang sehingga pelayanan kepada langanan
tidak dapat dipenuhi dengan baik. Karena tingkat pelayanan ini
harus dipertahankan dengan menciptakan suatu Safety stock yang akan menampung setiap penyimpanan
selama lead time.
Menurut Sofjan Assauri, Management
Production, (2000 : 114) pengertian tentang safety stock, yaitu yang dimaksud
dengan persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan
(stock-out).
Perencanaan persediaan bahan baku yang
telah diperhitungkan, namun sering persediaan bahan baku tersebut tidak
mencukupi karena sering meloncatnya persediaan hasil produksi perusahaan
ataukah persediaan tersebut mengalami rusak atau tidak memenuhi standar
industri untuk memenuhi permintaan konsumen.
Berdasarkan pengertian di atas, sebagai
bahan baku tambahan apabila persediaan yang telah disiapkan menitis, maka
tambahan baku merupakan tambahan dapat juga digunakan untuk menjaga
kesinambungan pekerjaan. Sehubungan dengan kebijaksanaan pengendalian
persediaan bahan mentah yang dilakukan oleh Perusahaan PT Katingan Timber
Company Makassar, persediaan pengaman
(safety stock) perlu diperhatikan karena :
1. Kemungkinan terjadinya kekurangan bahan mentah, oleh karena pemakain yang lebih besar dari perkiraan
semula.
2. Keterlambatan
dalam penerimaan bahan mentah yang dipesan.
DAFTAR PUSTAKA
Amrine,
H,T. R, J. A, and Hulley, D.S, 1999, Manufacturing
Orghanization and Management, Second Edition, New Delhi, Prentice-Hall of India, Private Limited.
Assauri,
S, 1998, Management Production,
Lembaga Penerbit Fakultas Universitas Indonesia, Jakarta.
Chase,
R, S, and Nicolas, Aquilano, J, 2000, Fourth Edition, Production and
Operation Management, Hims Illinois, Richard D. Irwin.
Harding,
H.A, 2000, Production Management,
Second Edition, London, McDonald and Evans Limited.
Husnan,
S, 2001, Pembelanjaan Perusahaan,
Edisi Keempat, Cetakan Kelima, Badan Penerbit Aksara Baru, Jakarta.
Mubiyarto
dan Suratno M, 1999, Methodologi
Penelitian Ekonomi, Yayasan Agro Ekonomika, Bandung.
Riyanto,
B, 1999, Dasar-Dasar Pembelanjaan
Perusahaan, Edisi Kedua, Cetakan
Kelima, UGM, Yogyakarta.
Winardi, 2002, Capita Selecta, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Alumni, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar