A. Pengertian
Pelayanan
Istilah pelayanan sering diikuti
dengan kata jasa, karena pelayanan lebih bersifat operasional yang umpan
baliknya berupa penghasilan, sedangkan jasanya adalah perbuatan atau kinerjanya
dari yang memberikan pelayanan.
Kata pelayanan
sudah mencakup unsur atau orang dan tata cara, sehingga pelayanan sebagai suatu
bentuk pekerjaan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang membutuhkan
pelayanan,berarti ada pula unsur prestasi atau hasil yang diperlihatkan.
Ini sesuai dengan
apa yang dikatakan Abdul Rahman (2000 : 211)
menyatakan bahwa Pelayanan adalah suatu pekerjaan atau prestasi yang
dikorbankan atau dilakukan atau dilakukan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan-kebutuhan orang lain atau untuk memenuhi permintaan yang ada.
Pelayanan menurut
Abdul Rahman, Manajemen Pelayanan Mutu (2000: 201) nampak adanya suatu
perbuatan aktivitas yang diberikan seseorang kepada orang lain diakibatkan
adanya kebutuhan, dimana pemberian aktivitas tersebut mengandung nilai ekonomi
sebagai sesuatu yang dikorbankan dengan harapan adanya umpan balik berupa nilai
uang sebagai penghasilan.
Jadi jelas, bahwa
pelayanan tergantung pada dua hal,pertama adalah yang memberikan pelayanan,
dimana dalam aktivitasnya berupaya menciptakan suatu pekerjaan yang bermamfaat
bagi yang membutuhkan nya.Kemudian kedua adalah pihak yang dilayani,dimana
dapat merasakan daripada apa yang menjadi kebutuhannya.untuk itu pelayanan
mengandung unsur manusia dan tata cara,seperti yang dikemukakan oleh Poerwadarminta
(2001:213) bahwa ”Pelayanan adalah
perihal atau cara melayani”.
Pelayanan yang menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan, maka biasanya
yang memberikan penyediaan sarana,misalnya yang dilakukan oleh Peurm Pegadaian
Wilayah Utama Makassar yang bergerak dibidang jasa,salah satunya adalah jasa
pelayanan fasilitas kredit ,dimana pengguna jasa diberikan suatu tempat atau
fasilitas kredit. Khusus untuk menyelenggarakan kegiatan bongkar muat dengan harapan
supaya kegiatan bongkar muat dapat berjalan lancar.
Sementara
pelayanan dihubungkan dengan penyelenggaraan pemerintah, peleyanan mempunyai
beberapa beberapa bentuk yang menurut Muh.Yunus (1998: 187) adalah:
a. Pelayanan umum (public service)
b. Pelayanan mengandung nilai (public utility)
c. Pelayanan
untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha
masyarakat.
Pelayanan umum
sifatnya berdasarkan undang–undang atau peraturan dan mau tidak mau harus
dilaksanakan,seperi pelayanan KTP dan sertifikat tanah.Kemudian pelayanan yang
mengandung nilai kebersamaan antara masyarakat dengan yang menyediakan
pelayanan,seperti pelayanan air minum (air bersih), dimana masyarakat ikut
bertanggung jawab didalamnya melalui pembayaran iura.sementara pelayanan
menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha masyarakat biasanya pelayanan yang
diberikan pemerintah dalam bentuk penyuluhan,sarasehan dan sekaligus memberikan
bantuan.
B. Pengertian
Kepuasan Konsumen
Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya
terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam rangka
pelayanan tamu pada pilihannya mengenai
produk apa yang disajikan kepada perusahaan. Faktor-faktor yang sering
mempengaruhi kepuasan konsumen antara lain pelayanan, dan service dalam hal ada
bagian pemasaran dipandang oleh para pengunjung yang secara potensial dapat
menerima dengan baik dari segala produk yang akan dipasarkan.
Melakukan suatu kajian atau studi
terhadap kepuasan konsumen sebagai
kepuasan pembeli dalam memainkan peran untuk meningkatkan volume penjualan,
akan diperoleh suatu petunjuk yang konkrit mengenai perlu tidaknya perusahaan
melakukan perluasan dan penyebaran produk-produk yang telah disesuaikan dengan
permintaan konsumen dengan selera masa kini.
Sehubungan dengan hal ini maka Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran (2001
: 12) dalam tulisannya mengemukakan bahwa dengan mengkaji kepuasan konsumen
tersebut, perusahaan dapat mengetahui diagnosa tentang siap dan apa serta
bagaimana kebenaran mengenai service dan pelayanan yang berkualitas. Hasil
pengkajian tentang perilaku konsumen tersebut digunakan oleh perusahaan untuk
menentukan perlu tidaknya perusahaan merubah strategi pemasaran yang diterapkan
perusahaan.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa
aspek kepuasan konsumen perlu
mendapatkan perhatian dari unsur manajemen perusahaan, saat mana perusahaan
yang bersangkutan akan merencanakan untuk mempertahankan posisinya seagai
produk. Meskipun terdapat banyak faktor yang memungkinkan suatu perusahaan,
namun masalah produk perlu mendapatkan
perhatian yang cukup serius, khususnya
bagi pembeli yang menjadi salah
satu prioritas utama pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan relatif
tinggi.
Secara lebih konkret dapat dikemukakan
bahwa unsur kepuasan konsumen dalam pembelian barang, pada dasarnya
mencerminkan tanggapan atau respon mereka terhadap berbagai rangsangan konsumen.
Tanggapan atau respon tersebut terutama
terlihat melalui berbagai bentuk
pewadahan jasa produk, daya tarik advertensi dan unsur lainnya yang berdampak
secara psikologi bagi konsumen serta sosial budaya.
Meskipun adanya kebebasan bagi konsumen untuk
dapat menentukan pilihannya dalam menentukan kebutuhannya suatu produk-produk perusahaan
mana saja, namun dalam kenyataan ini konsumen senantiasa dibatasi oleh berbagai
variabel yang secara kualitatif berkembang dalam lingkungan dimana ia berada. Variabel-variabel tersebut adalah nilai sosial merupakan
kemasyarakatan yang senantiasa berkembang, seperti dengan menjamurnya penjualan
minuman keras dengan berbagai mereknya yang tentu saja hal ini bertolak
belakang dengan nilai religius yang dianut oleh berbagai pemeluk agama yang ada
disekitarnya.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
Perilaku konsumen
dalam meningkatkan minat konsumen sebagai
salah satu bagian daripada peningkatan volume penjualan, Agus Maulana, (2003 : 157) mengemukakan bahwa strategi
pemasaran adalah pernyataan pokok tentang dampak yang diharapkan akan dicapai
dalam hal permintaan pada pasar mempunyai target tertentu. Peningkatan
pemasaran mengharuskan para manager untuk memuasatkan perhatian pada empat
tugas untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan :
1. Analisis
kesempatan pasar
2. Pemilihan pasar
sasaran
3. Pengembangan
bauran pemasaran
4. Manajemen
pemasaran
Philip Kotler, dalam bukunya
Manajemen Pemasaran, (2002: 96) menyatakan bahwa yang mempengaruhi perilaku
konsumen adalah logika pemasaran dan berdasarkan hal itu, unit bisnis
diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Perilaku konsumen
terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran dalam hubungannya
dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan dalam
pemasaran.
Kalau Sofyan Assauri, (2002: 15)
menerangkan bahwa peningktan perilaku konsumen adalah sebagai usaha untuk
menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang
tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan kondisi
komunikasi yang tepat.
Berdasarkan uraian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku
konsumen merupakan serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang
memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu, pada
masing-masing angkatan dan acuan serta alokasinya, utamanya sebagai tanggapan
dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah-ubah
setiap saat.
Oleh karena itu penentuan strategi
pemasaran harus didasarkan atas analisa lingkungan eksternal dan internal
perusahaan, serta analisa kesempatam dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari
lingkungan. Di samping itu perilaku konsumen
yang telah ditetapkan dan dijalankan harus dinilai kembali, apakah
sesuai dengan keadaan dan kondisi pada saat ini ataukah telah harus mengalami
perubahan-perubahan dengan menerapkan strategi pemasaran lain dengan
memungkinkan kondisi pemasaran yang diharapkan.
Simorangkir, (2004 : 48) memberikan
definisi tentang perilaku konsumen adalah merupakan suatu keputusan terpadu
(marketing mix) yang diteliti keseimbangannya dan diberikan identitasnya yang
jelas agar sasaran tercapai dan dapat meningkatkan usaha kecil.
Beberapa definisi di atas, bahwa
strategi pemasaran memang perlu ditetapkan, agar produk yang akan dilemparkan
ke pasar tidak lagi memili sasaran yang akan dicapai, tetapi yang terpenting,
yaitu :
1. Produk yang akan
dipasarkan telah dikenal oleh masyarakat umum yang disertai dengan penyuluhan.
2. Lokasi dimana perusahaan berproduksi tidak menyulitkan
bagi konsumen. Untuk
mendapatkan kredit.
3. Kualitas produk
terjamin dan telah mendapat pengakuan dari masyarakat umum.
4. Sumber daya
manusia yang digunakan sebagai tenaga kerja sudah terdidik dan terlatih,
sehingga tidak dikhawatirkan lagi tentang service dan pelayanan kepada konsumen
tidak diragukan lagi.
5. Dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen.
D. Mengukur dan
Meramal Tingkat Permintaan Konsumen
Dalam pelaksanaan usaha pemasaran,
semua perusahaan yang bergerak secara ekspansi memerlukan suatu rangkaian mekanisme kerja sehingga produk yang
ditawarkan di pasar dapat bertahan lama.
Konteks ini sebenarnya berkaitan erat dengan upaya manajemen untuk dapat
mempertahankan periode pertumbuhan dan tahap kedewasaan atas produk yang
ditawarkannya di pasar sasaran.
Pada setiap jenis
pengukuran permintaan, mempunyai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, sebuah
perusahaan dapat membuat suatu ramalan jangka pendek mengenai adanya permintaan
total akan suatu jenis produk untuk dijadikan sebagai dasar dalam pemesanan
bahan-bahan baku, kegiatan perencanaan produksi dan penjadwalan pembiayaan
yang bersifat jangka pendek. Meskipun
demikian, ramalan jangka panjang adalah sama pentingnya untuk dapat
dilaksanakan perusahaan, manakala perusahaan yang bersangkutan melayani
sejumlah konsumen regional dan juga yang berskala nasional.
Konteks ini penting artinya kepentingan
perluasan pasar (market area) yang sehingga membawa manfaat jangka panjang bagi
kelangsungan usaha pemasaran perusahaan.
Philip Kotler, (2001: 98) mendefenisikan
mengenai permintaan pasar, seperti di kutip berikut ini permintaan pasar untuk
suatu produk adalah keseluruhan volume yang akan dibeli oleh sekelompok
konsumen tertentu, dalam daerah geografis tertentu, dalam waktu singkat
tertentu dan dalam lingkungan pemasaran tertentu, dibawah tingkat dan ramuan
upaya pemasaran industri tertentu.
Hal yang penting untuk
disadari oleh manajemen adalah mengenai jumlah keseluruhan permintaan
pasar. Konsep ini menekankan bahwa suatu jumlah produk yang tetap diminati konsumen, bukanlah merupakan suatu jumlah
yang absolut, melainkan suatu fungsi-fungsi dari adanya kondisi tertentu yang
salah satu diantaranya adalah tingkat dan ramuan upaya upaya pemasaran industri
(mix of industri marketing effort).
Adapun yang lainnya adalah kondisi
obyektif yang berkembang dalam lingkungan eksternal, seperti adanya
kebijaksanaan pemerintah yang menetapkan tingkat harga untuk jenis produk
tertentu, serta penentuan yang berkenan dengan areal pemasaran barang yang
bersangkutan. Suatu peramalan penjualan dan
permintaan konsumen sangat diperlukan dalam setiap sesion perencanaan usaha
pemasaran.
Seorang manajer pemasaran yang dalam pekerjaannya
diharapkan berinteraksi dengan manajer bidang produksi, diharapkan dapat
menentukan suatu angka estimasi yang mana hal ini sangat berguna untuk menetuka
kuota produksi, kegiatan dalam bidang perencanaan promosi, serta dapat
dijadikan sebagai pedoman baku dalam konteks pengembangan produk.
Ketepatan ramalan penjualan akan dapat
berkurang disaat mana pada periode pengukuran dan data-data yang diperlukan
dalam melakukan estimasi, sangat minim diperoleh manajemen. Dalam hubungan ini,
biasanya ramalan penjualan dibuat dalam periode triwulan dan tahunan serta
terdapat diantaranya yang meliputi
jangka waktu lima tahun, dimana periode ini mencerminkan adanya suatu
jangkauan yang dibuat secara terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran.
Dengan
demikian, jika perusahaan hanya
memiliki data historis selama periode triwulan
berarti ramalan yang dilaksanakan hanya meliputi triwulan semata, sedangkan jika datanya tahunan, maka ramalan yang dibuat
juga dalam jangka waktu tahunan.
Demikian pentingnya arti peramalan ini,
maka setiap usaha yang diarahkan untuk menelaah besarnya volume penjualan pada
waktu yang akan datang, diperlukan berbagai judgement atau pendapat yang dapat
dalam bentuk pendapat manajer, salesman, serta melalui peralatan analisis
tertentu.
Hubungan ini, Basu Swasta DH dan Irawan, (2002:
234) telah menetapkan mengenai perangkat yang digunakan untuk kegiatan
peramalan, yakni :
1) Pendapat
manajer
2) Pendapat
salesman
3) Modal matematis
4) Survei niat
pembeli
5) Metode regresi.
Pentingnya pendapat manajer
dimasukkan dalam usaha estimasi tingkat penjualan, dimungkinkan oleh karena
para manajer memiliki seni berfikir yang levalnya tidak dapat diamankan begitu
saja dengan karyawan lainnya. Umumnya dianggap bahwa para manajer tesebut
memiliki tingkat kualifikasi tertentu, seperti daya analisis yang tajam, serta
dengan pengalaman yang relatif besar.
Metode peramalan penjualan dengan
melibatkan pendapat dikemukakan oleh para salesman, maka juga dipandang
strategis artinya karena umumnya para
salesman tersebut dapat mengetahui minat
dan daya tarik dari para konsumen sehingga
mereka mengkonsumsi barang. Dalam
hubungan ini, para salesman dianggap sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan
usaha pemasaran perusahaan, sehingga perannya tidak dapat diabaikan begitu saja
dalam proses menyukseskan usaha pemasaran produk perusahaan.
Selanjutnya, metode peramalan dengan
jalan mengadakan survei niat pembeli dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang jumlah dan jenis produk yang diharapkan dapat dikonsumsi oleh konsumen
akhir atau para pemakai. Dalam hubungan ini maka dapat di buat suatu estimasi mengenai permintaan
suatu produk secara keseluruhan dengan jalan menanyakan secara langsung kepada
para konsumen mengenai kebutuhannya akan produk perusahaan.
Metode peramalan dengan menggunakan
peralatan analisa seperti model matematis, analisis time series serta metode
regresi sederhana, dimaksudkan sebagai salah satu upaya yang dilakukan manajemen guna mengukur tingkat permintaan
produk yang dilakukan dengan menyediakan sejumlah data kuantitatif.
Biasanya, dengan menggunakan
peralatan analisis statistik akan dapat diketahui besarnya volume penjualan
pada masa yang akan datang, di mana penggunaan peralatan analisis statistik
akan dapat diketahui besarnya volume penjualan pada masa yang akan datang,
dimana penggunaan analisis kuantitatif tersebut mengabaikan berbagai variabel
eksternal yang secara kualitatif tidak diukur perubahannya selama melaksanakan
usaha pemasaran.
E. Pengertian
Perilaku Konsumen
Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya
terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi para konsumen dalam rangka
menentukan pilihannya mengenai produk apa yang dikonsumsinya. Faktor-faktor
tersebut antara lain tingkat pendapatan, pendidik-an dan status sosial yang disandang oleh para
konsumen yang secara potensial akan mengkonsumsi barang yang akan dipasarkan
diperusahaan. Ketiga faktor ini akan turut berpengaruh bagi perilaku konsumen
sehingga perusahaan perlu mengkajinya, sehubungan dengan upaya perusahaan
didalam meningkatkan volume penjualan.
Melakukan suatu kajian atau studi terhadap perilaku konsumen dalam memainkan peranan untuk
meningkatkan volume penjualan barang, akan diperoleh suatu petunjuk yang konkret
mengenai perlu tidaknya perusahaan melakukan perluasan dan penyebaran produk-produknya dipasar yang
telah disesuaikan dengan perilaku konsumen.
Sehubungan dengan hal ini maka Sofyan
Assauri (2001: 12) dalam tulisannya mengemukakan bahwa dengan mengkaji perilaku
konsumen tersebut, perusahaan dapat mengetahui diagnosa tentang siap dan apa
serta bagaimana kebenaran mengenai pemakaian suatu produk. Hasil pengkajian
tentang perilaku konsumen tersebut digunakan oleh perusahaan untuk menentukan
perlu tidaknya perusahaan merubah strategi pemasaran produknya.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa
aspek perilaku konsumen perlu mendapatkan perhatian dari unsur manajemen
perusahaan, saat mana perusahaan yang bersangkutan akan merencanakan untuk
mempertahankan posisinya dipasar. Meskipun terdapat banyak faktor yang memungkinkan
suatu perusahaan untuk mem-pertahankan posisinya dipasar, namun masalah
perilaku konsumen ini perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius,
khususnya bagi barang-barang industri yang pangsa pasarnya berada pada kalangan
masyarakat yang berpenghasilan relatif tinggi.
Secara lebih konkret dapat
dikemukakan bahwa unsur perilaku
konsumen dalam pembelian barang, pada dasarnya mencerminkan tanggapan
atau respon mereka terhadap berbagai rangsangan pemasaran. Tanggapan atau
respon tersebut terutama terlihat melalui berbagai bentuk pewadahan produk,
harga, daya tarik advertensi dan unsur lainnya yang berdampak secara psikologi
bagi konsumen serta sosial budaya.
Mengenai perlunya perusahaan menelaah
mengenai perilaku konsumen tersebut,
maka perlu adanya perincian mengenai dimensi penting dari unsur prilaku
konsumen. Sehubungan dengan konteks ini, maka Yanti B. Sugarda (2000: 214)
membedakan adanya tiga dimensi perilaku konsumen dalam konteks pembelian suatu
produk, dimana dimensi-dimensi tersebut meliputi :
1. Dimensi
cognitif (pikiran)
2. Dimensi
effective (perasaan)
3. Dimensi
conative (perbuatan)
Komponen cognitive merupakan elemen
rasional yang dipergunakan dalam proses penelaahan secara mental mengenai
adanya perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang. Konponen efektive merupakan
elemen emosional serta adanya unsur perasaan yang secara alamiah berada pada
setiap individu yang akan mengkonsumsi barang. Komponen conative merupakan
suatu kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan sehingga konsumen akan melakukan pembelian terhadap
produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar.
Meskipun adanya kebebasan bagi konsumen
untuk dapat menentukan pilihannya dalam mengkonsumsi suatu produk-produk
industri yang mana, namun dalam kenyataannya ini konsumen senantiasa dibatasi
oleh berbagai variabel yang secara kualitatif berkembang dalam lingkungan
pemasaran. Variabel-variabel tersebut adalah nilai sosial merupakan
kemasyarakatan yang senantiasa berkem-bang, seperti dengan menjamurnya
penjualan minuman keras dengan berbagai mereknya yang tentu saja hal ini
bertolak belakang dengan nilai religius yang dianut oleh berbagai pemeluk agama
yang ada disekitarnya.
Untuk kepentingan penelaahan seperti ini,
perusahaan semakin dituntut untuk mencermati kondisi sosial masyarakat
yang sedang berkembang. Implisit di
dalamnya adalah orientasi tingkah laku konsumen atau masyarakat yang tidak
mungkin dilakukan suatu proses sosialisasi dalam usaha menyukseskan
kegiatan pemasaran.
Dengan demikian, unsur tingkah laku manusia
dalam memilih dan mengkonsumsi barang dan jasa, juga akan dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial budaya dan nilai religius yang dianut oleh masyarakat yang
bersangkutan. Hal ini tentu saja membawa implikasi yang penting artinya
dicermati oleh perusahaan-perusahaan yang dalam kegiatannya mempro-duksi
sejumlah produk yang akan di pasarkannya kepada mas-yarakat tersebut. Secara
konkret, persoalan perilaku tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya yang masih
dijunjung tinggi masyrakat, sehingga perusahaan perlu melakukan tindakan yang
bersifat hati-hati guna menghindari kemungkinan terjadinya dampak yang dapat
merugikan proses kelangsungan usaha pemasaran yang dijalankannya.
Derajat pengaruh perilaku
konsumen terhadap usaha pemasaran yang
dilaksanakan perusahaan, akan sangat ditunjang oleh besarnya kaitan
barang dan jasa yang ditawarkan di pasar, serta
dengan nilai-nilai budaya dan
standar normatif dari komunitas,masyarakat dan sejumlah pranata sosial yang
melembaga dalam sistim sosial
ke masyarakat setempat. Unsur
ini, selain unsur-unsur lainnya adalah sama pentingnya untuk dijadikan sebagai
salah satu rujukan di dalam menetapkan strategi pemasaran perusahaan.
F. Pengertian
Pemasaran
Sebagaimana diketahui bahwa pemasaran ialah
bagaimana cara meningkat volume penjualan hasil produksi, kalau mutu dan
kualitas terjamin tidak mengalami suatu hambatan dalam menembus pemasaran sebab
hasil produksi bisa bersaing.
Dalam membicarakan pengertian pemasaran
kita harus melihat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pemasaran
karena dalam memberikan definisi pemasaran kita sering menjumpai beberapa
penafsiran yang dapat memberikan estimasi cara meningkatkan volume penjualan
sesuai dengan titik pandang masing-masing ahli. Pada dasarnya prinsip-prinsip
ini secara umum definisi tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu
bahwa kegiatan atau aktivitas pemasaran barang dan jasa bukan hanya sekedar
kegiatan menjual barang/jasa tetapi lebih luas dari pada itu.
Menurut Philip Kotler (2002 : 112) Sehubungan
dengan hal tersebut di atas, maka pemasaran berarti suatu aktivitas atau
kegiatan manusia berlangsung dalam kaitannya jual beli di pasar, atau berarti
bekerja dengan pasar untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan
pokok yang dilaksanakan dalam
mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan dengan
tujuan untuk memperoleh laba. Berhasil tidaknya pencapaian
tujuan tersebut tergantung bagaimana memasarkan
suatu produk itu sendiri sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai.
Pemasaran merupakan suatu proses pemilihan,
pasar mana yang akan kita masuki, produk apa yang kita pasarkan, berapa harga
yang kita tetapkan serta distributor mana yang akan kita gunakan. Oleh sebab
itu, maka sasaran yang ingin dicapai perusahaan adalah untuk volume peningkatan
penjualan Dalam hal ini bukan semata-mata didasarkan pada selera dan pemenuhan
keinginan di dalam memasarkan produknya agar supaya produk yang ditawarkan itu
dapat terjual.
Untuk memperjelas pengertian pemasaran ini,
maka dikutip oleh beberapa para ahli Sarjana menurut Sofyan Assauri, (2001: 2),
menyatakan bahwa, pemasaran adalah untuk menyediakan dan menyampaikan barang
dan jasa tepat pada orang, pada tempatnya dan waktu serta harga yang tepat
dengan promosi dan komunikasi yang tepat.
Selanjutnya, W.S Stanton, (2000 : 4),
mengemukakan bahwa pemasaran adalah stau sistem dari keseluruhan kegiatan yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosi kan dan mendistribusikan barang dan jasa
yang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.
Kalau kita menelaah lebih lebih jauh
didifinisikan tersebut, maka pada dasarnya pemasaran merupakan suatu sistem
yang terkait untuk membuat perencanaan, penentuan harga, melaksanakan promosi,
mendistribusikan barang dan jasa dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan
keinginan para konsumen.
Sedangkan Winardi, (2002 : 10) mendefinisikan bahwa pemasaran
adalah pelaksanaan aktivitas dunia usaha yang mengamati arus benda-benda serta
jasa-jasa pada produsen ke konsumen atau pihak yang menggunakannya.
Dari definisi tersebut di atas menunjukkan
bahwa pemasaran adalah semua kegiatan proses pemindahan barang atau jasa dari
pihak produsen ke pihak konsumen dengan menggunakan suatu keseluruhan
distribusi dalam rangka memperlancar
arus pertukaran barang atau jasa tersebut.
Alex
S. Nitisemito, (2000: 13), memberikan pengertian tentang pemasaran yaitu
pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang
dan jasa dari produsen kekonsumen secara efisien dengan maksud menciptakan
permintaan yang efektif.
Sedangkan
Philip Kotler (2002 : 5) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses
sosial yang memberikan kepada individu atau kelompok, apa yang mereka butuhkan,
inginkan dan ciptakan serta menukarkan produk-produk dan nilai dengan individu
dan kelompok lainnya.
Salah
satu kegiatan manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan adalah
melakukan suatu proses pertukaran, jadi dengan demikian dapat diketakan bahwa
pemasaran diciptakan oleh para penjual dan pembeli atau lebih dikatakan bahwa
pemasaran diciptakan oleh para produsen dan konsumen dalam upaya memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang jumlahnya tidak terbatas. Jelas bahwa antara produsen
dan konsumen senantiasa beberapa untuk mencari kepuasan dengan cara meraih
keuntungan, sedangkan dalam pihak para konsumen memenuhi kebutuhan prestasi
pemilikan barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen.
Dengan memperhatikan beberapa definisi
pemasaran yang jelas dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan
pertukaran serta usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana
strategis yang diarahkan pada pemasaran kebutuhan dan keinginan konsumen, guna
mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
G. Pengertian
Penjualan
Sebenarnya
laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan pencerminan diri usaha-usaha
perusahaan yang memberikan kepuasan konsumen. Untuk mencapai hal itu,
perusahaan harus dapat menyediakan dan menjual barang atau jasa yang paling
sesuai menurut konsumen dengan harga yang dapat dijangkau tetapi tidak
merugikan produsen artinya dengan harga yang layak.
Dengan demikian, sasaran perusahaan dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut serta untuk mencapai tujuan sebagai unit
usaha adalah meningkatkan volume penjualannya, karena penjualan adalah sumber
pendapatan bagi perusahaan.
Pengertian penjualan berarti bahwa
menyerahkan barang atau jasa aktivitas lainnya dalam suatu periode dengan
membebankan suatu jumlah tertentui pada langganan/ konsumen atau pembeli/
penerima barang atau jasa.
Penjualan barang dagangan oleh sebuah
perusahaan dagang biasanya hanya disebut “Penjualan” diberikan definisi oleh
Soemarso, Akuntansi Manajemen, (1999 :
178) jumlah transaksi penjualan yang terjadi biasanya cukup besar dibandingkan
dengan jenis transaksi yang lain. Beberapa perusahaan hanya menjual barangnya
secara tunai, perusahaan yang lain hanya menjualnya secara kredit, dan yang
lain lagi menjual barangnya dengan kedua syarat jual beli tersebut.
Penjualan adalah suatu proses pertukaran
barang dan/ atau jasa antara penjual dan pembeli. Tugas pokok adalah
mempertemukan pembeli dan penjual. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui wakil mereka sebagai distrbutor.
Fungsi penjualan mencakup sejumlah
fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi memberi
kontrak ( contractual function )
3. Fungsi menciptakan permintaan (demand creation)
4. Fungsi ,mengadakan perundingan (negotiation)
5. Fungsi kontraktual (contractual fungtion)
Pada umumnya, para pengusaha mempunyai
tujuan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankan
atau bahkan meningkatkannya untuk jangka waktu lama. Tujuan tersebut dapat
direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti yang direncanakan.
Dengan demikian tidak berarti bahwa barang dan jasa yang terjual selalu akan
menghasilkan laba. Oleh karena itu pengusaha harus memperhatikan beberapa
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Modal yang
diperlukan
2. Kemampuan
merencanakan
3. Kemampuan
menentukan tingkat harga yang tepat
4. Kemampuan memilih
penyalur yang tepat
5.
Kemampuan
menggunakan cara-casra promosi yang tepat
6. Unsur penunjang
Perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga
tujuan umum dalam penjualan yaitu
1. Mencapai tujuan tertentu
2. Mendapatkan laba tertentu
3.
Menunjang pertumbuhan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S, 2001, Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan
Analisis, Edisi Kedua, Balai Penelitian Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta .
Kotler, P, 2002, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan
dan Pengendalian, Terjemahan Jaka Wasana, 2000, Edisi kelima, Cetakan
Kedua, Erlangga, Jakarta.
Maulana, A, 2003, Azas - Azas Marketing, Cetakan Ketiga,
Edisi Kedua,
Alumni, Bandung .
Nitisemita, A,S,
2000, Azas - Azzas Marketing, Edisi
Ketiga, Liberty , Yogyakarta .
Sugarda, B.Y,
2000, Kerangka Strategi Perusahaan,
Manajemen dan Usahawan Indonesia , Edisi ke 21, Jakarta .
Simorangkir, 2004,
Marketing Praktis, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, Liberty ,
Yogyakarta .
Stanton, W.S,
2000, Marketing Praktis, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, Liberty
Yogyakarta .
Soemarso, SR,
1999, Manajemen Pemasaran,
Edisi Ketiga, Cetakan Kedua, Alumni,
Bandung.
Swastha, B,
dan Irawan, 2002, Manajemen Pemasaran
Modern, Edisi Kedua, Cetakan
Kedua, Liberty, Yogyakarta.
Winardi, 2000, Azas
- Azas Marketing, Cetakan Ketiga, Edisi Kedua, Alumni, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar