A Pengertian
Manajemen
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu
dan seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui kegiatan orang lain. Salah
satu definisi yang cukup jelas dan banyak digunakan orang adalah sebagaimana
yang kemukakan oleh Mary Parker Pollet, dalam buku Pengantar Manajemen (2002 :
29) sebagai berikut, manajemen adalah suatu proses perencanaan
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dengan upaya anggota
organisasi, untuk menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan atau sesuai dengan target.
Dari definisi tersebut di atas, maka
dapat dilihat adanya berbagai fungsi yang harus dilakukan oleh manajer dalam
mengarahkan organisasinya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Fungsi-fungsi tersebut berinteraksi
dengan yang lainnya untuk membentuk suatu proses manajemen. Adapun
fungsi-fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian penempatan
personalia (staffing), pengambilan inisiatif (memimpin) dan pengendalian
(control).
Pada umumnya semua kegiatan dalam
pengawasan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah
direncanakan sebelumnya. Demikian pula halnya dengan tujuan dijalankannya
internal control, kalau menurut R. Soemita
Adikoesumah, Azas-Azas Manajemen,
(2000 : 121), mengemukakan tujuan internal control, sebagai berikut :
1. Membantu manajemen
dalam pelaksanaan administrasi
pada perusahaan yang efektif dan efisien dalam melaksanakan prosedur
untuk menentukan kebijaksanaan kerja organisasi.
2. Memberi tahukan
dan bila perlu membetulkan cara kerjanya agar lebih efektif dan efisien.
3. Menentukan
tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat dan keefektifan prosedur intern.
4. Menentukan sampai
sejauhmana perlindungan, pencatatan, dan pengawasan terhadap kekayaan
organisasi yang mungkin dapat menyebabkan kecurian.
Untuk mencapai tujuan ini, maka internal
control dilakukan pada obyek-obyek yang memungkinkan tercapainya tujuan
tersebut, terhadap :
1. Jumlah hasil
kerja, yaitu banyaknya (kuantitas) daripada hasil yang telah dicapai dalam
suatu proses pelaksanaan kegiatan.
2. Mutu hasil kerja,
yaitu tinjauan dari segi kaulitas dari pada hasil yang telah dicapai.
3. Pegawai, dalam
bidang ini sasarannya adalah untuk mengetahui kesungguhan, kerajinan dan
kecakapan kerjanya.
4. Uang yaitu,
dimana obyek ini
sangat penting artinya
dan yang menjadi sasaran kontrol adalah apakah pemakaian uang itu sah
dan telah dilaksanakan secara efisien atau tidak.
5. Barang pembekalan,
obyek ini menyangkut pembelian penggunaan
dan pemeliharaan barang-barang inventaris, apakah telah dilakukan dengan baik sesuai
dengan ketentuan atau belum.
6. Ruang kerja,
apakah ruang kerja ini sudah ditata dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau
tidak.
7. Waktu, dari segi
ini maka yang menjadi sasaran pengawasan adalah apakah waktu yang dipergunakan
dalam setiap waktu kerja itu untuk kepentingan organisasi atau tidak.
8. Metode kerja, yang
menjadi sasaran dengan obyek ini adalah
apakah metode kerja yang diterapkan oleh pimpinan organisasi telah
dilaksanakan oleh aparat operasional dengan tepat atau tidak.
B Pengertian dan Fungsi-Fungsi Manajemen
Pengawasan adalah merupakan salah satu
fungsi dari management, oleh karena itu dalam melaksanakan pengawasan yang baik
apakah instansi pemerintah maupun
instansi swasta pada
perusahaan-perusahaan
terlebih dahulu harus dipahami
arti tentang arti management itu sendiri. Dengan uraian di atas ini, maka untuk
mengetahui pengertian management maka terlebih dahulu diketahui pengertian
management, yang mana dikemukakan oleh beberapa ahli fungsi-fungsi tentang
apakah penenpatannya dalam memanfaatkan wewenang yang telah dilimpahkan pada
masing-masing karyawan.
Winardi, Dasar-Dasar Manajemen, (2001:
28), sebagai berikut Manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari pada tindakan-tindakan planning, organizing,
actuating serta controlling di mana pada masing-masing bidang digunakan baik
ilmu pengetahuan maupun keahlian untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
dapat digambarkan bahwa proses yang
dapat memberikan suatu perencanaan untuk dapat dimotivasi tentang apa yang akan
dikerjakan yang datang, yang diikuti organisasi dan disertai pengawasan sebagai
pelaksanaan tugas pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya.
Sedangkan oleh S.P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (2000 : 28),
menyatakan bahwa Manajemen adalah
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
perencanaan tujuan melalui kegiatan orang lain.
Dari definisi tersebut di atas, maka
penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa management adalah merupakan suatu
proses kegiatan dan usaha manusia untuk mencapai tujuan dengan melalui suatu
kerja sama dengan orang lain. Maka melihat batasan pengertian management, maka
yang memegang peranan adalah faktor-faktor tenaga kerja, dalam hal mana
disebabkan karena faktor manusia sebagai tenaga kerja yang mempunyai dan
memiliki akal dan pikiran, perencanaan serta kehendak. Disimpulkan bahwa unsur
management menurut penguraian di atas sifatnya universil. Oleh karena itu
diberikan penguraian menurut M. Manullang, Manajemen Personalia, (1998: 12),
sebagai berikut manajer adalah orang yang mencapai hasil tertentu melalui orang
lain atau dengan kata lain manager adalah orang yang mempunyai keahlian untuk
menggerakkan orang untuk melakukan pekerjaan tertentu,untuk menghasilkan
sesuatu tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi tersebut di atas,
maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses
kegiatan/ usaja penyampaian tugas tertentu melalui kerja sama dengan
orang-orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, nampaknya banyak
kunci pengawasan adalah proses kerja sama yang baik diantara para pegawai atau
pada karyawan masing-masing.
Moekijat, Manajemen Personalia dan
Manajemen Sumber Daya Manusia, (1997: 151), memberikan batasan mengenai
manajemen sebagai berikut manajemen
adalah proses di mana pimpinan
ingin mengetahui apakah bawahan sudah melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan
perencanaan yang telah di tentukan sebelumnya.
Dalam hubungan dengan penjelasan tersebut
di atas, dapat dijelaskan bahwa setiap pekerjaan yang dilimpahkan diikuti
dengan saksama, sehingga apa yang telah diberikan padanya atau pada
masing-masing karyawan. Dari definisi ini dapat juga dijelaskan kewenangan
terhadap pelaksanaan tugas dengan
diawasi secara tidak langsung apa
yang ia kerjakan apakah bisa diselesaikan atau tidak.
Setiap karyawan mempunyai struktur
organisasi tersendiri, maka olehnya itu tentu mempunyai pembagian tugas dan
pembatasan hak dari masing-masing karyawan. Dan untuk lebih efisiensinya
terhadap tugas yang dilimpahkan perlu memperhatikan apa yang telah digariskan
oleh struktur organisasi perusahaan itu sendiri.
C Pengertian dan
Jenis-Jenis Pengawasan
Fungsi seorang pimpinan adalah
menjalankan fungsinya sebagai merencanakan, mengontrol, pengorganisasi,
aktuating fungsi ini merupakan fungsi setiap manager yang terakhir setelah
fungsi-fungsi menyusun tenaga kerja, untuk memberi perintah. Dari kelima fungsi
ini sebagai fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan untuk
jalannya suatu organisasi ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Untuk melakukan tugas hanya mungkin
dengan baik apa bila seseorang melaksanakan tugas itu mengerti arti tujuan dari
tugas yang dilaksanakan. Demikian halnya dengan seorang pimpinan yang melakukan
tugas pengawasan, haruslah dengan secara sungguh-sungguh mengerti arti dan
tujuan dari pada apa yang akan dilaksanakan dalam pengawasan itu.Oleh karena
itulah dalam pembahasan ini perlu dijelaskan pengertian pengawasan agar dapat
memberikan arah pada pembahasan untuk selanjutnya. Mengerti arti dari pada pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan
pengawasan dalam pelaksanaannya.
Di bawah ini penulis akan
mengemukakan beberapa pendapat dari pada ahli tentang pengertian pengawasan
atau dengan kata lain istilah kontrol. Untuk lebih jelasnya pengertian
pengawasan dijelaskan Panglaykim dan
Hazil, Manajemen Sumber Daya Manusia, (1997: 123) menyatakan bahwa Control
tidak berarti mengontrol
saja, ia meliputi juga
aspek penelitian; apakah yang
dicapai itu sesuai dan sejalan dengan tujuan yang telah ditetapkan lengkap
dengan rencana, kebijaksanaannya program dan lain-lain sebagainya dari pada
management.
Sedangkan menurut M. Manullang,
Manajemen Pertsonalia, (1998: 87), memberikan batasan pengertian sebagai
berikut, internal control sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang
mudah dilaksanakan menilai dan mengoreksi kita bila perlu
membuat supaya pelaksanaan pekerjaan sesuatu sesuai dengan rencana
semula.
Selanjutnya Martoyo Susilo,
Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (1998: 134) yang dijelaskan
mengenai pengertian pengawasan (terjemahan), menyatakan bahwa pengawasan dapat
didefinisikan sebagai proses yang mementingkan apa yang dilakukan, yaitu
standar apakah yang sedang dilakukan,
yaitu pekerjaan; menilai pekerjaan itu dan jika perlu menggunakan ukuran-ukuran
perbaikan oleh sebab itu pekerjaan yang berlangsung sesuai dengan rencana,
yaitu sesuai dengan standar.
Pengawasan bersifat kelanjutan
bagi keempat fungsi dasar dari pada management. Bantuannya untuk memberikan
jaminan bahwa apa yang ingin dilakukan adalah dijalankan dan untuk itu berbagai
usaha dipertahankan di dalam memperbaiki hubungan mereka sebab itu koordinasi
yang cukup dicapai. Dapatlah dikatakan bahwa tidak ada pengawasan tampa adanya
rencana terlebih dahulu, organizing dan actuating.
Titik berat dari pada kebutuhan
menurut kenyataannya bahwa kontrol/ pengawasan mempunyai hubungan erat dengan
fungsi-fungsi dasar yang lain dari pada manajemen. Rencana yang baik meliputi pertimbangan untuk
menjalankan fungsi-fungsi mengenai
pengawasan. Begitu
juga, untuk organizing dan actuating diusahakan pengangkatan yang baik, dengan
mengingat pertimbangan kontrol. Dengan jalan fungsi-fungsi actuating yang
dibuat kurang menyenangkan dan lebih efektif dan efisien dalam penggunaannya.
Pengawasan termasuk kebijaksanaan yang
aktif dari pada suatu usaha untuk menjaga dari dalam bantuannya bagian dari
tugas ini untuk menyelidiki apakah yang akan dilakukan dan merumuskan suatu
keputusan mengenai pekerjaan. Tetapi campur
tangan, bilamana perlu menempatkan kembali aktivitas itu pada tempatnya juga
termasuk arti dari pada control/ pengawasan.
Seiring dengan tindakan
perbaikan terdiri dari pada membuka jalan seperti menghilangkan
hambatan-hambatan yang akan dialami, menjelaskan kewajiban-kewajiban atau
memberikan tambahan-tambahan alat-alat fisik atau keuangan agar supaya
usaha-usaha yang dijalankan itu dapat dilanjutkan dengan efektif.
Control/ pengawasan bukanlah
berarti bahwa mengawasi semata-mata, tapi juga mengarahkan, membimbing dan
mendidik para bawahan yang dipimpinnya agar supaya wewenang yang dilimpahkan
padanya tidak disalagunakan wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan.
Sebagaimana telah dikemukakan
di atas pengertian control, dalam pembahasan ini akan dikemukakan pengertian
internal control. Menurut Sri Kadarisman, Manajemen Personalia, (1997: 112),
menyatakan bahwa internal control atau pengawasan intern ialah tindakan yang
dilakukan oleh manajer untuk mengetahui apakah jalannya pekerjaan dan hasilnya
sesuai dengan planning atau tidak, jadi fungsi-fungsi planning to detect a mistake immediate as it accours".
Apa yang diawasi ialah
rencana-rencana pekerjaan atau pelaksanaan planning. Dalam hal ini kontrol
bukan itu sesuatu yang telah dikerjakan saja, tetapi sesuatu yang mungkin
terjadi di mana yang akan datang. Dengan demikian, planning kita kembali
keputusan-keputusan yang kita ingini, membuat gambaran yang pasti dengan
kontrol kita ingin mengetahui sudah sampai dimanakah rencana itu dilaksanakan.
Bagaimana follow up sesuatu keputusan
yang telah diambil, kemudian ada kemajuan atau tidak, bila ada kemacetan sampai
dimana kemacetan itu dan apa sebabnya, menurut M. Manullang, Manajemen
Personalia, (1998: 92), menyatakan bahwa pengawasan intern berarti kemampuan
untuk meneruskan dan memberikan motivasi serta untuk mengetahui apa yang
sesungguhnya telah dilakukan dibandingkan, dengan apa yang seharusnya
dilakukan. Dengan
pengawasan pembuatan standard-standard mengandung untuk pengawasan pengukuran
pekerjaan kantor.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
maka proses kontrol terdiri dari pada langkah-langkah tertentu yang menjadi
dasar bagi semua controlling. Tanpa memperdulikan aktivitas dari pada beberapa
dasar penerapan dalam proses mengenai kontrol intern yang ada di dalam
perusahaan itu sendiri.
Dengan demikian, menurut Soekarno, K,
Pengantar Manajemen (1999: 105), menyatakan bahwa :
"1)
Menentukan standard atau dasar bagi control
2)
Pengukuran bagi pekerjaan
3)
Membandingkan pekerjaan dengan standard, dan menentukan perbedaan jika
ada.
4) Memperbaiki
penyimpangan dengan bantuan tindakan
yang bersifat membetulkan”.
Pada pengertian
tersebut di atas, di nyatakan dalam kebiasaan yang sedikit berbeda,
controlling, terdiri dari pada bagian, yaitu :
a. Menentukan apa yang harus dikerjakan atau dapat
diharapkan sesungguhnya.
b. Untuk menentukan
hasil dengan harapan
- harapan yang
mana membawa kepada tercapainya
tujuan.
c. Menyelidiki apa yang akan dikerjakan.
d. Menguji hasil sudah
sesuai atau belum,
mana kemudian menerapkan dalam
ukuran-ukuran perbaikan yang akan perlu ditambah. Penggunaan dari pada proses
control untuk suatu illustrasi mengenai aktivitas-aktivitas dari bagian
pembelanjaan, berita yang disampaikan untuk menjual kepada toko-toko khusus
eceran. Pesanan yang sebenarnya memberikan kepastian untuk ini dengan kelak
menjual yang menjalankan sebagai aktivitas pekerjaan.
Pada bagian penjualan mempunyai jatah
penjualannya masing-masing. Ini adalah standar yang dapat dibandingkan dengan
volume kegiatan yang sebenarnya dari peranan penjual kepada jatah penjualan
masing-masing dapat memberikan ukuran kepada pekerjaan pada bagian yang lain.
Informasi yang feed back mengenai
penyimpangan antara pesanan penjualan menunjukkan dasar untuk tindakan
perbaikan yang mana dapat dilihat susunannya bahwa prosedur perintah penjualan
digunakan, produk didemonstrasikan dengan baik memperlihatkan harga dan
sebagainya, atau pada bagian penjualan diperiksa kembali, atau prosedur penjualan dirobah.
Haruslah diperhatikan bahwa penggunaan
dari pada proses control diperkirakan bahwa pekerjaan planning menjadi lengkap
dan jelas. Haruslah sekurang-kurangnya ada sedikit perencanaan (planning)
sebelum terjadinya controlling.
Usaha-usaha pengawasan benar-benar dapat
membantu, bilamana setiap anggota dari suatu organisasi untuk mengetahui
tujuan-tujuan yang umum dan mana dicari dan sama sekali berhubungan dengan
tujuan yang umum dan erat dari unit pekerjaannya, seksi atau departemen, yang
mana tujuan-tujuan adalah satu refleksi dan bagian yang integral dari semua
tujuan-tujuan umum organisasi. Apabila seorang pekerjaan, apakah ia kepala
bagian atau pengawas, untuk mengetahui apakah yang diharapkan dirinya secara
teratur untuk menerima informasi baik untuk ia mengetahuii keberhasilannya yang
relatif dalam batas yang diharapkan dengan tujuan yang harus tercapai.
D Pengertian Kinerja
Pegawai
Kinerja dalam suatu kegiatan berarti
bagaimana cara menjalankan tugas yang telah dilimpahkan kepadanya, dengan mempunyai
rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan memang perlu dipertanggung jawabkan
dari segala sesuatu yang telah dikerjakan, oleh SP. Sagian, Manajemen Sumber
Daya Manusia, (2000 : 21). Seorang
pegawaii telah resmi
menjadi pegawai pada
suatu instansi apakah
pemerintah maupun memperlihatkan
keterampilan apa yang perlu ditonjolkan atau pegawai mempunyai keterampilan
tertentu untuk menopang mereka untuk menduduki jenjang lebih dibandingkan
dengan pegawai lain yang fungsinya agar pekerjaan yang dilimpahkan mempunyai
nilai lebih dibandingkan pegawai yang sama sekali tidak ada keterampilan yang
dimiliki.
Dalam hal ini sesuatu yang akan
dikembangkan melalui pegawai, akan tetapi apakah pegawai itu sendiri mampu
memperdayakan kekuatan dengan tidak memiliki keterampilan khusus yang harus
dibina dan perlu diperhatikan oleh pimpinan agar sumber daya manusia dapat
berkembang melalui pelatihan dan kursus-kursus.
Dengan demikian, segala sesuatunya
tergantung pada pegawai itu sendiri, sebab kalau pegawai itu sendiri mampu
berkarier dengan segala sesuatunya didukung oleh sarana dan prasarana yang
menunjang akan bisa berkembang. Karyawan yang memiliki motivasi kerja yang
tinggi berarti karyawan tersebut mempunyai nilai tambah sendiri untuk mengembangkan
karier.
Selanjutnya, karyawan yang mempunyai
potensial untuk menjalankan tugas yang diembangnya, maka posisi mereka bisa dia
mengetahui arah kemana nanti kegiatan yang harus di laksanakan, sehingga dapat
mengetahui sampai jauhmana tingkat pengetahuan seorang karyawan.
E Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Peningkatan Kerja Pegawai
Peningkatan kerja pegawai tergantung pada
motivasi seseorang atau pimpinan dalam memberikan arahan dan ditunjuk untuk
membawa pegawai sadar dengan sendirinya mengakui sampai sejauhmana tugas yang
harus diselesaikan sesuai tanggung jawab.
Adapun faktor-faktor yang mendukung
peningkatan kinerja pegawai, sebagai
berikut :
1. Rasa tanggung jawab pegawai itu
sendiri
2. Memiliki rasa ingin bekerja
dengan seikhlas hati
3. Mempunyai dedi kasi yang tinggi
4. Adanya keterampilan dimiliki.
5. Ingin mengetahui sesuatu yang di
perusahaan
6. Mempunyai loyalitas dan kerja keras
7. Untuk
mengablikasikan antara teori dan praktek.
Berdasarkan faktor pendukung
untuk meningkatkan kinerja pegawai, dengan dasar inilah pimpinan pada salah
satu instansi perlu memikirkan tunjangan dan konvensasi jika kelak pegawai
memang memiliki dari ke tujuh faktor pendukung tersebut.
Menurut Hasibuan, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (1999 : 201)
menyatakan bahwa kalau seorang pegawai
nanti ada motivasi kerja jika dijanji bonus atau tunjangan, pegawai semacam ini
tidak mempunyai dedi kasi yang tinggi pada instansi dimana ia bekerja.
Penjelasan di atas bahwa
pegawai itu tidak mengharap kan suatu tunjangan atau konvensasi apabila memang
ingin meningkatkan kinerjanya. Jika pada kesempatan yang lain misalnya tidak
dijanjikan atau tidak ada tunjangan dan konvensasi berarti pegawai tersebut
tidak mempunyai gairah kerja.
F Pengertian Produktivitas
Diketahui bahwa di dalam suatu
negara atau lembaga usaha pada tingkat produktivitas semakin mendapat perhatian
yang sangat serius. Disebabkan karena produktivitas ikut menentukan pembentukan angka indeks
pertumbuhan nasional. Peningkatan produktivitas secara keseluruhan akan
menunjukkan potensi pengadaan barang dan jasa dalam jumlah lebih besar.
Edwin B. Flippo, Manajemen
Sumber Daya Manusia (1999 : 23) Tingkat produktivitas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, pendidikan dan keterampilan, motivasi,
tingkat penghasilan, lingkungan dan
iklim kerja. tehnologi, manajemen dan lain-lain.
Upaya memperoleh peningkatan
produktivitas tingkat pendidikan mempunyai peranan sangat penting, sebab makin
tinggi tingkat pendidikan dan keterampilan seseorang akan sangat membantu dalam
meningkatkan produktivitas. Di Indonesia tingkat produktivitas masih sangat
rendah hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dari angkatan kerja yang
ada belum memadai.
Motivasi
Salah satu usaha untuk
meningkatkan produktivitas adalah
dengan memberikan motivasi (dorongan).Motivasi adalah merupakan
proses untuk mencoba mempengaruhi
seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Pemberian motivasi dan
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, yakni : nilai yang diharapkan dan
kekuatan untuk mendapatkan nilai tersebut.
Tingkat Penghasilan
Peningkatan produktivitas dapat
pula dilaksanakan dengan cara memberikan
intensif yakni sesuai dengan peraturan
pemerintah yang ditujukan kepada pegawai yang berprestasi atau diberikan suatu tugas
kepada, sehingga hasil yang dicapai dapat memuaskan.
Ada beberapa sifat dasar yang
perlu diperhatikan agar sistem upah insentif tersebut dapat berhasil,
menurut Ranupandojo, Pengantar
Manajemen, (1997: 216) yakni :
a. Hendaknya pembayaran
dilaksanakan sederhana agar dapat
dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.
b. Penghailan yang
diterima tersebut hendaknya
langsung menaikkan output dan efisiensi.
c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.
d. Standar kerja hendaknya dilaksanakan secara hati-hati,
jangan terlalu tinggi
dan jangan terlalu rendah.
e. Besarnya upah normal dengan standar kerja pertama,
hendaknya cukup merangsang karyawan untuk
bekerja lebih giat.
Lingkungan dan
iklim kerja
Perbaikan pada lingkungan kerja tidak
selalu dapat memberikan dorongan kepada
pegawai untuk dapat meningkatkan produktivitas.
Hal ini karena
adanya dua keadaan yang harus diperhatikan sehingga keadaan lingkungan
dapat meningkatkan prestasi kerja. Hasil kerja dapat sangat memuaskan dalam
suatu keadaan yang buruk, bila hasrat karyawan untuk bekerja amat kuat.
sebaliknya dalam keadaan yang sangat baik akan menghasilkan sesuatu yang sangat
mengecewakan bila karyawan tidak bergairah untuk berprestasi.
Peningkatan perkembangan teknologi,
setiap badan usaha dapat menigkatkan kemampuan tenaga kerjanya, dimana hal ini
dilakukan dengan melatih kembali mereka
yang ingin lebih maju. Pembinaan seperti
ini akan menjamin perubahan-perubahan karyawan untuk kemajuan usaha. Meskipun
perkembangan tehnologi dapat membantu
dalam meningkatkan produktivitas, namun perlu
diperhatikan bahwa dengan
meningkatnya tekhnologi maka
kebutuhan akan tenaga kerja semakin berkurang sehingga akan merupakan
masalah yang besar, sebab akan menimbulkan pengangguran, walaupun dengan
meningkatnya tekhnologi, perkembangan pengembangan usaha dapat dilakukan.
Terlihat saat ini tekhnologi sangat membantu peningkatan produktivitas.
Manajemen
Peranan manajemen didalam
meningkatkan produktivitas cukup
besar. Hal ini dapat dilaksanakan
apabila seseorang pimpinan
menghargai prestasi, bukan hanya
prestasi yang dapat dihitung, tetapi juga prestasi dalam kerja sama dan kerja keras. Juga dalam hal ini, seorang pimpinan dapat bekerja sama dengan karyawan
dan dapat memberikan bimbingan kepada bawahannya.
Upaya memperjelas pengertian
produktivitas, maka yang di maksudkan
dengan produktivitas tenaga kerja secara spesifik menurut Bambang Kusriyanto, Manajemen Personalia, (1998 : 2),
sebagai berikut Perbandingan antara hasil
yang diperoleh dengan peran serta
tenaga kerja persatuan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Edwin B. F, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta.
Hasibuan, SP,
1999, Manajemn Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Hazil dan
Panglaykim, 1997, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Cetakan Pertama, Mandar Maju, Bandung.
Kusriyanto, Bambang, 1998, Manajemen
Personalia , Edisi ke II, BPEE, Yogyakarta.
Kadarisman, Sri,
1997, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta
K, Soekarno, 1999, Pengantar
Manajemen, Edisi Kedelapan, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Bandung.
Manullang, M, 1998.
Manajemen Personalia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Martoyo, Susilo, 1998,
Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja, Cetakan Kedua, Mandar Maju, Bandung
Moekijat,
1997, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi ke II, BPEE,
Yogyakarta.
Porker, Mary Poller, 2000, Pengantar Manajemen, Edisi Ketiga, PT. Gramedia,
Jakarta.
Ranupandoyo
1997, Pengantar Manajemen, Edisi
Kedelapan, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Bandung.
Siagian,
SP, 2000, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Cetakan Pertama,
Edisi Ketiga, Binaman Pustaka, Jakarta.
Soemota Adikoesoemah, 2000, BAsas-Asas Manajemen, Cetakan Ke lima, Bumi Aksara, Jakarta.
Winardi, 2001, Dasar- Dasar Manajemen, Edisi Ketujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan, 1998, Pelaksanaan Pengawasan Daerah dan Kota
Madya, Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar