A Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Manajemen Sumber daya manusia (Human
Resources) Management dapat pula
disebut sebagai Manajemen Personalia atau Manajemen Sumber Daya Manusia. Human
Resources Management ini mengkhususkan diri dalam bidang personalia atau bidang kepegawaian,
dalam hal ini mempunyai sumber daya manusia yang handal.
Manullang, M, Manajemen Personalia, (1998
: 98), bahwa Personalia atau kepegawaian adalah keseluruhan orang-orang yang
pekerja pada suatu organisasi tertentu, yang menitik beratkan perhatiannya
kepada soal-soal kepegawaian. Penggunaan sumber daya manusia dalam suatu usaha
merupakan hal yang sangat dibutuhkan, walaupun
perkembangan teknologi
semakin meningkat dan berkembang. Dengan adanya kebutuhan terhadap
sumber daya manusia ini maka Manajemen
Personalia mempunyai tugas
untuk mempelajari dan
mengembangkan cara berbagai cara untuk mengintegrasikan secara efektif
kedalam berbagai usaha yang dibutuhkan masyarakat. Manajemen Personalia
membutuhkan kemampuan untuk memproyeksikan diri kedalam suatu posisi lain tampa
kehilangan perspektif, dan kemampuan dalam memperkirakan tingkah laku dan
reaksi manusia.
Martoyo Susilo, Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas Kerja, (1999: 15), dikatakan bahwa personalia dapat berdiri di tengah-tengah 3 (tiga)
kekuatan utama, yakni :
1. Perusahaan, yang berkeinginan untuk
disediakan tenaga kerja yang mampu dan mau bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam memperluas usaha atau ekspansi.
2. Karyawan dan organisasi, yang menginginkan agar kebutuhan fisik dan
psikologi mereka dapat terpenuhi dan
3. Masyarakat umum, lewat lembaga-lembaga
perwakilannya yang menginginkan agar perusahaan mempunyai tanggung jawab yang
luas untuk melindungi sumber-sumber manusia dari perlakuan diskriminasi atas
kepentingan perusahaan.
M Manullang, Manajemen Personalia, (1998
; 14), menyatakan bahwa Manajemen Personalia adalah seni atau ilmu memperoleh, memajukan dan memanfaatkan tenaga
kerja sehingga tujuan organisasi dapat
direalisir secara daya guna sekaligus adanya kegairahan dari para pekerja.
Edwin B. Flippo, Manajemen Sumber Daya
Manusia, (1999: 128) bahwa Personnel
Management adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan,
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan
pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu mencapai tujuan
perusahaan, baik secara individu maupun
masyarakat umum.
Definisi tersebut di atas secara umum
disimpulkan bahwa Management Personalia terdiri atas 2 (dua) kelompok fungsi, yakni
fungsi managerial dan fungsi operatif yang saling menunjang dalam pelaksanaan
pengawasan, sehingga dapat terciptanya pekerjaan diselesaikan dengan tepat
waktu dengan memperhatikan fungsi-fungsi tersebut. Dengan memperhatian
fungsi-fungsi dalam manajemen, maka dapat dijelaskan masing-masing dalam
pengawasan.
Fungsi managerial disini adalah merupakan
fungsi dasar dari pada manajer, yakni bagaimana untuk merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi para tenaga kerja tersebut sehingga
mereka dapat menjalankan tugas secara lebih baik.
Fungsi operatif, adalah sebagai berikut
pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian dan pemeliharaan
tenaga kerja dalam peningkatan produktivitas kerja.
B. Pengertian dan Fungsi-Fungsi Manajemen
Pengawasan adalah merupakan salah satu
fungsi dari management, oleh karena itu dalam melaksanakan pengawasan yang baik
apakah instansi pemerintah maupun
instansi swasta pada
perusahaan-perusahaan
terlebih dahulu harus dipahami
arti tentang arti management itu sendiri. Dengan uraian di atas ini, maka untuk
mengetahui pengertian management maka terlebih dahulu diketahui pengertian
management, yang mana dikemukakan oleh beberapa ahli fungsi-fungsi tentang
apakah penenpatannya dalam memanfaatkan wewenang yang telah dilimpahkan pada
masing-masing karyawan.
Winardi, Dasar-Dasar Manajemen, (2001:
28), sebagai berikut Manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari pada tindakan-tindakan planning, organizing,
actuating serta controlling di mana pada masing-masing bidang digunakan baik
ilmu pengetahuan maupun keahlian untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
dapat digambarkan bahwa proses yang
dapat memberikan suatu perencanaan untuk dapat dimotivasi tentang apa yang akan
dikerjakan yang datang, yang diikuti organisasi dan disertai pengawasan sebagai
pelaksanaan tugas pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya.
Sedangkan oleh S.P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (2000 : 28),
menyatakan bahwa Manajemen adalah
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
perencanaan tujuan melalui kegiatan orang lain.
Dari definisi tersebut di atas, maka
penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa management adalah merupakan suatu
proses kegiatan dan usaha manusia untuk mencapai tujuan dengan melalui suatu
kerja sama dengan orang lain. Maka melihat batasan pengertian management, maka
yang memegang peranan adalah faktor-faktor tenaga kerja, dalam hal mana
disebabkan karena faktor manusia sebagai tenaga kerja yang mempunyai dan
memiliki akal dan pikiran, perencanaan serta kehendak. Disimpulkan bahwa unsur
management menurut penguraian di atas sifatnya universil. Oleh karena itu
diberikan penguraian menurut M. Manullang, Manajemen Personalia, (1998: 12),
sebagai berikut manajer adalah orang yang mencapai hasil tertentu melalui orang
lain atau dengan kata lain manager adalah orang yang mempunyai keahlian untuk
menggerakkan orang untuk melakukan pekerjaan tertentu,untuk menghasilkan
sesuatu tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi tersebut di atas,
maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses
kegiatan/ usaja penyampaian tugas tertentu melalui kerja sama dengan
orang-orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, nampaknya banyak
kunci pengawasan adalah proses kerja sama yang baik diantara para pegawai atau
pada karyawan masing-masing.
Moekijat, Manajemen Personalia dan
Manajemen Sumber Daya Manusia, (1997: 151), memberikan batasan mengenai
manajemen sebagai berikut manajemen
adalah proses di mana pimpinan
ingin mengetahui apakah bawahan sudah melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan
perencanaan yang telah di tentukan sebelumnya.
Dalam hubungan dengan penjelasan tersebut
di atas, dapat dijelaskan bahwa setiap pekerjaan yang dilimpahkan diikuti
dengan saksama, sehingga apa yang telah diberikan padanya atau pada
masing-masing karyawan. Dari definisi ini dapat juga dijelaskan kewenangan
terhadap pelaksanaan tugas dengan
diawasi secara tidak langsung apa
yang ia kerjakan apakah bisa diselesaikan atau tidak.
Setiap karyawan mempunyai struktur
organisasi tersendiri, maka olehnya itu tentu mempunyai pembagian tugas dan
pembatasan hak dari masing-masing karyawan. Dan untuk lebih efisiensinya
terhadap tugas yang dilimpahkan perlu memperhatikan apa yang telah digariskan
oleh struktur organisasi perusahaan itu sendiri.
C Pengertian dan
Jenis-Jenis Pengawasan
Fungsi seorang pimpinan adalah
menjalankan fungsinya sebagai merencanakan, mengontrol, pengorganisasi,
aktuating fungsi ini merupakan fungsi setiap manager yang terakhir setelah
fungsi-fungsi menyusun tenaga kerja, untuk memberi perintah. Dari kelima fungsi
ini sebagai fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan untuk
jalannya suatu organisasi ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.
Untuk melakukan tugas hanya mungkin
dengan baik apa bila seseorang melaksanakan tugas itu mengerti arti tujuan dari
tugas yang dilaksanakan. Demikian halnya dengan seorang pimpinan yang melakukan
tugas pengawasan, haruslah dengan secara sungguh-sungguh mengerti arti dan
tujuan dari pada apa yang akan dilaksanakan dalam pengawasan itu.Oleh karena
itulah dalam pembahasan ini perlu dijelaskan pengertian pengawasan agar dapat
memberikan arah pada pembahasan untuk selanjutnya. Mengerti arti dari pada pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan
pengawasan dalam pelaksanaannya.
Di bawah ini penulis akan
mengemukakan beberapa pendapat dari pada ahlii tentang pengertian pengawasan
atau dengan kata lain istilah kontrol. Untuk lebih jelasnya pengertian
pengawasan dijelaskan Panglaykim dan
Hazil, Manajemen Sumber Daya Manusia, (1997: 123) menyatakan bahwa Control
tidak berarti mengontrol
saja, ia meliputi juga
aspek penelitian; apakah yang
dicapai itu sesuai dan sejalan dengan tujuan yang telah diteditetapkan lengkap
dengan rencana, kebijaksanaannya program
dan lain-lain sebagainya dari pada management.
Sedangkan menurut M. Manullang,
Manajemen Pertsonalia, (1998: 87), memberikan batasan pengertian sebagai
berikut, internal control sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang
mudah dilaksanakan menilai dan mengoreksi kita bila perlu
membuat supaya pelaksanaan pekerjaan sesuatu sesuai dengan rencana
semula.
Selanjutnya Martoyo Susilo,
Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (1998: 134) yang dijelaskan
mengenai pengertian pengawasan (terjemahan), menyatakan bahwa controling dapat
didefinisikan sebagai proses yang memetingkan apa yang dilakukan, yaitu standar
apakah yang sedang dilakukan, yaitu
pekerjaan; menilai pekerjaan itu dan jika perlu menggunakan ukuran-ukuran
perbaikan oleh sebab itu pekerjaan yang berlangsung sesuai dengan rencana,
yaitu sesuai dengan standar.
Controlling bersifat kelanjutan bagi keempat fungsi dasar
dari pada management. Bantuannya untuk memberikan jaminan bahwa apa yang ingin dilakukan
adalah dijalankan dan untuk itu berbagai usaha dipertahankan di dalam
memperbaiki hubungan mereka sebab itu koordinasi yang cukup dicapai. Dapatlah
dikatakan bahwa tidak ada controllimg tampa adanya rencana terlebih dahulu,
organizing dan actuating.
Titik berat dari pada kebutuhan
menurut kenyataannya bahwa kontrol/ pengawasan mempunyai hubungan erat dengan
fungsi-fungsi dasar yang lain dari pada management. Rencana yang baik meliputi pertimbangan untuk
menjalankan fungsi-fungsi mengenai
control. Begitu juga, untuk organizing dan actuating diusahakan pengangkatan
yang baik, dengan mengingat pertimbangan kontrol. Dengan jalan fungsi-fungsi
actuating yang dibuat kurang sulit dan lebih efektif dan efisien dalam
penggunaannya.
Control pengawasan termasuk
kebijaksanaan yang aktif dari pada suatu usaha untuk menjaga dari dalam bantuannya
bagian dari tugas ini untuk menyelidiki apakah yang akan dilakukan dan
merumuskan satu keputusan mengenai pekerjaan. Tetapi campur tangan, bilamana
perlu menempatkan kembali aktivitas itu pada tempatnya juga termasuk arti dari
pada control/ pengawasan.
Seiring tindakan perbaikan
terdiri dari pada membuka jalan seperti menghilangkan hambatan-hambatan yang
akan dialami, menjelaskan kewajiban-kewajiban atau memberikan tambahan-tambahan
alat-alat fisik atau keuangan agar supaya usaha-usaha yang dijalankan itu dapat
dilanjutkan dengan efektif.
Control/ pengawasan bukanlah
berarti bahwa mengawasi semata-mata, tapii juga mengarahkan, membimbing dan
mendidik para bawahan yang dipimpinnya agar supaya wewenang yang dilimpahkan
padanya tidak disalagunakan wewenang dan
tanggung jawan yang diberikan.
Sebagaimana telah dikemukakan
di atas penmgertian control, dalam pembahasan ini akan dikemukakan pengertian
internal control. Menurut Srii Kadarisman, Manajemen Personalia, (1997: 112),
menyatakan bahwa internal control atau pengawasan intern ialah tindakan yang
dilakukan oleh manajer untuk mengetahui apakah jalannya pekerjaan dan hasilnya
sesuai dengan planning atau tidak, jadi fungsi-fungsi planning to detect a mistake immediate as it accours".
Apa yang dikontrol ialah
rencana-rencana pekerjaan atau pelaksanaan planning. Dalam hal ini kontrol
bukan itu sesuatu yang telah dikerjakan saja, tetapi sesuatu yang mungkin
terjadi di mana yang akan datang. Dengan demikian, planning kita kembali keputusan-keputusan
yang kita ingini, membuat gambaran yang pasti dengan kontrol kita ingin
mengetahui sudah sampai dimanakah rencana itu dilaksanakan. Bagaimana foloow up
sesuatu keputusan yang telah diambil, kemudian ada kemajuan atau tidak, bila
ada kemacetan sampai dimana kemacetan itu dan apa sebabnya, menurut M.
Manullang, Manajemen Personalia, (1998: 92), menyatakan bahwa pengawasan intern
berarti kemampuan untuk meneruskan dan memberikan motivasi serta untuk
mengetahui apa yang sesungguhnya telah dilakukan dibandingkan, dengan apa yang
seharusnya dilakukan. Dengan pengawasan pembuatan standard-standard mengandung
untuk pengawasan pengukuran pekerjaan kantor.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
maka proses kontrol terdiri dari pada langkah-langkah tertentu yang menjadi
dasar bagi semua controlling. Tanpa memperdulikan aktivitas dari pafa beberapa
dasar penerapan dalam proses mengenai kontrol intern yang ada di dalam
perusahaan itu sendiri.
Dengan demikian, menurut Soekarno, K,
Pengantar Manajemen (1999: 105), menyatakan bahwa :
"1) Menentukan standard atau dasar
bagi control
2)
Pengukuran bagi pekerjaan
3)
Membandingkan pekerjaan dengan standard, dan menentukan perbedaan jika
ada.
4) Memperbaiki
penyimpangan dengan bantuan
tindakan yang bersifat
membetulkan”.
Pada pengertian tersebut di atas,
dinyatakan dalam kebiasaan yang sedikit berbeda, controlling, terdiri dari pada
bagian, yaitu :
a. Menentukan apa yang harus dikerjakan atau dapat
diharapkan sesungguhnya.
b. Untuk menentukan
hasil dengan harapan
- harapan yang
mana membawa kepada tercapainya tujuan.
c. Menyelidiki apa yang akan dikerjakan.
d. Menguji hasil
sudah sesuai atau belum,
mana kemudian menerapkan dalam
ukuran-ukuran perbaikan yang akan perlu ditambah. Penggunaan dari pada proses
control untuk suatu illustrasi mengenai aktivitas-aktivitas dari bagian
pembelanjaan, berita yang disampaikan untuk menjual kepada toko-toko khusus
eceran. Pesanan yang sebenarnya memberikan kepastian untuk ini dengan kelak
menjual yang menjalankan sebagai aktivitas pekerjaan.
Pada bagian penjualan mempunyai jatah
penjualannya masing-masing. Ini adalah standar yang dapat dibandingkan dengan
volume kegiatan yang sebenarnya dari peranan penjual kepada jatah penjualan
masing-masing dapat memberikan ukuran kepada pekerjaan pada bagian yang lain.
Informasi yang feed back mengenai
penyimpangan antara pesanan penjualan menunjukkan dasar untuk tindakan
perbaikan yang mana dapat dilihat susunannya bahwa prosedur perintah penjualan
digunakan, produk didemonstrasikan dengan baik memperlihatkan harga dan
sebagainya, atau pada bagian penjualan diperiksa kembali, atau prosedur penjualan dirobah.
Haruslah diperhatikan bahwa penggunaan
dari pada proses control diperkirakan bahwa pekerjaan planning menjadi lengkap
dan jelas. Haruslah sekurang-kurangnya ada sedikit perencanaan (planning)
sebelum terjadinya controlling.
Usaha-usaha pengawasan benar-benar dapat
membantu, bilamana setiap anggota dari suatu organisasi untuk mengetahui
tujuan-tujuan yang umum dan mana dicari dan sama sekali berhubungan dengan
tujuan yang umum dan erat dari unit pekerjaannya, seksi atau departemen, yang
mana tujuan-tujuan adalah satu refleksi dan bagian yang integral dari semua
tujuan-tujuan umum organisasi. Apabila seorang pekerjaan, apakah ia kepala
bagian atau pengawas, untuk mengetahui apakah yang diharapkan dirinya secara
teratur untuk menerima informasi baik untuk ia mengetahuii keberhasilannya yang
relatif dalam batas yang diharapkan dengan tujuan yang harus tercapai.
D Pengertian Kinerja
Pegawai
Kinerja dalam suatu kegiatan berarti
bagaimana cara menjalankan tugas yang telah dilimpahkan kepadanya, dengan
mempunyai rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan memang perlu dipertanggung
jawabkan dari segala sesuatu yang telah dikerjakan, oleh S. Sagian, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (2000 : 21).
Seorang pegawaii telah resmi
menjadi pegawai pada
suatu instansi apakah
pemerintah maupun memperlihatkan
keterampilan apa yang perlu ditonjolkan atau pegawai mempunyai keterampilan
tertentu untuk menopang mereka untuk menduduki jenjang lebih dibandingkan
dengan pegawai lain yang fungsinya agar pekerjaan yang dilimpahkan mempunyai
nilai lebih dibandingkan pegawai yang sama sekali tidak ada keterampilan yang
dimiliki.
Dalam hal ini sessuatu yang akan
dikembangkan melalui pegawai, akan tetapi apakah pegawai itu sendiri mampu
memperdayakan kekuatan dengan tidak memiliki keterampilan khusus yang harus
dibina dan perlu diperhatikan oleh pimpinan agar sumber daya manusia dapat
berkembang melalui pelatihan dan kursus-kursus.
Dengan demikian, segala sesuatunya
tergantung pada pegawai itu sendiri, sebab kalau pegawai itu sendiri mampu
berkarier dengan segala sesuatunya didukung oleh sarana dan prasarana yang
menunjang akan bisa berkembang. Karyawan yang memiliki motivasi kerja yang
tinggi berarti karyawan tersebut mempunyai nilai tambah sendiri untuk mengembangkan
karier.
Selanjutnya, karyawan yang mempunyai
potensial untuk menjalankan tugas yang diembangnya, maka posisi mereka bisa dia
mengetahui arah kemana nanti kegiatan yang harus di laksanakan, sehingga dapat
mengetahui sampai jauhmana tingkat pengetahuan seorang karyawan.
E Pengertian Tenaga
Kerja dan Karyawan
Di Indonesia pengertian tenaga kerja
mulai sering digunakan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir
seperti pekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat
ikut bekerja.
Kehidupan masyarakat pada umumnya demi
pembangunan Sisdjiatmo, K Bagaimana Meningkatkan Produktivitas Kerja, (1999:
194) mengatakan bahwa tenaga kerja (manpower) adalah sejumlah seluruh penduduk
dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa ada permintaan
terhadap tenaga kerja mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas.
Benggolo AMT, Manajemen Personalia (1997:
73) menyatakan bahwa tenaga mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
dan yang melakukan kegiatan yang yang
lain seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara praktis pengertian tenaga kerja dibedakan menurut
batas umur, sepertii dikemukakan oleh Payaman J. Simanjuntak, Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia, (2000: 194) yaitu, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 14 samapai 60 tahun sedangkan yang
berumur dibawah 14 tahun atau batas 60 tahun digolongkan bukan tenaga
kerja.
Di Indonesia
dipilih batas umur minimun 10 tahun tanpa batas umur maksimun. Pemilihan 10
tahun sebagai batas umur minimun adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur
tersebut sudah banyak penduduk terutama didesa yang sudah atau mencari
pekerjaan khususnya dibidang pertanian, Misalnya dalam tahun 1971, diantara
penduduk kota dalam batas umur 14 tahun
terdapat 7,1 % yang tergolong bekerja (terlibat dan langsung dalam bekerja)
atau mencari pekerjaan, sedang diantara penduduk desa terdapat 18 %. Dengan
kata lain sekitar 18% penduduk kota dan Desa dalam kelompok umur 10 - 14 tahun
ternyata telah bekerja atau mencari pekerjaan.
Pada tahun 1980 jumlah ini
menjadi 11 %. Bertambahnya kegiatan pendidikan seperti adanya program
pemerintah wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka jumlah penduduk dalam
usia sekolah melanjutkan kegiatan ekonomi akan berkurang. Dengan demikian
sampai dengan umur 17 tahun akan berada disekolah, sehingga jumlah penduduk
yang bekerja dalam batas umur tersebut menjadi sangat kecil (batas umur minmun) lebih tepat dikatakan menjadi 18
tahun.
Tenaga kerja yang sudah
memiliki masa pensiun biasanya masih tetap bekerja atau sebagian besar tenaga
kerja dalam usia pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi sehingga itu mereka
tetap digolongkan sebagai personalia yang mencakup buruh karyawan/pegawai.
Ketiga, istilah tersebut adalah
sama, sebab semuanya merupkakan tenaga kerja. Hanya saja pengertian umum
di masyarakat, buruh dan karyawan ialah
tenaga kerja dalam perusahaan swasta, sedangkan yang dimaksudkan tenaga kerja
sebagai pegawai negeri.
F Faktor-Faktor
Peningkatan Kerja Pegawai
Peningkatan kerja pegawai tergantung pada
motivasi seseorang atau pimpinan dalam memberikan arahan dan ditunjuk untuk membawa pegawai sadar dengan
sendirinya mengakui sampai sejauhmana tugas yang harus diselesaikan sesuai
tanggung jawab.
Adapun faktor-faktor yang mendukung
peningkatan kinerja pegawai, sebagai
berikut :
1. Rasa tanggung jawab pegawai itu
sendiri
2. Memiliki rasa ingin bekerja
dengan seikhlas hati
3. Mempunyai dedi kasi yang tinggi
4. Adanya keterampilan dimiliki.
5. Ingin mengetahui sesuatu yang di
perusahaan
6. Mempunyai loyalitas dan kerja keras
7. Untuk
mengablikasikan antara teori dan praktek.
Berdasarkan faktor pendukung
untuk meningkatkan kinerja pegawai, dengan dasar inilah pimpinan pada salah
satu instansi perlu memikirkan tunjangan dan konvensasi jika kelak pegawai
memang memiliki dari ke tujuh faktor pendukung tersebut.
Menurut Hasibuan, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (1999 : 201)
menyatakan bahwa kalau seorang pegawai
nanti ada motivasi kerja jika dijanji bonus atau tunjangan, pegawai semacam ini
tidak mempunyai dedi kasi yang tinggi pada instansi dimana ia bekerja.
Penjelasan di atas bahwa
pegawai itu tidak mengharap kan suatu tunjangan
atau konvensasi apabila memang ingin meningkatkan kinerjanya. Jika pada
kesempatan yang lain misalnya tidak dijanjikan atau tidak ada tunjangan dan
konvensasi berarti pegawai tersebut tidak mempunyai gairah kerja.
Benggolo, AMT, 1997,
Manajemen Personalia, Edisi
Kedua, Mandar Maju, Yogyakarta.
Edwin B. Flippo, 1999, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta.
Hazil dan
Panglaykim, 1997, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Cetakan Pertama, Mandar Maju, Bandung.
Hasibuan, SP,
1998, Manajemn Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Kadarisman, Sri, 1997, Manajemen Personalia, Ghalia
Indonesia, Jakarta
K, Soekarno, 1999, Pengantar
Manajemen, Edisi Kedelapan, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Bandung.
Manullang, M, 1998.
Manajemen Personalia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Moekijat, 1997, Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia, Edisi ke II, BPEE, Yogyakarta.
Martoyo, Susilo,
1999, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Cetakan Kedua, Mandar
Maju, Bandung Moslow, 1999, Riset
Organisasi, Edisi Ketiga, PT. Gramedia, Jakarta.
Siagian, SP,
2000, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Cetakan Pertama,
Edisi Ketiga, Binaman Pustaka, Jakarta.
Simanjuntak,
Payaman J. 2000, Pengantar Ekonomi Sumber
Daya Manusia, Edisi Kedua,
Fakultas ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta
Sisdjiatmo, 2000, Bagaimana Meningkatkan Produktivitas Kerja,
Cetakan Ke lima, Bumi Aksara, Jakarta.
Winardi, 2001, Dasa
r- Dasar Manajemen, Edisi Ketujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar