Powered By Blogger

Kamis, 05 Desember 2019

Activity Based Costing


Activity Based Costing

Definisi Activity Based Costing
Definisi Activity Based Costing menurut Horngren dan Foster (2003:39) adalah: “An approach to costing that focuses on activities as the fundamental cost objects. It uses the costs these activities as the basis for assigning costs to other cost objects such as products, services or customer”.
Menurut Mulyadi (2003:40) Activity Based Costing systems (ABC systems) adalah:
  Activity Based Costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang”.

            Garrison dan Noreen (2003:316) mendefinisikan Activity Based Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing is a costing method that is designed to provide managers cost information for strategic and other decision that potentially affect capacity and therefore ‘fixed’ costs”. Menurut Hansen dan Mowen (2003:122) adalah: “Activity Based Costing systems first trace cost to activities then to product….”.
            Hilton, Maher, dan Selto (2006:14) memberikan pengertian Activity Based Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing or ABC is a costing method that first assigns costs to activies and then to goods services based on how much each good or service use the activities”.

            Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ini didasarkan pada konsep produk yang mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dengan metode ini diharapkan manajemen dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (aktivitas yang dipertimbangkan tidak memberi kontribusi terhadap nilai pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi).
 Asumsi dan Konsep Dasar Activity Based Costing Systems
Activity Based Costing adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan ke biaya atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Henry Simamora (1999:114) menyatakan bahwa perbedaan komputasional prinsipil antara metode tradisional dengan ABC Systems berkenaan dengan sifat dan jumlah pemicu biaya (cost driver) yang digunakan.
Menurut Robin Cooper dan Robert S. Kaplan (1991:269) menyebutkan bahwa ada dua asumsi penting yang mendasari ABC Systems, yaitu:

1.            Aktivitas menyebabkan timbulnya biaya (activities cause cost)
ABC Systems berangkat dari asumsi bahwa sumber daya pendukung atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. Tahap pertama dari ABC Systems adalah membebankan biaya-biaya dari sumber daya pendukung ke aktivitas-aktivitas yang menggunakan sumber daya tersebut. Karena itu, ABC Systems berangkat dari asumsi bahwa aktivitas menyebabkan timbulnya biaya.
2.      Produk dan pelanggan menyebabkan timbulnya permintaan atas aktivitas ( product and customers create the demand for activities)
Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas dan setiap aktivitas memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas tersebut. Karena itu, pada tahap kedua dari ABC Systems biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasar konsumsi atau permintaan masing-masing produk terhadap aktivitas tersebut.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ABC Systems mengatribusikan biaya produk melalui dua tahap, yaitu:
1.            Tahap pertama sistem ini menelusuri beban-beban sumber daya penunjang kepada aktivitas yang dilaksanakan oleh sumber daya.
2.            Tahap kedua, biaya-biaya ditelusuri ke produk berdasarkan penggunaan aktivitas oleh produk-produk terhadap aktivitas.
Activity Based Costing merupakan sistem yang mempertahankan dan memproses data keuangan dan operasional dari sumber daya perusahaan berdasarkan aktivitas, objek biaya, cost driver, dan cost pool.
1.      Activities
Aktivitas merupakan setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya, yaitu bertindak sebagi faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.aktivitas dalam ABC Systems menjadi titik dari perhimpunan biaya.
2.      Cost Object
Objek biaya dapat berupa apapun, baik produk, pelanggan, jasa, kontrak, unit kerja, aktivitas, dan sebagainya yang diukur biayanya dan dibebankan untuk tujuan tertentu.
3.      Cost Driver
Pemicu biaya adalah setiap faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya suatu aktivitas. Satu perubahan dalam pemicu biaya akan mempengaruhi total biaya aktivitas. Cost driver digunakan untuk mengalokasikan biaya pada aktivitas atau produk.
4.      Cost pool
Dalam ABC Systems, cost pool merupakan suatu aktivitas tunggal atau sekelompok aktivitas dimana biaya diakumulasikan dan selanjutnya mendistribusikan biaya tersebut ke produk.
Oleh Garrison dan Noreen (2003:322) struktur umum model ABC digambarkan pada gambar 2.3 sebagai berikut:

GAMBAR 2.3
STRUKTUR UMUM MODEL ABC
 
Sumber: Ray H. Garrison & Eric W. Noreen. 2003. Concept for Planning, Contolling, Decision Making. Managerial Accounting. Tenth Edition. Richard D. Irwin Inc. pp: 322.

Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas
Pada tahap pertama untuk mengalokasikan biaya dalam metode Activity Based Costing, biaya-biaya dari sumber daya penunjang dialokasikan ke aktivitas. Oleh sebab itu, mengidentifikasikan aktivitas merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum mengalokasikan sumber daya penunjang tersebut. Pengidentifikasian aktivitas membutuhkan daftar dari semua jenis pekerjaan yang dilakukan, misalnya material handling, inspection, process, engineering, dan sebagainya. Pengidentifikasian aktivitas umumnya dikerjakan dengan mewawancarai para manajer atau wakil dari area kerja fungsional. Suatu rancangan pertanyaan-pertanyaan kunci diajukan, dan jawabannya akan dapat membantu menyediakan berbagai informasi yang diperlukan bagi sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas.
Identifikasi aktivitas merupakan bagian penting dari proses Activity Based Costing. Dalam tahap identifikasi aktivitas ini, aktivitas yang luas dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:
1.      Aktivitas tingkat unit
Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi. Sebagai contoh, permesinan dan perakitan adalah aktivitas yang dikerjakan tiap kali unit diproduksi. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi.
2.      Aktivitas tingkat batch
      Aktivitas tingkat batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah batch tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch. Penyetelan, pengawasan (kecuali apabila setiap unit diperiksa), jadwal produksi, dan penanganan bahan, adalah contoh-contoh aktivitas tingkat batch.
3.      Aktivitas tingkat produk
Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi input yang mengembangkan produk, atau memungkinkan produk diproduksi atau dijual.aktivitas ini dan biayanya cenderung meningkat sejalan dengn peningkatan jenis produk yang berbeda. Perubahan teknik, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa teknik produk, dan pengiriman, adalah contoh-contoh dari aktivitas tingkat produk.
4.      Aktivitas tingkat fasilitas
Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada beberapa tingkat, tetapi tidak memberikan manfaat untuk setiap produk secara spesifik. Contohnya-contohnya meliputi manajemen pabrik, tata letak, pendukung program komunitas, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan di pabrik. 
  Pemicu Biaya
Pemicu biaya merupakan faktor-faktor yang akan menyebabkan perubahan dalam biaya total dari objek biaya yang terkait. Suatu aktivitas mungkin mempunyai banyak pemicu biaya yang berhubungan dengannya.
ABC Systems mampu menghasilkan keakuratan pengukuran biaya yang lebih baik bila dibandingkan dengan penggunaan sistem biaya tradisional. Hal ini disebabkan ABC menggunakan lebih banyak cost driver dibandingkan dengan sistem biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver.  Jenis cost driver yang digunakan dalam ABC systems meliputi cost driver yang berkaitan dengan unit (misalnya jam mesin, jam tenaga kerja langsung, dan lain-lain) maupun cost driver yang tidak berkaitan dengan unit misalnya jumlah batch, jumlah persiapan, jumlah perubahan desain dan lain-lain. Karena sangat pentingnya cost driver dalam penentuan biaya supaya menghasilkan ketepatan informasi, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang  harus dipertimbangkan dalam memilih cost driver yang akan digunakan. Menurut Cooper dan Kaplan (1991:383) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat digunakan dalam memilih cost driver, yaitu:
1.      Kemudahan untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh cost driver tersebut.
Untuk mengurangi biaya dari pengukuran cost driver, Activity Based Costing systems mencoba untuk menggunakan driver dengan kuantitas yang mudah diketahui. Sebagai contoh, driver berupa jam inspeksi dapat digantikan dengan driver berupa jumlah inspeksi. Pergantian ini pada umumnya diterima apabila durasi dari setiap inspeksi adalah sama. Penggunaan cost driver berupa jumlah dari transaksi ini merupakan sebuah teknik untuk mengurangi biaya pengukuran dalam perancangan Activity Based Costing systems. Data yang digunakan untuk pemilihan  cost driver pada umumnya adalah data yang tersedia untuk digunakan supaya menghasilkan informasi yang lebih nyata dan menghindari pengeluaran-pengeluaran untuk mencari informasi baru.
2.      Korelasi antara konsumsi dari aktivitas seperti yang digambarkan melalui cost driver dengan konsumsi yang sesungguhnya.
Penggunaan cost driver yang secara tidak langsung menunjukkan konsumsi aktivitas oleh produk menimbulkan resiko, yakni cost driver tersebut akan mengakibatkan distorsi biaya produk karena tidak mampu menunjukkan secara akurat konsumsi aktual produk terhadap aktivitas. Sebagai contoh, apabila aktivitas inspeksi membutuhkan  durasi waktu yang berbeda-beda, penggunaan jumlah inspeksi sebagai cost driver tidak berkaitan secara tepat dengan penggunaan jam inspeksi sebagai cost driver. Korelasi merupakan bagian penting dalam pemilihan cost driver. Cost driver harus mencerminkan sumber daya yang dikonsumsi.
3.      Pengaruh cost driver terhadap perilaku
Pemilihan cost driver juga harus mempertimbangkan pengaruh dari cost driver tersebut terhadap perilaku individu dalam perusahaan, terutama apabila cost driver tersebut digunakan untuk penilaian prestasi.
Cost driver yang digunakan dalam ABC Systems sangat bergantung pada tingkat keakurasian biaya yang diharapkan yang akan dilaporkan dan tingkat diversifikasi produk yang diproduksi. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang diharapkan dan semakin besar tingkat diversifikasi produk, maka semakin banyak cost driver yang harus digunakan. Penerapan dan pemahaman yang tidak tepat mengenai cost driver akan menyebabkan kegagalan dalam ABC systems.
Penerapan Activity Based Costing Systems
Menurut Hansen dan Mowen (2003:122-127), proses penerapan Activity Based Costing systems dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
1.      Tahap Pertama
Pada tahap pertama dalam penerapan sistem ABC adalah sebagai berikut :
  1. Mengidentifikasi aktivitas
  2. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas
  3. Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis.
  4. Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan kelompok biaya sejenis
  5. Menghitung tarif (overhead) kelompok.
2.      Tahap Kedua
Dalam tahap ini biaya setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh masing-masing produk, sehingga biaya aktivitas yang ada dibebankan kepada produk terhadap setiap aktivitas. Kemudian biaya overhead perunit diperoleh dengan menelusuri biaya-biaya overhead dari kelompok-kelompok tertentu pada produk. Total biaya tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit yang diproses dan akan menghasilkan biaya overhead perunit.
Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2002:109) terdapat tiga langkah utama dalam merancang sebuah ABC systems, yaitu:
  1. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas
  2. Membebankan biaya sumber daya ke aktivitas
  3. Membebankan biaya aktivitas ke objek biaya
Garrison dan Noreen (2003:322) membagi proses penerapan Activity Based Costing systems menjadi enam tahap:
  1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas
  2. Bila mungkin, menelusuri langsung ke aktivitas dan objek biaya
  3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas
  4. Menghitung tarif aktivitas
  5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.
  6. Menyusun laporan manajemen.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas mengenai langkah-langkah dalam penerapan Activity Based Costing, maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap penerapan ABC systems secara umum adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasikan aktivitas utama dan membuat kamus aktivitas, (2) menentukan biaya aktivitas-aktivitas tersebut, (3) mengidentifikasikan ukuran konsumsi untuk biaya aktivitas (penggerak aktivitas), (4) menghitung tarif aktivitas, (5) mengukur permintaan aktivitas tiap produk, (6) menghitung biaya produk.
   Manfaat Activity Based Costing systems
ABC systems memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk, yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Selain itu, kelompok biaya overhead tetap yang besar tersebut tidak lagi begitu misterius. Mengetahui perilaku biaya-biaya tersebut akan memungkinkan manajer untuk menggunakan lebih banyak pengendalian atas berbagai aktivitas yang menimbulkan biaya-biaya tersebut.
Menurut Cooper dan Kaplan (1991:276), terdapat tiga manfaat ABC systems bagi manajemen perusahaan, yaitu:
1.      Improved Decision, perhitungan biaya produk dengan menggunakan ABC systems menghasilkan informasi yang lebih akurat, sehingga manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan dengan tepat karena terhindar dari distorsi yang terjadi pada perhitungan biaya produk menggunakan sistem tradisional.
2.      Continuous Improvement Activities to Reduce Overhead Costs, dalam penerapan ABC systems penghematan biaya secara signifikan dapat dilakukan dengan cara penanganan bahan baku secara lebih efisien tanpa harus menurunkan harga beli bahan baku, mengurangi biaya set up dan membuat penjadwalan produksi. Dengan disertai perbaikan aktivitas secara terus menerus dan penggunaan informasi yang lebih akurat maka seharusnya penghematan biaya tersbut dapat tercapai.
3.      Ease of Determining Relevant Cost, ABC systems mengurangi kebutuhan untuk melaksanakan pembelajaran khusus mengenai analisa yang lebih mendalam untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam rangka keputusan tertentu dengan meningkatkan akurasi dari laporan biaya produk dan menghasilkan biaya secara terpisah dari keempat kategori aktivitas.
Agar manfaat-manfaat diatas didapat dengan optimal, Cooper, Robin, dan Kaplan (1991:372) mensyaratkan tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu:
1.      Diversitas produk oleh perusahaan termasuk tinggi
Bahwa produk memproduksi berbagai macam jenis atau lini produk yang diproses dengan menggunakan beberapa fasilitas manufaktur yang sama, sehingga akan timbul masalah dalam mengalokasikan sumber daya yang dikonsumsi oleh masing-masing produk.
2.      Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat
Bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memproduksi produk sejenis, sehingga dalam keadaan persaingan memperbesar pangsa pasar ini informasi tentang harga pokok produk yang akurat akan mendukung berbagai macam pengambilan keputusan manajemen.
3.      Biaya pengukuran dapat dikatakan rendah
Bahwa biaya-biaya pengukuran yang digunakan untuk menghasilkan informasi biaya produk tersebut haruslah lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh dimasa yang akan datang.
  Kelemahan Activity Based Costing systems
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Activity Based Costing systems menurut Carter dan Usry (2002:513), yaitu:
1.      ABC systems mengharuskan manajer membuat perubahan radikal dalam cara berpikir mereka mengenai biaya.
Cara yang paling berguna untuk memahami logika ABC systems adalah dengan mengakui bahwa ABC memperlakukan semua biaya sebagai biaya variabel, karena ABC didesain sebagai alat pembuat keputusan strategis dalam jangka panjang.
2.      ABC systems tidak menunjukkan biaya yang akan dapat dihindari dengan menghentikan suatu produk.
ABC berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap produk, namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu.
3.      ABC systems memerlukan usaha pengumpulan data melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal
Di perusahaan yang memiliki sejarah sukses yang panjang dengan mengandalkan pada perhitungan biaya tradisional, akan sulit untuk meyakinkan manajemen bahwa sistem perhitungan biaya baru dibutuhkan. Solusi bagi masalah ini adalah untuk terus menggunakan sistem tradisional yang selama ini sudah dikenal, dan melakukan eksperimen dengan ABC secara terpisah, dengan cara menggunakannya pertama-tama untuk satu lini produk, satu fasilitas, atau suatu kategori biaya seperti biaya departemen jasa. Jika wawasan penting baru diperoleh dari ekperimen tersebut, manajer menjadi yakin bahwa ABC pantas diterapkan secara luas.
Perbandingan Antara ABC Systems dan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional
Suatu perbedaan umum antara ABC systems dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan biaya. ABC mengharuskan perhitungan tempat penampungan biaya suatu aktivitas, maupun identifikasi suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan mahal. Akibatnya, ada lebih banyak kehati-hatian, paling tidak dalam membentuk tempat penampungan biaya dalam ABC systems dibandingkan dalam perhitungan biaya tradisional. Hasil yang biasa ditemukan adalah bahwa semua biaya dalam satu tempat penampungan biaya aktivitas sangat serupa dalam hal hubungan logis antara biaya-biaya tersebut dengan pemicu aktivitas, sementara hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk kebanyakan sistem tradisional.
Perbedaan lain antara ABC systems dan sistem tradisional adalah bahwa semua ABC systems adalah sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap. Di tahap pertama dalam ABC systems, tempat penampungan biaya aktivitas dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Di tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat penampungan biaya aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya. Tetapi, sistem biaya tradisional menggunakan dua tahap hanya apabila jika departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya di tahap pertama, dan kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa sistem tradisional hanya terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidak menggunakan pusat biaya yang terpisah, tetapi tidak ada ABC systems yang hanya terdiri dari satu tahap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar