Powered By Blogger

Kamis, 05 Desember 2019

Pengertian Quality Control & Pentingnya Pengendalian Kualitas

Pengertian Quality Control
      Sebelum memberikan pengertian mengenai quality control itu, terlebih dahulu akan mengemukakan apa sebenarnya quality control itu, kalau menurut H.A. Harding, dalam bukunya Management Produksi (2003, 58) mengemukakan bahwa In undertaking control consists in verifying when ther everything occure in conformity with the plan adopted the instruction issued and principle estabilited.
      Menurut definisi tersebut di atas, mengkhususkan arti control dalam bidang perusahaan adalah control yang menyangkut pemeriksaan menegenai apakah segala sesuatunya telah berjalan sesuai dengan semestinya atau belum dan bilamana belum, maka perlu diadakan pengarahan.
      Jadi control adalah sebagai proses untuk mendeterminir apa-apa yang akan dilaksanakan, mengevaluasi pelaksanaan dan bilamana melaksanakan tindakan-tindakan korektif sedemi- kian rupa. Hal ini berarti fungsi control meliputi segala aktivitas yang dimaksudkan untuk memaksakan kejadian-kejadian agar sesuai perencanaan semula. Sehubungan dengan itu Mubyarto dalam bukunya Teori Ekonomi dan Penerapannya, (2003,    84), sebagai berikut apa yang harus ditanam, metode produksi apa yang harus dipakai, berapa banyak yang akan diproduksi, bila akan membeli dan menjual dimana akan membeli dan menjual.
      Disini dimaksudkan dengan adanya proses pemeriksaan atau pengecekan hasil selama proses produksi berlangsung untuk menghindari adanya penyimpangan hasil yang tidak sesuai dengan sfesifikasi produk yang telah ditentukan.   
      Untuk lebih memperjelas pengertian quality control, maka dibawah ini akan dikemukakan definisi oleh Harold T. Amrine, dalam bukunya Manufacturing Organization and Management, (2001, 278) mengemukakan bahwa quality control is conserned with the prevention of defect manufacturing so that the item may be made right and have to be rejected.
      Kalau Marting Kenneth, dalam bukunya Production Management System and Synthesis (2002, 395), sebagai berikut system and Synthesis menemukan bahwa Quality control or quality assurance is on going prosses inspection prosedure.
      Menurut Harold T. Amrine, pengendalian kualitas berhubungan dengan pencegahan dari adanya rusak dalam produksi barang sehingga produk itu dapat dibuat dengan keadaan yang sesuai. Pendapat ini berarti dalam menghasilkan produk diusahakan tidak terjadi penyimpangan hasil. Bila terjadi peyimpangan/ kerusakan, maka pada bagian yang menjadi penyebab kerusakan tersebut, segera diadakan perbaikan.
      Sedangkan menurut Martin Kenneth bahwa pengendalian kualitas adalah prosedur pemeriksaan yang mengetahui proses secara terus menerus. Kesimpulan yang dapat ditarik mengenai pengendian kualitas yang menunjukkan keseluruhan aktivitas yang harus dilakukan dalam suatu proses produksi untuk mencapai sasaran mutu yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu menentukan komponen-komponen mana yang rusak juga merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan. Mempertimbangkan kualitas yang lebih tinggi dan mengurangi bahan baku yang rusak.
      Suatu hal yang paling penting dalam pengendalian kualitas adalah pemeriksaan (inspection). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai alat seperti mikro meter, panca indra dan lain-lain untuk ketepatannya.

 Pentingnya Pengendalian Kualitas
      Dalam usaha pengembangan perusahaan dan untuk menjamin kontinutas perusahaan, maka perlu adanya sejumlah keuntungan yang diharapkan dapat menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Untuk merealisir hal tersebut maka perlu diciptakan antara lain peningkatan volume penjualan hasil pengolahan, penekanan biaya produksi, peningkatan kwalitas, perluasan seluruh distribusi. Oleh karena tanpa adanya peningkatan perubahan dalam suatu perubahan termasuk dalam hal ini kebijaksanaan peningkatan kualitas produksi, maka akibatnya perusahaan akan mengalami dan menghadapi tantangan atau persaingan yang semaking tajam utamanya dalam hal pencapaian tujuan perusahaan.
      Kini disadari bahwa dalam usaha pengembangan mutu produksi, pada tahap tersebut mungkin terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana semula dimana hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keterbatasan tenaga manusia di dalam proses produksi, keadaan/ kerusakan peralatan yang digunakan atau mungkin disebabkan faktor-faktor lain.
      Untuk menjamin agar kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, maka perlu ada bahagian tersendiri yaitu bahagian pengawasan mutu, karena tanpa adanya pengawasan mutu, maka besar kemungkinan hasil akhir tidak sesuai dengan sasaran semula (standar).
      Secara terperinci menurut Sofyan Assauri mengatakan bawa :
     1. Agar hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang  telah ditetapkan.
     2. Mengusahakan agar biaya inspection dapat menjadi serendah mungkin.
     3. Mengusahakan  agar  biaya  desain  dalam   produk  dan   proses  dengan
          menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
     4. Mengusahakan agar biaya  produksi menjadi  serendah mungkin.
      Kalau menurut Harold, dalam bukunya Principle Of Management (2001, 6), sebagai berikut :
1) Increase production  
2) Lower unit cost       
3) Inproved employed morale
4) Better quality".     
      Berikut ini dalam pengendalian kualitas mempunyai 3 (tiga) tahap pelaksanaan, yaitu :
1) Pengendalian bahan mentah
2) Pengendalian selama proses produksi
3) Pengendalian hasil produksi akhir.
      Dari ketiga tahap pengendalian ini juga digambarkan oleh Elwood S. Buffa, dalam bukunya Modern Production Management, (2000, 643), membagi 4 (empat) fase umum dari pengendalian kualitas, yaitu :
        1) Policy levela in determining desired market level of quality.
        2) The engineering design stage during which quality levels spesified to achieve the market target levels.
  3) The producing stage whan control over incoming raw  materials and produktive overation and mecesary to  inplement the policies.
         4) The  use stage in the field where instalation can effect final quality and where the guarantee of quality and perfotmance must the made effective.
      Dari keempat tingkatan ini dapat digambarkan secara skematik bersama-sama dengan beberapa hubungannya yang ada skhema tersebut dapat dilihat pada gambar halaman berikut.
      Sesuai dengan gambar skhema Buffa, menunjukkan empat tahap dalam pengendalian mutu melalui perencanaan, produksi dan distribusi. Jadi yang digambarkan oleh Buffa ini adalah pengendalian mutu secara keseluruhan dalam perusahaan.
      Tahap pertama, yaitu menunjukkan pimpinan perusahaan seharusnya mengadakan kebijaksanaan mutu terlebih dahulu dalam hubungannya dengan tinjauan pasar, biaya investasi, retularen on invesmen (pengambilan investasi) yang potensial serta faktor-faktor saingan.
      Tahap kedua, diadakan penentuan mutu yang akan diproduksikan yang ditentukan oleh designer. Disini dipertimbangkan mengenai bahan baku, cara memprosessing dan jasa-jasa yang diproduksikan.
      Pada tahap ketiga, barulah diadakan pengendalian mutu dalam proses produksi yaitu ada tiga, sebagai berikut :
1) pemeriksaan pengendalian mutu dan bahan baku
2) Pemeriksaan dan pengendalian mutu bahan baku
3) Pemeriksaan dalam pengujian produk yang dihasilkan.
      Perusahaan yang melaksanakan pengendalian produksi untuk mengarah pada sfesifikasi yang akan ditentukan oleh mutu produk, maka diperlukan suatu ketelitian dalam quality control dan pemeriksaan yang lebih cermat.
      Perlu juga diketahui bahwa dalam usaha untuk menghasilkan produk, tentu memerlukan sejumlah tenaga kerja. Demikian pula halnya dalam usaha produksi quality control khususnya udang. Oleh karena itu dalam analisis pengendalian mutu memerlukan tenaga kerja quafied untuk ditempatkan dalam pembekuan udang segar  supaya terjamin dari kontinutas perusahaan mengenai mutu produk.
      Dalam melaksanakan usaha pengendalian produksi khususnya pada udang segar merupakan sumber pembahasan, sehingga proses kegiatan dari berbagai produksi yang dirubah bentuknya oleh perusahaan yang menggunakan dalam bentuk barang/ jasa atau produksi di mana beberapa barang dan jasa yang disebab-   kan hasil yang diinginkan perusahaan dapat terjamin dari kontinutas.
      Setiap pimpinan memiliki manajemen tersendiri, sehingga kepemimpinan pada bawahannya terarah dan efisiensi. Artinya walaupun faktor-faktor tertentu harus dimilik, tapi manajemen penting untuk dimiliki.
      Oleh karena itu faktor produksi terdapat kesenjangan produktivitas yang dihasilkan oleh para pelaksana antara produktivitas sekarang dengan produktivitas yang lalu. Pada kenyataannya produksi yang dikaitkan dengan pengendalian memang agak sulit dipisahkan, antara satu dengan yang lainnya.
      Dengan demikian, pemeriksaan dikaitkan dengan produksi berati harus menggunakan tenaga kerja yang pernah mengadakan pelatihan, atau minimal mempunyai pengalaman kerja pada perusahaan lain.
      Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hanya ada 3 (tiga) tahap pelaksanaan quality control dalam proses yaitu :
1. Sebelum produksi dimulai
2. Sebelum proses dimulai
3. Sesudah produksi dilaksanakan
      Adapun peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan quality control menurut Hoffman dalam bukunya Production Management and Manufacturing System, (1998, 209), menyatakan bahwa :
1) Panca indra, misalnya  mengetahui mutu  udang yang baik, dapat dilihat dengan mata.                   
2) Mempergunakan alat, umpamanya diukur dengan  mistar dan alat pengukur melli dan timbangan         
3) Menggunakan metode statistik, yang lazim  disebut statistical quality control".                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar