Powered By Blogger

Selasa, 05 Februari 2013

Pengertian Kebutuhan Modal Kerja


         Kebutuhan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi perputaran modal kerja tersebut.
         Sutrisno, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi (2003:43) menyatakan bahwa kebutuhan modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal kerja hingga menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek.
         Weston and Brigham, Manajerial Finance (2000:123) menyatakan bahwa kebutuhan modal kerja adalah kemampuan perputaran modal kerja netto dalam suatu periode tertentu.
         Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (1999:78)  menyatakan bahwa kebutuhan modal kerja dapat diperoleh untuk membelanjai suatu investasi ialah :
         a. Sumber modal kerja dari dalam perusahaan (internal source) dapat  diartikan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan modal kerjanya  berasal  dari dalam perusahaan itu sendiri,  dengan  kata  lain  modal kerja dengan kekuatan atau  kemampuan sendiri. Modal kerja dari  dalam perusahaan dapat diadakan dengan atau menggunakan laba  cadangan dari sebagian sisa hasil usaha yang merupakan unsur  modal kerja sendiri sebagai sumber modal kerja interen. Akumulasi penyusutan aktiva tetap karena jangka waktu penggunaan dari aktiva 
tersebut biasanya lama, misalnya 5 (lima) tahun, maka cadangan  penyusutan yang masih menganggur dapat digunakan dan disebut sebagai sumber modal kerja insentif.
              Modal kerja dari dalam perusahaan terdiri dari :
              1)  Modal kerja yang berasal dari pemilik perusahaan.
              2)  Saldo keuntungan yang ditanam kembali dalam perusahaan.   
     Saldo ini adalah keuntungan yang tidak diambil oleh anggota.
                                                          
              3)  Surplus   modal   kerja  dan   akumulasi  penyusutan   atau   yang
     disebut  sebagai cadangan  dana  terdiri  atas nilai buku dan nilai    
     pasar dari harta yang dimiliki perusahaan.
         b. Sumber modal kerja dari luar perusahaan (external source) yaitu    pemenuhan kebutuhan modal kerja diambil atau berasal dari    sumber-sumber modal kerja yang ada di luar perusahaan.
             Modal kerja yang berasal dari luar perusahaan adalah modal kerja           yang berasal dari pihak bank, asuransi, dan kreditur lainnya.   
              Modal kerja yang berasal dari pada kreditur adalah hutang bagi    perusahaan yang disebut sebagai modal kerja pinjaman.
              Modal kerja pinjaman yang dimaksud adalah modal kerja yang  didapat dari pihak ketiga (kreditur).
         Kebutuhan modal kerja sangat penting melihat kegiatan sehari-hari bahwa operasi  perusahaan sangat ditentukan oleh tersedianya dana.
         Dan kenyataan lain dapat dilihat bahwa banyaknya uang yang  tertanam  pada current assets adalah sangat besar jumlahnya khususnya bagi perusahaan kecil harus meminimumkan investasi dalam  harta  tetap oleh karena tidak ada cara lain untuk  menghindari  investasi  dalam biaya, piutang dan persediaan.
         Penentuan besarnya investasi dalam current assets adalah sangat penting umtuk menjaga likuiditas dan profitabilitas perusahaan.  Oleh  karena  kekurangan modal kerja akan mengganggu jalannya operasi perusahaan  seperti untuk membayar utang jangka pendek, pembayaran upah, pembayaran utang dagang dan seterusnya. Demikian pula sebaliknya  kelebihan modal kerja akan membawa resiko yang harus ditanggung  terhadap sejumlah modal kerja yang menganggur dalam perusahaan yang selanjutnya akan memperkecil likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
         Besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama tergantung pada perputaran atau periode terikatnya modal  kerja  dan pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Makin lama jangka waktu perputarannya, makin besar jumlah modal kerja yang dibutuhkan. Periode perputaran atau periode  terikatnya modal kerja adalah merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode-periode yang meliputi jangka waktu lamanya pemberian piutang.
Lamanya penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi   sedangkan pengeluaran sehari-harinya merupakan pengeluaran untuk  pembelian bahan mentah,  pembayaran upah buruh dan biaya-biaya lainnya.
         Investasi dalam kas adalah untuk menjaga likuiditas perusahaan. Untuk  membiayai pengeluaran rutin perusahaan dari minggu  ke minggu, seperti  pembayaran upah, pembayaran biaya umum, dan lain-lain.
I.  Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat  Profit Margin  
         1.  Pengertian Profit Margin
                  Profit margin memberikan gambaran tentang sejauh mana perusahaan mengelola keuangan sehingga efisiensi dalam perusahaan dapat dilakukan.
            Erwan Dukat, Alat-alat Analisa Laporan Keuangan (2002:32) mengemukakan bahwa profit margin adalah untuk melihat efisiensi  perusahaan dalam mencapai volume penjualan untuk menghasilkan laba yang diharapkan.
        Adapun rumus profit margin tersebut adalah sebagai berikut :
                                            Laba Bersih Setelah Pajak
                Profit Margin  =  ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾  x 100 %
                                                 Hasil Penjualan Neto
                 
                  Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (1999:27) menyatakan bahwa profit margin adalah suatu perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
                  Menghitung profit margin ada beberapa rumus yang dapat dipilih tergantung dari kepentingan penganalisa terhadap masalah keuangan  tersebut dan juga dapat dilakukan dengan membandingkan laba  dengan aktiva dan juga laba operasi dengan aktiva (modal operasional) atau laba  setelah pajak dengan modal sendiri.
                  Alex S. Nitisemito, Pembelanjaan Perusahaan (2001:78) menyatakan bahwa profit margin ialah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan  modal yang digunakan dan dinyatakan dengan persen.
                  Berdasarkan definisi tersebut dapat diasumsikan bahwa profit margin adalah prestasi yang dicapai perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase, setelah  membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan hasil penjualan neto. Semakin besar prosentase atas perbandingan tersebut semakin tinggi prestasi keuangan yang dicapai untuk perusahaan tersebut, demikian pula sebaliknya.
         2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat  profit margin
                  Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (1999:36) mengatakan bahwa faktor-faktor yang  mempengaruhi tingkat profit margin adalah sebagai berikut :
         a.  Menaikkan hasil penjualan (net sales) yang lebih besar dari kenaikan biaya operasi (operating expenses).
         b. Mempertahankan hasil penjualan (net sales) dengan menekan biaya operasi (operating  expenses).
         c. Mengusahakan penurunan hasil penjualan (net sales) dengan    harapan terjadi penurunan biaya operasi (operating expenses) yang lebih besar.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar