Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Istilah pertumbuhan bisa saja diartikan
berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain,
negara satu dengan negara lain. Penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi
yang sama dalam mengartikan pertumbuhan. Secara tradisional pertumbuhan
memiliki peningkatan terus menerus pada Gross
Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah,
makna pertumbuhan yang tradisonal difokuskan pada peningkatan Produk Domestik
Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten atau kota.
Pendapat mengenai definisi pertumbuhan
ekonomi menurut beberapa ilmuwan adalah sebagai berikut :
a. Menurut pandangan para ekonom klasik (Adam
Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Stuart Mill), maupun para
ekonom neoklasik (Robert Sollow dan Trevor Swan), pada dasarnya ada empat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2)
jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat
teknologi yang digunakan. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa
yang dicapai pada masa sebelumnya.[1]
b. Prof. Simon Kuznet, mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu
negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologinya dan
penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan[2].
c. M. P. Todaro mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai suatu proses yang mantap dimana kapasitas produksi dari suatu
perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan
nasional yang semakin besar[3].
d. Menurut Budiono (1994), pertumbuhan
ekonomi adalah suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang
terjadi apabila ada kecenderungan (output
perkapita untuk naik) yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut
(kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri), bukan berasal dari luar
dan bersifat sementara. Atau dengan kata lain bersifat self generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri
menghasilkan suatu kekuatan atau momentum bagi kelanjutan pertumbuhan tersebut
dalam periode-periode selanjutnya[4].
e. Sadono Sukirno berpendapat bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku
dari tahun ke tahun. Sehingga untuk mengetahuinya harus diadakan perbandingan
pendapatan naional dari tahun ke tahun, yang dikenal dengan laju pertumbuhan
ekonomi[5].
Terdapat tiga komponen pokok dalam
definisi pertumbuhan ekonomi tersebut tersebut, yaitu :
1. Kenaikan output secara berkesinambungan
adalah manifestasi dari pertumbuhan
ekonomi sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang merupakan tanda
kematangan ekonomi (economic maturity) pada negara bersangkutan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkesinambungan dimana pemerintah berperan dalam investasi
bidang pendidikan.
3. Mewujudkan potensi pertumbuhan yang
terkandung dalam kemajuan teknologi dilakukan penyesuaian kelembagaan, sikap,
dan ideologi. Sehingga secara sosial dan
ekonomi terjadi pertumbuhan yang seiring.
Pengertian Disparitas Pendapatan Antar Daerah
Aspek
“keadilan dan pemerataan” dapat ditinjau berdasarkan hubungan interpersonal,
tetapi juga dapat ditinjau menurut antardaerah. Secara interpersonal,
menunjukkan apakah pendapatan antar individu atau kelompok anggota masyarakat
sudah adil dan merata. Sementara itu antar daerah menunjukkan pemerataan yang
terjadi antar daerah, baik antar propinsi maupun antar kabupaten/kota.
Berdasarkan
data Biro Pusat Statistik (BPS) yang terbaru (neraca SNSE), terlihat bahwa
kesenjangan antar daerah terlihat makin memburuk, baik ditinjau dari berbagai
indikator seperti pendapatan perkapita antar daerah, konsumsi per kapita antar
daerah, maupun banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.[6]
Distribusi
pendapatan menguraikan bagaimana tingkat pendapatan masyarakat pada suatu
negara ditinjau dari tiga segi, yaitu :
1. Pembagian
pendapatan antar golongan pendapatan (Size distribution of income) atau
ketimpangan pendapatan secara relatif.
2. Pembagian
pendapatan antar daerah perkotaan dan pedesaan (Urban rural income
disparities).
3. Pembagian pendapatan antar daerah (regional
income disparities).
Jadi pada prinsipnya distribusi pendapatan
nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu
negara di kalangan penduduknya. Secara
umum terdapat berbagai kriteria atau tolak ukur untuk menilai tingkat
distribusi yang dimaksud, yaitu :
1. Kurva Lorenz
2. Indeks Gini
3. Kriteria bank dunia
Kurva Lorenz akan menggambarkan distribusi
kumulatif pendapatan nasional di kalangan lapisan-lapisan penduduknya secara
kumulatif pula. Kurva ini terletak di
dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif
pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif
penduduk.
Kurva Lorenz yang semakin dekat ke
diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang
semakin merata, sebaliknya jika kurva Lorens semakin jauh dari diagonal
(semakin lengkung) maka mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi
pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata
Gambar 2.3
Kurva Lorenz
|
||||
|
||||
Keterangan : Titik A mencerminkan 40% penduduk berpendapatan terendah
menghasilkan atau memiliki 20%
pendapatan nasional
Indeks
Gini adalah suatu koefisien yang yang berkisar dari angka 0 hingga 1,
menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil (Semakin mendekati nol)
koefisiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian besar
(semakin mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang. Angka rasio Gini dapat ditaksir secara visual
langsung dari kurva Lorenz, yaitu perbandingan luas area yang terletak diantara
kurva lorenz dan diagonal terhadap luas area segitiga OBC, semakin melengkung
kurva Lorenz, akan semakin luas area yang dibagi, rasio Gininya akan semakin
besar, menyiratkan distribusi pendapatan yang kian timpang.
[6] Raksaka
Mahi, “ Prospek Desentralisasi di Indonesia Ditinjau dar Segi Pemerataan
Antardaerah dan Peningkatan Efisiensi “, Analisis CSIS, tahun XXIX/2000, No. 1,
Jakarta, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar