Hubungan Antara Pendapatan Asli Daerah dan Investasi
Dalam perekonomian daerah, investasi dapat menjadi motor penggerak
pengembangan produksi sehingga output yang dihasilkan semakin baik. Dalam
ekonomi ada terminologi ” there is no (economic) growth without investment “.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa investasi mempunyai peranan penting
untuk pembangunan ekonomi, walaupun investasi bukan satu-satunya komponen
pertumbuhan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi, investasi mempunyai dua
peranan penting dalam makro ekonomi. Pertama, pengaruhnya terhadap
permintaan agregat, dan ini akan mendorong output dan kesempatan kerja. Ini
dampak atau peran jangka pendekya. Kedua, efeknya terhadap pembentukan
kapital. Adanya investasi akan menambah berbagai peralatan, mesin, bangunan
dan sebagainya (Mudrajad dkk, 2005). Dalam jangka panjang, tindakan ini akan
meningkatkan potensi output, dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara terus
menerus, baik melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun
penanaman modal asing (PMA).
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP.
Investasi mempunyai peranan penting di dalam permintaan agregat. Pertama,
biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan
pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan terjadinya
resesi dan boom. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan
ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi
sangat tergantung pada tenaga kerja dan jumlah (stock) kapital.
Teori tentang investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor
(variabel) yang mempengaruhi investasi. Beberapa faktor yang diduga kuat
pengaruhnya terhadap investasi antara lain : tingkat bunga, penyusutan,
kebijaksanaan perpajakan serta perkiraan (expectation).
1. Investasi tetap pada perusahaan (cousiness fixed investment)
MEC (Marginal Efficiency of Capital) menggambarkan tingkat
pendapatan (rate of return) dari investasi baru yang diharapkan akan dilakukan.
Keputusan seorang pengusaha untuk melakukan investasi tergantung pada
besarnya MEC ini dibandingkan dengan tingkat bunga pasar. Apabila MEC lebih
besar dari tingkat bunga pasar, maka pengusaha akan melakukan investasi, dan
sebaliknya.
2. Jumlah Modal yang diinginkan (desired capital stock)
Keinginan seseorang pengusaha melakukan investasi dipengaruhi oleh
pendapatan yang diharapkan dan biaya modal untuk membiayai investasi. Salah
satu komponen biaya modal yang utama adalah tingkat bunga (Nopirin, 1996).
rriil = rnom – Ï€
Ï€ = tingkat inflasi
Jumlah modal yang diinginkan tergantung pada jumlah produk yang ingin
diproduksi dan biaya modal. Secara umum hubungan ini dapat dituliskan sebagai
berikut :
K* = f(Bm, Y)
dimana;
K* = jumlah modal yang diinginkan
BM = biaya modal
Y = jumlah produk
3. Prinsip akselerasi (Acceleration Principles)
Prinsip akselerasi mengatakan bahwa tingkat/besarnya investasi
proporsional terhadap perubahan dari output (GNP). Secara sederhana prinsip
akselerasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengusaha menginginkan suatu hubungan tertentu (proporsi tertentu) dan
modal yang diinginkan dengan hasil produksi (output).
K1* = a Y1 (1)
dimana :
K1* = jumlah modal yang diinginkan
a = perbandingan antara modal dengan output yang diinginkan
Pengusaha melakukan investasi apabila jumlah modal yang diinginkan
pada suatu saat lebih besar daripada jumlah modal yang betul-betul dimiliki
dengan penyusutan. Investasi dalam arti ini dapat dituliskan sebagai berikut :
I = K1* (1 – d) (2)
d = penyusutan (depresi)
Jumlah modal pada akhir suatu periode t = Kt-1 (1 – d) ditambah dengan investasi
netto
Kt = Kt-1(1-d) + 1t (3)
Dengan asumsi bahwa penyesuaian terhadap jumlah modal yang
diinginkan dilakukan dalam satu periode (koefisien penyesuaian = 1).
Implikasinya, jumlah modal periode t sama dengan jumlah modal yang diinginkan
pada periode t, oleh karena itu diperoleh :
Kt = Kt* (4)
Dengan memasukkan persamaan di atas diperoleh prinsip akselerasi
sebagai berikut :
It = K*t – K*t-1 + d Kt-1 (5)
It = a (Yt – Yt-1) + d Kt-1 (6)
Persamaan (6) berarti bahwa investasi bruto tergantung pada pertumbuhan
output dan penyusutan. Bagian pertama disebut investasi netto. Dengan demikian,
investasi netto merupakan fungsi dan pertumbuhan output. Konsekuensinya suatu
perekonomian yang tidak mengalami pertumbuhan output maka investasi juga
akan sama dengan nol (Nopirin, 1996).
Model Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar
Model pertumbuhan Harrod-Domar menjelaskan bahwa investasi didalam
proses pertumbuhan ekonomi memiliki peranan yang sangat menentukan,
khususnya watak ganda yang dimiliki investasi yaitu (Jhingan, 1993) :
a. Menciptakan pendapatan yang disebut sebagai dampak permintaan.
b. Memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan
stok modal yang sering disebut sebagai dampak penawaran investasi. Selama
investasi netto tetap berlangsung pendapatan nyata dan output akan senantiasa
membesar.
Model yang dikembangkan oleh Harrod-Domar yaitu (Jhingan, 1993) :
1. Model Domar
Domar mendasarkan modelnya pada pertanyaan bahwa invesatsi di satu
pihak menghasilkan pendapatan dan di pihak lain menaikkan kapasitas produksi,
maka investasi harus meningkat agar kenaikan pendapatan sama dengan kenaikan
kapasitas produksi, supaya keadaan full employment dapat dipertahankan. Ia
menjawab pertanyaan ini melalui pendekatan dengan mempererat kaitan antara
penawaran dengan permintaan agregat melalui investasi.
Domar menjelaskan kenaikan kapasitas produksi sisi penawaran dianggap
sebagai laju pertumbuhan tahunan dari investasi. Kapasitas produksi yang baru
diinvestasikan rata-rata sama dengan tabungan. Tetapi sebagian investasi baru
akan menggambarkan investasi lama. Karena itu, investasi baru akan bersaing
dengan investasi lama di pasar tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lain. Hasil
output pabrik lama akan berkurang dan kenaikan output tahunan dari
perekonomian sedikit lebih kecil daripada kapasitas produksi yang baru
diinvestasikan.
Kenaikan yang diperlukan dalam permintaan agregat di sisi permintaan
dalam model Domar menjelaskan bahwa multiplier Keynesian akan terjadi.
Misalnya kenaikan rata-rata pendapatan (Y), sedangkan kenaikan investasi sama
dengan multiplikator (1/α) kali kenaikan investasi. ( ∆Y = I
1
á
).
Untuk mempertahankan equilibrium pendapatan pada full employment,
permintaan agregat harus sama dengan penawaran agregat. Dengan demikian
persamaan akan berubah menjadi ∆I
1
á
= Iσ . Persamaan ini menunjukkan bahwa
untuk mempertahankan full employment, laju pertumbuhan investasi autonomus
netto (
∆I
I
) harus sama dengan marginal propensity to saving kali produktivitas
modal (α x σ). Ini batas laju kecepatan investasi yang diperlukan untuk menjamin
penggunaan kapasitas potensial dalam rangka mempertahankan laju pertumbuhan
ekonomi yang mantap pada keadaan full employment.
2. Model Harrod
Model Harrod didasarkan pada tiga laju pertumbuhan yaitu :
a. Laju pertumbuhan aktual (G) ditentukan oleh ratio tabungan dalam ratio
output. Laju pertumbuhan akan menunjukkan variasi klasik jangka pendek
dalam laju pertumbuhan ekonomi.
b. Laju pertumbuhan terjamin (GW) merupakan laju pertumbuhan pendapatan
kapasitas penuh suatu perekonomian.
c. Laju pertumbuhan alamiah (Gr) oleh Harrod dianggap sebagai ” optimum
kesejahteraan ” dapat juga disebut sebagai laju pertumbuhan potensial.
Laju pertumbuhan aktual dalam model adalah G = S. Dimana G adalah
laju pertumbuhan output periode waktu tertentu dan dapat dinyatakan sebagai
∆Y
Y
; adalah tambahan netto terhadap modal, yang didefinisikan sebagai ratio
investasi terhadap kenaikan pendapatan, yaitu
I
∆Y
dan S adalah kecenderungan
menabung rata-rata yaitu
S
Y
. Dengan memasukkan ratio ini ke dalam persamaan
di atas kita peroleh persamaan sebagai berikut
∆Y
Y
x
I
∆Y
=
S
Y
atau
I
Y
=
S
Y
atau I=S.
Laju pertumbuhan terjamin menurut Harrod adalah laju pertumbuhan
dimana para produsen merasa puas atas apa yang dikerjakan. Ini merupakan
equilibrium usaha yang merupakan garis kemajuan yang apabila tercapai akan
memuaskan para penerima laba, bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang
benar. Jadi, laju pertumbuhan ini berkaitan dengan tingkah laku pengusaha. Pada
laju pertumbuhan terjamin ini permintaan dianggap cukup tinggi oleh para
pengusaha untuk menjual apa yang diproduksi, dan mereka akan terus
memproduksi dengan persentase laju pertumbuhan yang sama, dan ini merupakan
lintasan di mana penawaran dan permintaan barang dan jasa akan tetap berada
dalam equilibrium berdasarkan kecenderungan tertentu. Dimana persamaan laju
pertumbuhan terjamin berubah menjadi Gw +Cr = S.
Dimana Gw merupakan laju pertumbuhan terjamin atau laju pertumbuhan
pendapatan dalam kapasitas penuh yang akan sepenuhnya memanfaatkan stok
modal yang sedang membengkak, sehingga memuaskan para pengusaha atau
jumlah investasi yang mereka tanam. Jadi, Gw dalam hal ini adalah nilai
∆Y
Y
xCr
(modal yang mereka butuhkan).
Laju pertumbuhan alamiah adalah laju kemajuan dimana pertumbuhan
penduduk dan perbaikan teknologi berjalan lamban. Laju ini tergantung dari
variabel-variabel makro, seperti : penduduk, teknologi, sumber alamdan peralatan
modal. Dengan kata lain, ini merupakan laju pertumbuhan output data, pekerjaan
penuh yang ditentukan oleh laju pertumbuhan dan laju perkembangan teknologi.
Dimana untuk pertambahan alamiah ini adalah Gn + Cr ≠ S. Dimana Gn adalah
laju pertumbuhan pekerjaan penuh alamiah.
Menurut Boediono (1990), investasi adalah pengeluaran oleh produsen
untuk pembelian barang dan jasa untuk tujuan investasi, yaitu untuk penambahan
stok di gudang atau perluasan pabrik-pabrik. Sedangkan menurut Soeparmoko
(1991), investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau
mempertahankan persediaan kapital. Persediaan kapital terdiri dari : pabrik,
mesin-mesin kantor dan barang tahan lama yang hanya dipakai dalam proses
produksi, termasuk rumah dan persediaan barang-barang yang belum terjual pada
tahun yang bersangkutan.
Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses
pembangunan ekonomi (suistanable development), atau pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi
(barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Dengan adanya kegiatan
produksi, maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat
meningkat, yang selanjutnya menciptakan/meningkatkan permintaan di pasar.
Pasar berkembang dan berarti juga volume kegiatan produksi, kesempatan kerja
dan pendapatan dalam negeri meningkat dan seterusnya. Maka terciptalah
pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2001).
Penelitian yang dilakukan Wong (2004) menunjukkan pembangunan
sektor industri tertentu (dalam hal ini sektor jasa dan retail) memberikan
kontribusi positif terhadap kenaikan pajak. Lin dan Liu (2000) menyatakan bahwa
pemerintah perlu untuk meningkatkan investasi modal guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah. Mereka menemukan adanya korelasi yang kuat
antara share (belanja) investasi pada infrastruktur dengan tingkat desentralisasi.
Strategi alokasi anggaran pembangunan ini pada gilirannya mampu mendorong
dan mempercepat pembangunan ekonomi nasional, sekaligus menjadi alat untuk
mengurangi disparitas regional (Madjidi, 1997)
Peranan investasi dalam perekonomian yaitu untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Menurut Suryaningrum (2000), Sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga hal, yaitu : (1) pertumbuhan
yang disebabkan oleh modal, (2) pertumbuhan yang disebabkan oleh tenaga kerja,
dan (3) pertumbuhan yang disebabkan oleh perubahan dalam produktivitas
(Suryaningrum, 2000). Dengan demikian investasi sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Mengingat pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu
faktor penentu dalam posisi perekonomian, maka secara tidak langsung investasi
berpengaruh terhadap penerimaan daerah, sehingga dapat meningkatkan kapasitas
produksi, meningkatkan kualitas produk dan penciptaan lapangan kerja. Melalui
investasi, maka kegiatan ekonomi dapat berkembang dan kesejahteraan
masyarakat dapat semakin meningkat. Jadi, investasi merupakan salah satu
prasyarat yang harus dipenuhi bagi suatu perekonomian yang sedang membangun
disamping faktor pertumbuhan penduduk dan kemajuan ekonomi (Yuliadi, 2007).
Realisasi investasi dapat ditunjukkan dengan pendekatan PDRB
berdasarkan penggunaannya yang meliputi penjumlahan semua komponen
permintaan akhir yaitu :
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup pengeluaran yang
dikeluarkan oleh rumah tangga untuk membeli barang-barang jadi baru dan
jasa tanpa melihat durability dari barang dan jasa itu dikurangi penjualan
dari barang bekas netto (penjualan – pembelian barang bekas netto), dengan
mengecualikan pengeluaran yang bersifat transfer, pembelian tanah dan
rumah. Pengecualian ini dilakukan sebab transfer akan dihitung sebagai
pengeluaran pada konsumen yang menerima transfer tadi sedangkan
pengeluaran untuk tanah dan rumah dimasukkan dalam item pembentukan
modal (capital formation).
b. Konsumsi pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah ini mencakup pengeluaran rutin untuk
pembelian barang dan jasa dari pihak lain yang dilakukan oleh pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dikurangi hasil penjualan
barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah. Pengeluaran rutin disini
meliputi pembayaran upah dan gaji kepada pegawai-pegawai pemerintah,
belanja barang, biaya-biaya pemeliharaan dan biaya-biaya rutin lain.
Termasuk juga pengeluaran belanja modal untuk keperluan militer.
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto
Pembentukan modal tetap mencakup besarnya modal yang ditanam selama 1
tahun, baik oleh pemerintah, swasta, lembaga swasta yang tidak mencari
untung maupun rumah tangga (terbatas pada tanah dan rumah) dikurangi
dengan jumlah penjualan barang-barang modal bekas selama 1 tahun. Yang
mencakup dalam barng modal tetap (durable procedure goods) dan umurnya
lebih dari satu tahun, misalnya tanah, rumah, gedung, jalan, jembatan, dam,
mesin, alat transport, dan sebagainya.
d. Perubahan stok
Perubahan stok adalah barang-barang yang diproduksi maupun yang
diimpor pada tahun itu, tapi belum sempat dipakai sampai akhir tahun,
hingga masih disimpan sebagai stok. Stok yang disimpan ini meliputi
barang-barang mentah yang belum sempat diproses menjadi barang lain,
barang yang masih dalam proses (work in process) dan barang-barang jadi
yang belum sempat dijual.
e. Ekspor netto
Ekspor netto berarti selisih antara ekspor dan impor dari barang dan jasa.
Ekspor barang dan jasa meliputi barang-barang yang dijual ke luar negeri,
dimana termasuk didalmnya barang-barang dagangan (merchandise), jasa
transport, asuransi dan jasa-jasa lain. Begitu pula dengan impor termasuk
barang-barang dagangan, jasa-jasa lain yang dibelidari luar negeri. Yang
termasuk dalam ekspor dan impor disini ialah pengeluara/pemasukan barang
yang bersifat pemberian/hadiah ke atau dari negara-negara lain dan barang-
barang yang di ekspor/impor dengan dibiayai oleh uang yang diperoleh dari
transfer antar negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar