Konsep-Konsep Biaya Sumber Daya Manusia
Biaya sumber daya manusia adalah
biaya-biaya yang terjadi untuk mendapatkan atau mengganti karyawan. Biaya-biaya ini terbagi atas :
1.
Biaya orisinil dari sumber daya manusia
Biaya orisinil dari ASDM merupakan
pengorbanan yang terjadi untuk memperoleh dan mengembangkan manusia.
Terdiri
dari :
a.
Biaya
akusisi
Biaya akuisisi adalah biaya yang
harus terjadi untuk mendapatkan seorang karyawan yang tujuannya untuk mengisi
suatu jabatan atau posisi tertentu. Biaya akusisi terdiri dari biaya pencarian,
biaya seleksi, biaya penerimaan dan penempatan, serta promotion or hiring from within firm (biaya untuk memindahkan tenaga
kerja dari suatu tingkatan ke tingkatan lain dalam struktur organisasi baik
secara vertikal maupun horizontal).
b.
Biaya
belajar
Biaya belajar merupakan pengorbanan
yang harus terjadi untuk melatih seseorang dan membawa orang tersebut ke
tingkat performa dan produktivitas yang secara normal diharapkan dari seorang
individual dalam suatu posisi tertentu. Biaya belajar terdiri dari pelatihan
formal dan biaya orientasi, biaya pelatihan di tempat kerja, trainer’s time cost, dan kehilangan
produktivitas selama pelatihan.
2.
Biaya pengganti dari sumber daya manusia
Biaya ini merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggantikan sumber daya manusia yang
sekarang sedang dipekerjakan.
Biaya
ini mempunyai suatu pengertian yang ganda yaitu:
a. Biaya pengganti posisional
Biaya ini merupakan biaya untuk menggantikan
sekumpulan jasa yang dipegang oleh seorang pemegang jabatan dalam suatu posisi
khusus
b. Biaya pengganti pribadi
Biaya ini merupakan pengorbanan yang
seharusnya terjadi sekarang untuk menggantikan seseorang yang pada saat ini
dipekerjakan dengan suatu substitusi yang mampu untuk memberikan sekumpulan
jasa yang sama pada semua posisi yang dijabat si pendahulu.
Pengukuran Nilai Sumber Daya Manusia
Untuk mengukur nilai sumber daya
manusia, para peneliti telah mencoba merumuskannya dengan dua metode yaitu:
Metode Pengukuran Moneter
Ukuran moneter dalam menilai sumber
daya manusia dapat dilakukan dengan lima model yaitu:
1.
Metode Historis/Harga Perolehan (The Historical Cost Model)
Metode ini mengukur nilai
sumber daya manusia berdasarkan akumulasi biaya yang telah dikeluarkan untuk
melakukan penarikan tenaga kerja, seleksi, hiring,
pelatihan, penempatan, dan pembinaan personalia yang bersangkutan. Akumulasi ini merupakan harga cost yang akan diamortisasi selama masa
kerja yang bersangkutan. Dengan demikian, perlakuannya sama dengan aktiva tetap
lainnya. Perlakuan untuk metode ini bersifat praktis dan objektif karena
datanya dapat diuji kebenarannya.
Kelemahan metode ini adalah:
a. Nilai ekonomi suatu aktiva yang berupa
sumber daya manusia tidak perlu sesuai dengan biaya historisnya
b. Setiap apresiasi atau amortisasi
kemungkinan akan bersifat subjektif karena tidak menghubungkannya pada setiap
kenaikan atau penurunan apapun dalam produktivitas aktiva yang berupa sumber
daya manusia
c. Biaya historis tidak menghasilkan nilai
sumber daya manusia yang dapat diperbandingkan karena biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk setiap sumber daya manusia itu berbeda-beda
2.
Metode Biaya Pengganti (The Replacement Cost Model)
Metode
ini mengukur nilai tenaga kerja dengan menaksir berapa biaya yang akan
dikeluarkan untuk mendapatkan pegawai yang sama atau dapat juga dihitung dengan
menaksir biaya yang akan dikeluarkan untuk merekrut, hiring, melatih, menempatkan, dan mengembangkan pegawai yang sama
kualitasnya dengan yang ada sekarang. Keuntungan utama metode ini adalah metode ini merupakan suatu pengganti
yang baik bagi nilai ekonomi aktiva dalam arti pertimbangan pasar adalah
esensial dalam rangka mencapai suatu bilangan akhir. Bilangan akhir ini umumnya
dimaksudkan secara konseptual menjadi ekuivalen dengan suatu pengertian tentang
nilai ekonomi seseorang.
Kelemahan metode ini adalah:
a. Perusahaan mungkin memiliki seorang
karyawan tertentu yang nilainya lebih besar daripada nilai pengganti relevannya
b. Kemungkinan tidak ada pengganti yang
sepadan bagi aktiva yang berupa sumber daya manusia tertentu
c. Adanya kesulitan untuk menaksir biaya
pengganti seluruh sumber daya manusia karena setiap sumber daya manusia itu
mempunyai taksiran yang berbeda-beda
3.
Metode Biaya Kesempatan (The Opportunity Cost Model)
Metode ini mengukur nilai
sumber daya manusia melalui proses penawaran yang bersifat kompetitif yang
dilakukan secara intern dengan didasarkan pada konsep “opportunity cost”. Di sini investment centre manager menawarkan pegawai langka yang ingin
direkrut. Penawaran hanya kepada pegawai yang dianggap dan dinilai langka
karena hanya mereka yang menjadi dasar pengukuran. Dengan kata lain, karyawan
yang tidak dianggap langka tidak dimasukkan ke dalam dasar aktiva sumber daya
manusia suatu perusahaan.
Keuntungan metode ini adalah
mendorong persaingan di antara investment
centre agar dapat memberikan sumbangan income
(ROI) yang paling besar.
Letak kelemahan model ini adalah:
a. Pemilihan atas kriteria langka dinilai
bersifat subyektif dan diskriminatif
b. Pembagian yang kurang menguntungkan dapat
dikatakan tidak mampu menawarkan penarikan karyawan yang lebih baik
4. Metode Kompensasi (The Compensation Model)
Model ini dikemukakan oleh Lev dan Schwartz (Belkaoui,
1985). Metode ini mengukur nilai sumber daya manusia dengan melihat nilai
kompensasinya dimasa yang akan datang. Rumus menghitungnya adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
Vt :
Nilai sumber daya seseorang pada usia
I (t) :Pendapatan yang bersangkutan
sampai saat pensiun
r :
Tingkat diskon/diskonto untuk seseorang
T :
Umur pensiun
Oleh
karena Vt merupakan suatu nilai eks jabatan dengan anggapan I(t) diperoleh
hanya dengan pengunduran diri dan oleh Vt mengabaikan kemungkinan kematian sebelum
pengunduran diri, maka Lev dan Schwartz menyempurnakan rumusnya sebagai berikut:
Keterangan :
I * I : Penghasilan dimasa datang
E (V*t) : Nilai yang diharapkan dari human
resources
P(t) : Probabilitas kematian seseorang
pada umur (t)
Kelemahan utama dari metode ini
adalah sifatnya yang subjektif sehubungan dengan penentuan tingkat gaji di masa
datang, jangka waktu yang diharapkan dalam perusahaan dan tingkat diskonto.
5. Metode Penyesuaian Upah di Masa yang Didiskontokan (The Adjusted Discounted Future Wages Method)
Model
ini dikemukakan oleh Hermanson (Belkaoui, 1985). Dilakukan dengan penyesuaian
terhadap nilai kompensasi yang akan diterima oleh pegawai. Discounted dari gaji yang akan datang disesuaikan dengan efficiency factor yang dimaksudkan untuk
mengukur efektifitas relatif dari nilai sumber daya manusia suatu perusahaan.
Efficiency factor yang merupakan ROI perusahaan tertentu dibandingkan dengan
keseluruhan perusahaan dalam suatu ekonomi pada saat tertentu dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
RF : tingkat laba akuntansi asset yang dimiliki oleh perusahaan pada
tahun ke-i
RE : tingkat laba akuntansi asset yang dimiliki oleh keseluruhan
perusahaan pada tahun ke-i
i : tahun (0-4)
Justifikasi
rasio ini adalah untuk menunjukkan bahwa perbedaan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba disebabkan oleh perbedaan prestasi sumber daya manusia.
Metode Pengukuran
Non Moneter
Di samping ukuran kuantitatif atau moneter
di atas, sebenarnya masih ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menilai sumber daya manusia misalnya menggunakan metode non moneter.
Beberapa metode menilai sumber daya
manusia dengan teknik non moneter adalah sebagai berikut :
1. Mendaftar kemampuan dan keahlian seseorang
Di
sini setiap sumber daya manusia dibuat buku, file, atau personal recordnya yang berisi tentang keahlian, pengalaman,
pendidikan, jabatan yang sudah pernah dicapai, dan lain-lain.
2. Pembuatan rating atau ranking atas
prestasi seseorang
Dalam
menilai prestasi seseorang dapat menggunakan rating, ranking, atau checklist. Yang dijadikan nilai bisa
tingkat pendidikan, tenure atau pengalaman, dan sebagainya.
3. Penilaian terhadap potensi seseorang
Yang
diukur adalah potensi seseorang apabila seseorang itu dipromosikan atau
dipindahkan ke bagian lain sehingga perusahaan akan mengetahui mengenai
potensinya jika diberikan tugas baru.
4. Pengukuran sikap
Umumnya
yang digunakan untuk mengetahui informasi mengenai tendensi seseorang untuk
menyatakan perasaannya tentang suatu objek. Misalnya yang ditanyakan adalah
sikap mereka terhadap pekerjaan, gaji, kualitas, dan lain-lain.
5. Subjective
Expected Utility
Di sini digabungkan nilai antara nilai subjektif
seseorang dengan tingkat keyakinannya mengenai akan terjadinya suatu kejadian.
Metode Psychophysical dikembangkan
untuk mengukur utilitas dan probability
subjective dengan menggunakan skala besaran.
6. Model Likert-Bowers
Model
ini berupaya mengukur variabel yang menentukan efektivitas organisasi
personalia suatu perusahaan. Kuisioner dibuat berdasarkan survey organization yang didesain untuk mengukur iklim organisasi.
Hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur asset sumber daya manusia dari segi persepsi karyawan tentang
situasi kerja di suatu perusahaan. Kemudian digabungkan pendekatan perilaku dan
ekonomi maka lahirlah nilai sumber daya manusia. Untuk memasukkan perilaku
dalam penilaian organisasi ini maka diperlukan tiga kriteria yaitu:
a. Perilaku harus didefinisikan sehingga
secara signifikan dipengaruhi oleh struktur kerja
b. Perilaku harus dapat diukur dan dikonversi
ke biaya signifikan kepada organisasi
c. Ukuran dan biaya untuk masing-masing
perilaku tanpa harus mutually exclusive
Tidak ada komentar:
Posting Komentar