Powered By Blogger

Jumat, 06 Desember 2019

Otonomi Daerah dan Sistem Desentralisasi


Otonomi Daerah dan Sistem Desentralisasi

Otonomi daerah menurut UU Nomor 22 Tahun 1999, adalah hak

masyarakat daerah untuk mengatur dan mengelola rumah tangganya sendiri, serta

mengembangkan potensi dan sumber daya daerah. Penyelengaraan otonomi

dimaksudkan agar dapat mendorong pemberdayaan masyarakat,menumbuhkan

prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran masyarakat serta mengembangkan

peran dan fungsi DPRD. Dengan pemberian otonomi kepada daerah, maka sistem

yang dianut daerah adalah sistem desentralisasi. 


Tujuan otonomi daerah menurut Smith dalam analisa CSIS yang

dikemukakan oleh Syarif Hidayat (Yuliati, 2000) dibedakan dari dua sisi

kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dari

kepentingan pemerintah pusat tujuan utamanya adalah pendidkan politik,

pelatihan kepemimpinan, menciptakan stabilitas politik dan     mewujudkan

demokratisasi sistem pemerintahan di daerah. Sementara bila dilihat dari sisi

kepentingan pemerintah daerah ada tiga yaitu :

a.     Untuk mewujudkan apa yang disebut sebagai political equality artinya

melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi

masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat

lokal atau daerah.

b.     Untuk menciptakan local accountability artinya dengan otonomi daerah akan

meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan hak-hak

masyarakat.

c.     Untuk mewujudkan local responsiveness artinya dengan otonomi daerah

diharapkan akan mempermudah antisipasi berbagai masalah yang muncul dan

sekaligus meningkatkan akselerasi pembangunan sosial dan ekonomi daerah.

Selanjutnya tujuan otonomi daerah menurut UU Nomor 22 Tahun 1999

pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi diarahkan untuk memacu pemerataan

pembangunan dan hasil  hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,

menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan potensi

pembangunan daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis dan

bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,

mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan

memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktor 

faktor perhitungan tindakan dan kebijaksanaan yang benar  benar menjamin

daerah yang bersangkutan dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan

dinamis didasarkan pada kondisi da perkembangan pembangunan. Kemudian

bertanggung     jawab    adalah    pemberian    otonomi    yang     diupayakan    untuk

memperlancar pembangunan di pelosok tanah air.

Uraian diatas merupakan tujuan ideal dari otonomi daerah. Pencapaian

tujuan tersebut tentunya tergantung dari kesiapan masing  masing daerah yang

akan menyangkut ketersediaan sumber daya atau potensi daerah terutama adalah

sumber daya manusia yang tentunya akan berperan dan berfungsi sebagai motor

penggerak jalannya pemerintah daerah.

Sedangkan desentralisasi menurut UU No 22 Tahun 1999 adalah

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom

dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Agar daerah otonom

tersebut mampu mengurus dan mengatur rumah tangga yang telah diserahkan,

maka daerah harus memiliki bermacam  macam kemampuan antara lain

keuangan, aparatur, ekonomi, dan lain sebagainya.

Menurut Dennis Rodinelli dkk. ( Didit Pontjowinoto, 1991 ) keberhasilan

kebijakan desentralisasi pada negara sedang berkembang sangat dipengaruhi oleh

faktor  faktor politik, ekonomi dan budaya seperti :

a. Sampai berapa jauh pimpinan politik pusat dan birokrasi mendukung

desentralisasi dan organisasi yang mendapat pelimpahan tanggung jawab.

b. Sampai berapa jauh perilaku, sikap dan budaya yang ada mendorong

terciptanya desentralisasi pengambilan keputusan dan pemerintahan.

c. Kebijakan dan program yang dirancang dengan memadai untuk mendorong

desentralisasi pengambilan keputusan dan manajemen pembangunan.

d. Sampai seberapa jauh tersedianya sumber daya keuangan, manusia dan

prasarana fisik yang memadai bagi organisasi yang mendapata pelimpahan

tanggung jawab.

Keempat faktor tersebut mempunyai derajat kepentingan yang sama dan dalam

banyak hal sangat relevan dalam kebijakan desentralisasi di Indonesia.

Atas desakan yang cukup kuat dari masyarakat dan semakin beratnya

beban pusat untuk mengatasi sendiri tantangan pembangunan yang semakin

komplek, timbul kesadaran baru bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus

lebih demokratis, mendorong partisipasi, kemajuan dan kemandirian daerah.

Secara konseptual hal itu tercermin dari kemauan pusat untuk menempatkan

daerah kabupaten dan kota dengan kewenang yang luas ( Turtiantoro, 2000 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar