Powered By Blogger

Jumat, 06 Desember 2019

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah


Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Kebijakan pengelolaaan keuangan daerah disesuaikan dengan situasi dan

kondisi serta potensi daerah dengan berpedoman Pada UU No 32 Tahun

Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000

tentang Pengelolaaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Berdasarkan        Peraturan Perundang-Undangan tersebut maka dapat

dikemukakan bahwa kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah antara lain

sebagai berikut :

a. Dalam mengalokasikan anggaran baik rutin maupun pembangunan

senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip    anggaran berimbang dan

dinamis serta efisien dan efektif dalam meningkatkan produktivitas.

b. Anggaran     rutin      diarahkan     untuk     menunjang     kelancaran     tugas

pemerintahan dan pembangunan.

c. Anggaran pembangunan diarahkan untuk meningkatkan sektor-sektor

secara berkesinambungan dalam mendukung penyempurnaan maupun

perbaikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan

pembangunan dan kemasyarakatan dengan memperhatikan skala prioritas.

Menurut Peraturan Perundang-Undangan Nomor 105 Tahun 2000 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, dalam Pasal 1

disebutkan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

Disisi lain keuangan daerah adalah sebagai alat fiskal pemerintah daerah,

merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam mengalokasikan sumber-

sumber ekonomi, memeratakan hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas

ekonomi selain stabilitas sosial politik. Peranan keuangan daerah semakin

penting, selain karena keterbatasan dana yang dapat dialihkan ke daerah berupa

DAU dan DAK, tetapi juga karena makin kompleksnya persoalan yang dihadapi

daerah dan pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif masyarakat daerah.

Selain itu, peranan keuangan daerah yang makin meningkat akan mendorong

terwujudnya otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab (Elia Radianto,

1997).

Untuk memyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggungjawab diperlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali

sumber keuangan sendiri yang didukung oleh pereimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah yang merupakan prasyarat dalam sistem

pemerintahan daerah. Sehubungan dengan itu, maka daerah hendaknya memiliki

kewenangan yang luas dan kemampuan yang optimal untuk menggali dan

mengembangkan potensi sumber keuangannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar