Powered By Blogger

Jumat, 06 Desember 2019

Sistem Hubungan Keuangan Pusat – Daerah


Sistem Hubungan Keuangan Pusat  Daerah

Belakangan ini ada kecenderungan yang terjadi diseluruh dunia akan

tuntutan terhadap peningkatan kewenangan daerah dalam melaksanakan kebijakan

ekonomi. Tuntutan ini didukung oleh alasan bahwa permasalahan yang terjadi di

daerah sedemikian kompleks dan multidimensional sehingga tidak mungkin

diatasi dengan suatu terapi yang bersifat terpusat. Selain itu disadari bahwa span

of control pemerintah pusat sangat terbatas, sehingga kebijakan yang dibuat

menjadi tidak efektif dan efisien.

Menurut K. Davey (Ibnu Syamsi, 1994) hubungan keuangan pusat dan

daerah dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan :

a. Pendekatan Kapitalisasi 
Berdasarkan pendekatan ini, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah

dibidang keuangan adalah atas dasar kuasi komersial. Disini pemerintah pusat

mengadakan investasi di daerah, berpatungan dengan pemerintah daerah.

Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola namun keuntungan

yang diperoleh sebagian menjadi hak pusat dan sebagian menjadi hak daerah

sesuai dengan besarnya modal yang ditanam dan perimbangan manajemennya.

b. Pendekatan Sumber Pendapatan

Pendekatan ini didasarkan pada sebagian pendapatan dari sumber-sumber

pendapatan oleh pusat kepada daerah. Pemberian ini dapat berupa

kewenangan memgelola sumber-sumber pendapatan tertentu sepenuhnya yang

diserahkan kepada daerah atau kewenangan untuk menikmati sebagian

(persentase) dari pungutan yang dilakukan oleh daerah atas nama pusat.

c. Pendekatan Belanja

Pendekatan ini didasarkan pada kebutuhan pengeluaran biaya-biaya untuk

proyek atau untuk membiayai kegiatan rutin pemerintah daerah. Ada beberapa

persyaratan dalam pendekatan ini, yaitu subsidi pemerintah pusat diberikan

dengan mempertimbangkan kemampuan dan alokasi bantuan pada masing-

masing daerah dan kebutuhan biaya-biaya pembanguan tidak boleh ada

perbedaan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya.

d. Pendekatan Komprehensif

Pendekatan ini didasarkan pada pemberian wewenang kepada daerah untuk

mengelola sumber-sumber pendapatan sendiri guna membiayai pengeluaran-

pengeluaran daerah dan mencoba untuk mempertemukan antara sumber-

sumber pendapatan dan target belanja. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa

sumber-sumber pendapatan    yang boleh dikelola sepenuhnya merupakan

sumber pendapatan asli daerah (PAD). Apabila untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran daerah itu masih kurang (dan biasanya memang sangat kurang),

maka kekurangannya itu akan di subsidi pusat.

Menurut Machfud Sidik (Aswarodi, 2001) perimbangan keuangan antara

pusat dan daerah yang ideal adalah apabila setiap tingkat pemerintahan dapat

independen dibidang keuangan untuk membiayai pelaksanaan tugas dan

wewenang masing-masing. Hal ini berati subsidi dan bantuan dari pemerintah

pusat yang selama ini sebagai sumber utama dalam APBD mulai kurang

kontribusinya dan yang menjadi sumber utamanya adalah pendapatan dari

daerahnya sendiri.

Sedangkan menurut Koswara (1999) ciri utama yang menunjukkan suatu

daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan

daerahnya, artinya daerah otonom harus memilki kewenangan dan kemampuan

untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri. Sedangkan ketergantungan

pada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus

menjadi bagian sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan

pembagian keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar sistem

pemerintahan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar